Daerah

5 Tokoh Asing Duduki Kursi Danantara, Fauzi Amro Respon Positif

×

5 Tokoh Asing Duduki Kursi Danantara, Fauzi Amro Respon Positif

Sebarkan artikel ini
5 Tokoh Asing Duduki Kursi Danantara, Fauzi Amro Respon Positif
Fauzi Amro, Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi Nadsem

5 Tokoh Asing Duduki Kursi Danantara, Fauzi Amro Respon Positif

LIMADETIK.COM, LUBUKLINGGAU – CEO Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), Rosan Roeslani telah mengumumkan daftar pengurus badan yang akan menerbangkan ekonomi Indonesia lewat Danantara. Dari sejumlah nama, beberapa tokoh merupakan warga asing.

Total ada lima tokoh asing yang menduduki kursi di Danantara. Hal ini pun, mendapatkan respon positif dari Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi Nasdem, Fauzi Amro. Dirinya yang ditemui saat menggelar Nonton Bareng Timnas Indonesia vs Bahrain, menyatakan optimisme dan hal positif terkait masuknya sejumlah tokoh sebagai Dewan Penasihat Danantara.

“Bagus dong. Ini menunjukkan kepercayaan internasional terhadap investasi dan pengelolaan ekonomi di Indonesia. Apalagi, yang masuk di jajaran tersebut merupakan tokoh-tokoh sentral di negaranya masing-masing,” ungkap Fauzi, Rabu (26/3/2025).

Dirinya optimis masuknya 5 tokoh asing ini, akan memberikan dampak positif terhadap kemajuan Indonesia, utamanya di bidang investasi dan ekonomi.

“Ini malah menjadi bukti kepercayaan asing terhadap negara kita. Saya apresiasi dan berharap mereka memberikan kontribusi lewat pengalamannya masing-masing nantinya,” kata dia.

Melansir dari berbagai sumber, kelima tokoh asing tersebut, yakni

1. Jeffrey D. Sachs

Jeffrey D. Sachs ditunjuk sebagai salah satu dari lima Dewan Penasihat Danantara.

Sachs merupakan ekonom asal Amerika Serikat sekaligus analis kebijakan publik AS yang menjadi profesor di Universitas Columbia.

Sachs adalah Presiden Jaringan Solusi Pembangunan Berkelanjutan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan merupakan advokat SDG untuk Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.

Dari tahun 2001 hingga 2018, Sachs menjabat sebagai penasihat khusus Sekretaris Jenderal PBB.

Lulusan Harvard itu pernah mengkritik Dana Moneter Internasional dan kebijakannya di seluruh dunia, dan menyalahkan bankir internasional tersebut atas pola strategi investasi yang tidak efektif.

Selama krisis utang pemerintah Yunani pada Juli 2015, Sachs, Heiner Flassbeck, Thomas Piketty, Dani Rodrik, dan Simon Wren-Lewis menerbitkan surat terbuka kepada Kanselir Jerman Angela Merkel mengenai utang Yunani. Mereka mendesak Merkel untuk memikirkan kembali kebijakan penghematan yang dilakukannya.

2. F. Champman Taylor

F. Champman Taylor ditunjuk sebagai Dewan Penasihat Danantara bersama dengan Jeffrey Sachs dan lainnya.

Taylor merupakan manajer portofolio ekuitas di Capital Group. Pria dengan 33 tahun pengalaman di industri investasi itu pernah menjabat sebagai direktur riset sekaligus analis investasi ekuitas yang meliputi layanan telekomunikasi di Asia.

Sebelum bergabung dengan Capital Group, Taylor bekerja sebagai konsultan di SRI International serta sebagai Strategic Planning Associates yang memberikan nasihat kepada perusahaan-perusahaan ASEAN, AS, dan Inggris mengenai strategi bisnis.

Ia meraih gelar MBA di bidang keuangan dan perencanaan strategis dari Wharton School, University of Pennsylvania, serta gelar sarjana di bidang fisika dan teologi dari Tulane University, demikian seperti dikutip dari laman Capital Group.

3. Thaksin Shinawatra

Thaksin Shinawatra juga menjadi salah satu tokoh asing yang ditunjuk menjadi salah satu Dewan Penasihat Danantara.

Thaksin merupakan mantan Perdana Menteri Thailand pada 2001 hingga 2006. Ia dahulu merupakan mantan polisi, namun kemudian berubah haluan menjadi pebisnis dan selanjutnya menjadi politisi.

Bisnis Thaksin berada di bidang telekomunikasi. Bisnis itu bermula dari sebuah dealer komputer kecil tahun 1987, yang berkembang menjadi Shin Corporation, perusahaan telekomunikasi terbesar di Thailand.

4. Lieng Seng Wee

Lieng Seng Wee ditunjuk sebagai Managing Director Risk and Sustainability Danantara.

Lieng Seng Wee merupakan CEO dan Co-Founder Dragonfly sejak 2000. Ia bergabung dengan Booz Allen di New York hingga menjadi direktur pelaksana di Bankers Trust New York.

Wee adalah pelopor konsep Risk-Adjusted Return on Capital (RAROC) dan Value at Risk (VaR), skema yang menjadi standar dalam industri keuangan.

Ia meraih MBA dengan predikat Distinction dari The Wharton School, University of Pennsylvania pada 1985 dan predikat Valedictorian di National University of Singapore pada 1982.

5. Yup S. Kim

Yup S. Kim sementara itu ditunjuk sebagai Komite Investasi dan Portofolio Danantara.

Yup Kim merupakan Chief Investment Officer (CIO) di Texas Municipal Retirement System (TMRS) yang mengelola aset senilai US$ 40 miliar (sekitar Rp662 triliun).

Sebelumnya, ia menjabat sebagai kepala investasi untuk ekuitas swasta di CalPERS, dana pensiun California yang mengelola dana senilai US$490 miliar (sekitar Rp8 kuadriliun).

Yup Kim juga pernah menjadi manajer portofolio di Alaska Permanent Fund Corporation, sebuah dana kekayaan negara senilai $80 miliar (sekitar Rp1,3 kuadriliun).

Yup meraih gelar BA di bidang ekonomi dari Universitas Yale. Ia mengepalai forum Milken Institute Rising Allocator, menjabat sebagai anggota dewan Korea Finance Society, anggota tetap Council of Foreign Relations, duta investasi global untuk Pemerintah Metropolitan Seoul, hingga dosen tamu di Harvard Business School, The Wharton School, Universitas Yale, dan berbagai lembaga akademis lainnya.