
PAMEKASAN – Limadetik.com, Rangkaian Hari Jadi Pamekasan ke 494 dimulai dari launching kalender event di taneyan Lanjang dusun Buddagan I desa Larangan Luar kecamatan Larangan kabupaten setempat, Sabtu (26/10/2024) malam.
Peluncuran kalender event tersebut ditandai dengan pemukulan gong oleh Pj Bupati Pamekasan, Masrukin.
Sejumlah tamu undangan mulai dari Pemprov Jatim, sejumlah rektor di Madura, para camat, kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lingkungan Pemkab Pamekasan, kades se kecamatan Larangan dan kolektor batik Pamekasan dari berbagai daerah di Indonesia turut hadir memeriahkan acara itu.
Pj bupati Pamekasan, Masrukin kepada media menjelaskan, rangkaian hari jadi sengaja diluncurkan di Taneyan Lanjang sebagai wujud pelestarian yang hingga saat ini masih menjaga keaslian rumah yang turun – temurun tetap dipertahankan.
Pilihan tersebut kata dia merupakan hasil kesepakatan bersama dari berbagai usulan untuk dijadikan maskot dan kalender resmi Pemkab Pamekasan.
“Sebenarnya pilihannya banyak, hanya diskusi kita Taneyan Lanjhang ini kita naikkan jadi kalender resmi di kabupaten Pamekasan, kita cari maskotnya, ketemulah pemikiran Taneyan Lanjhang memang cukup lama populer sehingga tempat ini jadi kick off hari jadi Pamekasan ke 494,” kata Masrukin.
Mantan Sekretaris DPRD Pamekasan ini mengungkapkan, pilihan Taneyan Lanjhang di desa Larangan Luar dilatarbelakangi dengan keaslian rumah kuno yang paling banyak ditemui dibandingkan daerah lainnya.
Kata dia, terdapat 11 rumah hunian warga yang corak dan khasnya masih asli dan tidak berubah dari jaman tempo dulu. Pilihan tersebut tidak secara tiba-tiba, namun melalui proses kajian dan diskusi panjang.
“Kenapa Taneyan Lanjhang, karena memang sudah sulit menemukan rumah yang asli, original, dan jumlahnya banyak. Ini adalah prototipe kehidupan masyarakat Pamekasan dari turun – temurun sisanya yang paling banyak disini (red dusun Buddagan 1), yang lain ada dua, tiga, disini sebelas,” terang Masrukin.
Konsep peluncuran Kalender event hari jadi Pamekasan ke 494 dengan tema “Pamekasan Bersinergi” digelar dengan nuansa ala desa, mulai dari para tamu undangan yang duduk bersila tanpa kursi, panggung yang dihiasi dengan daun lontar hingga sejumlah penampilan tarian topeng getta’ dan ronding khas Madura.
Selain itu, terdapat festival kuliner khas desa yang dijual di lokasi tersebut. Menariknya, sejumlah tamu dapat memanfaatkan tiket daun lontar yang sudah tertera nominal Rp2.000 dan Rp5.000 untuk bisa berbelanja kuliner desa mulai dari jajanan dan makanan.