Artikel

Kesiapan Mahasiswa Akuntansi sebagai Staf Akuntan dalam Konteks Etika Profesi dan Keragaman Budaya Global

×

Kesiapan Mahasiswa Akuntansi sebagai Staf Akuntan dalam Konteks Etika Profesi dan Keragaman Budaya Global

Sebarkan artikel ini
Kesiapan Mahasiswa Akuntansi sebagai Staf Akuntan dalam Konteks Etika Profesi dan Keragaman Budaya Global
Ilustrasi

Kesiapan Mahasiswa Akuntansi Sebagai Staf Akuntan dalam Konteks Etika Profesi dan Keragaman Budaya Global

Oleh : Afifah Dila Hertanidya
Prodi : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Malang

___________________________________

ARTIKEL – Dalam era globalisasi, keterampilan profesional dan etika menjadi elemen penting bagi mahasiswa akuntansi yang akan bekerja sebagai akuntan. Etika bisnis dan profesi berperan krusial dalam membentuk perilaku dan kebijakan organisasi serta individu dalam konteks bisnis (Bambang A., & Rani 2024).

Tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa ini semakin kompleks karena kehadiran Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang membuka kesempatan dan persaingan di tingkat regional. Profesi akuntansi melibatkan berbagai bidang, seperti akuntansi publik, pemerintahan, dan pendidikan, yang mengharuskan akuntan untuk menguasai etika dan standar profesional dalam menghadapi dilema etis serta budaya kerja yang beragam.

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan prinsip etika profesi akuntan menjadi dasar perilaku bagi setiap akuntan di Indonesia untuk menjaga profesionalitas dan integritas mereka.

Menurut Susilawati et al. (2022) Pendidikan etika sangat penting dalam membentuk karakter profesional mahasiswa akuntansi, terutama dalam menghadapi dilema moral dan menjaga integritas laporan keuangan. Kode Etik Akuntan Indonesia menjadi panduan utama dalam hal ini.

Etika profesi merupakan panduan bagi akuntan dalam menghadapi dilema moral dan situasi konflik. Pendidikan etika akuntansi sangat penting untuk memperkuat pemahaman mahasiswa tentang tanggung jawab profesional.

Pendidikan etika harus memperhatikan isu-isu moral dan memberi mahasiswa kemampuan untuk mengatasi konflik etis serta ketidakpastian dalam lingkungan kerja mereka. Ini juga meliputi pemahaman tentang pentingnya menjaga kerahasiaan informasi dan objektivitas dalam penyajian laporan keuangan​.

Akuntan di Indonesia menghadapi tantangan keragaman budaya yang menuntut fleksibilitas dan adabtabilitas. Misalnya, standar akuntansi internasional (IFRS) yang diterapkan secara global menghadirkan perbedaan pendekatan dengan standar lokal, menuntut mahasiswa akuntansi di Indonesia untuk memahami variasi dalam praktik-praktik akuntansi global.

Ini termasuk perbedaan dalam konservatisme pelaporan keuangan antara negara-negara seperti Jerman dan AS, yang berpotensi menimbulkan dilema dalam penyajian laporan yang adil dan akurat.

Priyastiwi (2016) dalam penelitiannya menjelaskan pengaruh budaya global pada akuntansi tidak hanya terkait standar pelaporan, tetapi juga praktik profesional yang memengaruhi interaksi antar anggota tim lintas negara.

Pemahaman budaya kerja multinasional menjadi kompetensi penting. Kesiapan mahasiswa sebagai calon akuntan tidak hanya bergantung pada pengetahuan teknis, tetapi juga pada kemampuan beradaptasi dengan lingkungan kerja yang beragam.

Program pendidikan akuntansi di Indonesia perlu mengintegrasikan lebih banyak kurikulum etika dan multikulturalisme untuk meningkatkan kompetensi profesional mahasiswa dalam menghadapi persaingan global​.

Data dalam artikel ini diperoleh melalui survei kuesioner yang disebarkan kepada Mahasiswa Akuntansi di Universitas Muhammdiyah Malang. Pertanyaan dalam kuesioner mencakup aspek pengetahuan tentang etika profesi, pengalaman lintas budaya, serta kesiapan untuk bekerja dalam tim yang beragam.

Data dianalisis menggunakan analisis wacana, peneliti fokus pada bagaimana bahasa digunakan oleh responden untuk menggambarkan konsep etika dan keragaman budaya. Ini bisa berguna untuk memahami sikap atau persepsi lebih dalam tentang etika profesi di kalangan mahasiswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman responden terhadap etika profesi akuntansi cukup baik, dengan 68,4% responden menyatakan memiliki pemahaman yang memadai.

Namun, hanya 44,4% yang merasa siap untuk menerapkan etika profesi dalam dunia kerja maupun kehidupan sehari-hari. Hal ini menyoroti adanya kesenjangan antara pemahaman dan kesiapan dalam implementasi etika profesi.

Ketika ditanya mengenai pentingnya etika profesi dalam dunia kerja, sebanyak 61,1% responden menyatakan bahwa etika profesi sangat penting untuk profesi akuntan.

Angka yang sama juga berpendapat bahwa etika profesi relevan dan harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian Susilawati et al. (2022) juga ditemukan bahwa meskipun pemahaman tentang etika profesi tinggi, banyak mahasiswa akuntansi yang belum mampu mengimplementasikannya secara efektif di dunia kerja.

Selain aspek etika, budaya global menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan dalam profesi akuntan. Dalam dunia kerja, keberagaman budaya di antara para pekerja adalah hal yang tidak terhindarkan.

Sebanyak 50% responden menilai bahwa penerapan budaya global penting dalam profesi akuntansi, sementara 66,7% percaya bahwa budaya global berpengaruh terhadap etika profesi. Selain itu, 55,6% responden menyatakan bahwa budaya global juga memengaruhi kehidupan sehari-hari.

Terkait dengan perbedaan budaya, sebanyak 55,6% responden menganggap bahwa faktor ini memiliki pengaruh signifikan terhadap profesi akuntan. Namun, hanya 41,2% yang merasa siap untuk menerapkan praktik akuntansi di lingkungan budaya yang berbeda. Ini menyoroti tantangan yang dihadapi akuntan dalam beradaptasi dengan norma dan nilai yang bervariasi di berbagai negara.

Dari pendapat responden, etika profesi diartikan sebagai seperangkat aturan dan prinsip yang harus dipatuhi oleh setiap individu dalam profesinya. Etika profesi menjadi elemen penting yang harus dipahami dan di internalisasi oleh calon akuntan sebelum memasuki dunia kerja.

Sementara itu, budaya global dipahami sebagai pengaruh nilai, norma, dan praktik yang berkembang secara internasional. Dalam konteks akuntansi, budaya global memiliki dampak besar terhadap penerapan etika profesi.

Profesi akuntan kini tidak hanya diatur oleh standar nasional, tetapi juga harus mematuhi pedoman internasional. Hal ini menciptakan peluang sekaligus tantangan bagi akuntan untuk menjaga integritas, profesionalisme, dan tanggung jawab mereka di tengah perbedaan budaya.

Lintas budaya dalam profesi akuntansi mengacu pada interaksi, adaptasi, dan tantangan yang dihadapi akuntan ketika bekerja di lingkungan dengan berbagai budaya. Globalisasi dan integrasi pasar internasional menuntut akuntan untuk mampu menyesuaikan diri dengan norma, standar akuntansi, dan nilai budaya yang berbeda di berbagai negara.

Berdasarkan data yang diperoleh, mayoritas responden memiliki pemahaman yang baik tentang etika profesi, budaya global, dan lintas budaya. Namun, masih ada kebutuhan untuk meningkatkan kesiapan mereka dalam menerapkan nilai-nilai tersebut, baik di lingkungan kerja maupun kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu, penting bagi institusi pendidikan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai etika profesi dan budaya global kepada mahasiswa, agar mereka lebih siap menghadapi tantangan dunia kerja di era globalisasi.

Mahasiswa akuntansi perlu dipersiapkan untuk bekerja dalam tim lintas budaya dengan melatih adabtabilitas terhadap berbagai nilai dan norma budaya global (Wirianata 2017).

Artikel ini menunjukkan bahwa kolaborasi antara pemahaman etika, adaptasi budaya, dan profesionalisme sangat penting untuk menciptakan akuntan yang kompeten dan berintegritas di tingkat global.

Kesimpulan dalam artikel ini adalah, mahasiswa akuntansi memiliki pemahaman tentang etika profesi, tetapi masih kurang dalam kesiapan untuk beradaptasi di lingkungan kerja global yang beragam budaya.

Direkomendasikan agar Universitas atau Kampus meningkatkan kurikulum dengan memasukkan modul etika profesi berbasis kasus global dan pelatihan lintas budaya untuk meningkatkan kesiapan mahasiswa sebagai staf akuntan di dunia global.