SUMENEP, Limadetik.com – Mahalnya harga minyak goreng (migor) dan sulitnya atau langka di pasaran membuat para pedagang gorengan di Sumenep, Jawa Timur hanya bisa pasrah.
Dampak dari mahalnya minyak goreng dan langka atau sulit mendapatkannya di sejumlah toko klontong maupun di pasar tradisional membuat para pedagang gorengan harus menaikkan sedikit harga jajanan mereka.
Farida, salah satu pedagang gorengan yang setiap harinya mangkal di seputaran Kota Sumenep menuturkan, sejak harga minyak goreng melonjak naik, pihaknya harus mengambil inisiatif bagaimana gorengan yang dia jajakan tidak mengalami kerugian.
“Sejak bulan Januari 202 lalu, harga minyak sudah mulai mengalami kenaikan harga, dan sejak itu pula kami menyiasati kiranya jualan kami tidak rugi, kendati saat pertama kali harga minyak goreng naik kami tidak langsung merybah harga gorengan yang biasa dijual Rp 750 (tujuh ratus lima puluh rupiah)” katanya, saat ditemui media ini.
Baca juga: Pedagang Keluhkan Minyak Goreng di Sumenep Tidak Hanya Mahal, Tetapi Juga Langka
Menurutnya, gorengan yang ia jual terpaksa dinaikkan setelah empat hari harga minyak goreng naik, karena sudah tidak dimungkinkan hasil produksi jualannya terpenuhi.
“Kita baru naikkan harga gorengan ketika harga minyak goreng sudah empat hari lamanya naik dan tidak turun juga. Jadi harga gorengan kita naikkan menjadi Rp. 1.000 perbiji, sebab jika tidak begitu yang rugi banyak tentu kami pedagang gorengan” jelasnya.
Selain harga minyak goreng yang melambung tinggi, harga sejumlah bahan lainnya pun ikut naik, seperti halnya harga tepung, bawang dan juga kebutuhan gorengan lainnya.
“Harga serba naik semua, tidak hanya minyak goreng, tapi bahan lainnya juga mahal, tapi yang drastis naiknya ya harga harga minyak goreng. Tentu kami sebagai pedagang gorengan kalau tidak ikut dinaikkan juga tentu akan rugi” tukasnya.