Pengabdian Masyarakat Kelompok 48, Membangun Gapura untuk Meningkatkan Identitas Desa Wisata
LIMADETIK.COM, SUMENEP – Kelompok 48 dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM) telah melaksanakan pengabdian masyarakat yang inovatif di Desa Semaan, Kecamatan dasuk Kabupaten Sumenep. Salah satu proyek yang menarik perhatian mereka adalah pembangunan gapura dari bahan baku bambu, dengan tujuan untuk menciptakan solusi berkelanjutan dan meningkatkan identitas desa yang kuat.
Dengan semangat gotong royong, anggota Kelompok 48 bekerja sama dengan masyarakat setempat dalam merancang dan membangun gapura yang terbuat dari bambu. Bambu dipilih sebagai bahan utama karena merupakan sumber daya alam yang melimpah, ramah lingkungan, dan memiliki daya tahan yang baik.
“Pembangunan gapura dari bambu ini memiliki beberapa manfaat yang signifikan. Pertama, penggunaan bambu sebagai bahan konstruksi mengurangi dampak negatif pada lingkungan, karena bambu adalah sumber daya yang dapat diperbaharui dengan cepat. Dengan memilih bahan yang ramah lingkungan, Kelompok 48 memberikan contoh nyata tentang bagaimana pengabdian masyarakat dapat mendukung keberlanjutan lingkungan” kata Alfin Mustofa Nafi’, koordinator kelompok 48, Selasa (18/7/2023).
Kedua, kata Alfin, gapura bambu mencerminkan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal masyarakat Desa Semaan. Bambu telah lama menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat setempat, dan pembangunan gapura dari bambu ini menghargai dan memperkuat warisan budaya mereka. Dengan gapura yang unik dan khas, desa ini akan memiliki identitas yang kuat dan menarik bagi pengunjung.
“Selama proses pembangunan gapura, Kelompok 48 melibatkan masyarakat dalam pemilihan desain dan konstruksi. Meskipun bekerja tanpa bantuan langsung, kolaborasi dan konsultasi dengan masyarakat tetap dijaga untuk memastikan bahwa gapura ini benar-benar mencerminkan keinginan dan kebutuhan desa” terangnya.
Pengabdian masyarakat Kelompok 48 dalam pembangunan gapura dari bambu adalah contoh nyata bagaimana inovasi dan kerjasama antara mahasiswa dan masyarakat dapat menciptakan proyek yang bermanfaat bagi kedua belah pihak. “Gapura bambu ini tidak hanya menjadi simbol fisik, tetapi juga mewakili semangat gotong royong dan komitmen untuk menjaga lingkungan” ujarnya.
Diiharapkan, tambah Alfin, pengabdian ini dapat memberikan inspirasi bagi masyarakat setempat dan kelompok lain untuk melihat potensi dalam penggunaan bahan lokal yang berkelanjutan dalam pembangunan infrastruktur. “Melalui kerjasama dan kepedulian terhadap lingkungan, kita dapat menciptakan lingkungan yang indah dan berkelanjutan, serta meningkatkan identitas dan kebanggaan desa kita” pungkasnya.