Scroll Untuk Membaca Artikel
EkonomiSosbud

Nilai Tukar Rupiah Menghawatirkan, Ketua Kadin Sumenep: Harus Fokus Menangani Persoalan Ekonomi

×

Nilai Tukar Rupiah Menghawatirkan, Ketua Kadin Sumenep: Harus Fokus Menangani Persoalan Ekonomi

Sebarkan artikel ini
hairul anwar
Hairul Anwar,

SUMENEP, Limadetik.com – Sejak pekan ini nilai, nilai tukar rupiah terhadap dolar melorot hingga Rp. 15.000/ US dolar. Parahnya melorotnya nilai tukar rupiah konon terburuk dalam 20 tahun terakhir.

Menanggapi hal itu, Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Sumenep, Jawa Timur, Hairul Anwar mengatakan bahwa negara sudah memasuki fase demam karena ekonomi lagi tidak bersahabat. Buktinya ekonomi saat ini terus memburuk.

GESER KE ATAS
SPACE IKLAN

“Masyarakat memang tidak begitu merasakan, karena sebetulnya negara kita sudah autopilot. Tapi yang bingung dan pusing tujuh keliling adalah pemerintah kita saat ini yang berdarah-darah menahan laju dolar dan defisit transaksi berjalan yang saat ini sudah mencapai 17 milar dolar, yang pada saat 2019 nanti bisa sampai 25 milar dolar,” katanya sebagaimana dikutif dari akun resmi milinya, @Hairul Anwar.

Dia meminta masyarakat sesaat melupakan hiruk pikuk politik. Supaya lebih fokus menangani persoalan ekonomi. Karena sebetulnya ini yang perlu ditangani serius.

“Masyarakat masih agak tahan selama bahan bakar tidak naik. Tapi kalau sudah bahan bakar yang naik diatas kemampuan masyarakat, baru masyarakat kita akan bergejolak,” tegasnya.

Pengusaha muda tersebut memprediksi, kenaikan BBM ini sudah tidak akan mampu diredam oleh pemerintah. Cepat atau lambat perintah tidak akan menahan beban BBM yang kita sudah jadi negara “net imported” untuk minyak.

Ditengah tahun politik saat ini sebetulnya adalah buah simalakama bagi pemerintah. Kalau ini tidak dikelola dengan baik, maka akan membuat pemerintah bisa kelabakan menangani masalah sosial.

“Biang keladi dari sektor ekonomi tiap tahun selalu sama, yaitu defisit transaksi berjalan. Karena apa? kita punya produk tapi tidak berhak menentukan harga. Ini sebetulnya yang jadi masalah. Yang punya barang diatur yang mau beli. Sehingga ekport komoditi kita seakan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan,”tukasnya.(hoki/rud)

× How can I help you?