Scroll Untuk Membaca Artikel
Sosbud

Penemuan Pecahan Bata Merah di Jangkar Situbondo Diduga Kuat Situs Pra Sejarah Hindu-Budha

×

Penemuan Pecahan Bata Merah di Jangkar Situbondo Diduga Kuat Situs Pra Sejarah Hindu-Budha

Sebarkan artikel ini
20180502 185034

SITUBONDO, Limadetik.com – Kapolsek Jangkar Situbondo, Iptu Pramana tindak lanjuti laporan warga soal temuan dugaan situs bersejarah di wilayah kerjanya, Rabu (2/5/2018). Namun pihaknya masih meragukan kecagar budayaan temuan tersebut.

“Kita belum bisa memastikan ini cagar budaya atau tidak. Tentu menunggu penelitian arkeolog. Yang pasti batanya berbeda dengan bata yang lain, paling tidak ini jangan diapa-apakan dulu,” ujarnya.

GESER KE ATAS
SPACE IKLAN

Pantauan media ini, puluhan orang berduyun-duyun mendatangi area diduga situs bersejarah yang terletak di Pedukuhan Bhanyakan, Kampung Pasar Nangka, Desa Jangkar, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo. Temuan ini berupa gundukan tanah di pematang sawah dengan panjang kurang lebih 30 meter dan lebar kurang lebih 2 meter.

Di atas tanah tersebut terdapat pecahan bata merah dengan dimensi lebar 15-17 cm. Ada juga bongkahan yang terstruktur. Beberapa temuan lain berupa relief sulur, namun terpotong sebagian.

Iwenk Lametan, aktivis Relawan Budaya Balumbung mengatakan bahwa temuan itu berawal dari penelusuran Komunitas Dewantara (Dewan Wali Adat Budaya Nusantara) akhir pekan lalu.

“Tumpukan bata di pematang sawah itu, kemudian kami identifikasi. Dugaan sementara ini berasal dari masa klasik Hindu-Budha. Ya, semacam tempat pemujaan. Sementara titik koordinat situs ini berdasar katografi kuno tahun 1500-an ke atas adalah bekas kota Sidapurna. Dalam kartografi yang lebih lama , ini adalah wilayah Balumbung” kata Iwenk Lametan.

Senada dengan Iwenk, apakah itu candi? Hari Mulyoto dari Dewantara menyebut hal itu mungkin. Namun perlu ada temuan lainnya yang memperkuat dugaan itu.

“Yang pasti kami buat laporan secara tertulis dulu ke BPCB Jatim. Dan sembari menunggu, kami meminta masyarakat setempat bersabar untuk tidak melakukan penggalian, karena itu tugas  arkeolog yang berkompeten,” jelasnya.

Sementara itu warga setempat, Tolak  (50) menyebutkan bahwa sejak kecil lokasi tersebut menyimpan cerita mistis.

“Dulu batanya tinggi. Kata orang-orang itu tempatnya raja. Saya gak tahu. Cuma tahunya sering ada bunyi aneh di malam tertentu kayak tabbhuan (pertunjukan kesenian rakyat),” pungkasnya. (Ozi/yd)

× How can I help you?