SAUDI ARABIA – Pemerintah Saudi dilaporkan menahan lebih dari 2.500 aktivis anti-rezim di balik jeruji besi, sebagai bagian dari tindakan otoriter yang dilakukan oleh Putra Mahkota Muhammad bin Salman terhadap para ulama, anggota pers dan intelektual di kerajaan kaya minyak itu.
Kelompok hak asasi Prisoners of Conscience, yang merupakan organisasi non-pemerintah independen yang mengadvokasi hak asasi manusia di Arab Saudi, mengumumkan dalam sebuah posting di halaman Twitter resminya bahwa setidaknya ada 2.613 orang, di antaranya pengacara terkemuka, hakim, akademisi dan sarjana, saat ini mendekam di penjara dan pusat penahanan di seluruh negeri.
? We confirm the increase of the number of conscience detainees in Saudi Arabia to 2,613, including prominent lawyers, judges, academics, scientists and journalists. pic.twitter.com/vyTz8pbL3E
— Prisoners of Conscience (@m3takl_en) September 16, 2018
Kelompok itu menambahkan bahwa wartawan Khalid al-Alamaki ditahan di penjara sejak 27 September tahun lalu atas tuduhan yang tidak diketahui.
Arab Saudi baru-baru ini meningkatkan penangkapan, penuntutan yang bermotif politik dari penulis-penulis yang mengkritik pemerintah dan aktivis hak asasi manusia.
Para pejabat Saudi juga telah mengintensifkan langkah-langkah keamanan di Provinsi Timur yang kaya kaya minyak.
Provinsi Timur telah menjadi tempat demonstrasi damai sejak Februari 2011. Para pengunjuk rasa telah menuntut reformasi, kebebasan berekspresi, pembebasan tahanan politik, dan mengakhiri diskriminasi ekonomi dan agama terhadap kawasan kaya minyak.
Protes telah disambut dengan tindakan keras oleh rezim, dimana pasukan Saudi meningkatkan langkah-langkah keamanan di seluruh provinsi.
Selama beberapa tahun terakhir, Riyadh juga telah mendefinisikan kembali undang-undang anti-terorisme untuk menargetkan aktivis.(ar/ld)