SUMENEP, limadetik.com — Sejatinya sungai bukan menjadi sarana pembuangan sampah. Kendati sungai tidak menjadi sarana air bersih bagi masyarakatnya, tapi paling tidak habitat di dalamnya perlu juga dapat atensi agar tidak terganggu. Plus agar tidak terjadi pendangkalan dasar sungai.
Sebajika terjadi, tidak menutup kemungkinan bahaya banjir akan mengancam warga yang berada di pinggir sungai itu. Terutama apabila sudah memasuki musim penghujan.
Adalahsungai, Pasongsongan yang membentang arah selatan-utara dan jadi pemisah antara dua desa, yakni Desa Pasongsongan bagian sisi barat sungai dan Desa Panaongan bagian sisi timur sungai. Sungai Pasongsongan memiliki dua jembatan. Bagian utara hanya dilewati kendaraan pribadi, sepeda motor dan jalur orang yang mau berbelanja. Sedangkan jembatan bagian selatan menjadi jalur bebas kendaraan apa saja dan temasuk jalan provinsi.
Sebuah kesadaran akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya merupakan satu ikhtiar untuk menanggulangi pencemaran lingkungan. Kalau bukan warga sekitar lantas siapa lagi. Maka perlu satu manuver untuk bisa mengendalikannya. Butuh sebuah kebijakan untuk mengendalikan pencemaran terhadap sungai tersebut.
“Kalau musim penghujan telah tiba, kami khawatir akan terjadi banjir di sungai Pasongsongan. Karena setiap hari warga sekitar membuang sampah ke sungai. Bahkan tidak hanya warga sekitar, orang dari luar dusun setempat juga ikut-ikutan buang sampah. Ini sungguh keterlaluan,” ujar Agus warga Dusun Pakotan Desa Pasongsongan-Sumenep kepada limadetik.com, Selasa (10/12/2019).
Bahkan Agus mempersilakan pada limadetik.com untuk mengamati aktifitas orang yang membuang sampah di sepanjang sungai Pasongsongan. Sebuah pemandangan sangat ironis. Biasanya orang membuang sampah itu pada pagi hari.
“Terutama di sepanjang sungai bagian utara yang penduduknya padat. Mereka dengan perasaan tidak berdosa melempar sampah-sampah itu ke sungai. Sedangkan bagian jembatan selatan biasanya orang membuang sampah pembalut, bangkai binatang, dan sampah yang basah,” cerita Agus lebih jauh.
Padajam 06.00 WIB sempat limadetik.com membuktikan cerita Agus itu. Ternyata cerita itu benar. Seorang pengendara sepeda motor berhenti sejenak di atas jembatan Sungai Pasongsongan. Ia dengan tenang melempar bungkusan plastik hitam yang tak lain adalah sampah pembalut. Bungkusan itu tidak tenggelam, mengapung di atas air. Setelah itu ia pergi dengan sikap tak bersalah.
Menurutbeberapa warga Pasongsongan dan Panaongan, pemandangan buang sampah pagi hari itu sudah biasa terjadi dari jaman dahulu sampai sekarang. Apakah karena di sepanjang sungai itu tidak ada papan peringatan?.
“Papan peringatan itu akan efektif kalau ada bak sampah. Selama ini bak sampah tidak ada. Kalau sudah ada bak sampah mesti ada armada yang akan mengangkutnya untuk dibuang ke tempat pembuangan akhir. Saya berharap pada Kepala Desa terpilih untuk memikirkan persoalan ini,” cetus Mohammad warga Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan.
Ketika limadetik.com menghubungi Kepala Desa Pasongsongan terpilih Ahmad Saleh Harianto, S.Pt via jaringan seluler menyangkut persoalan Sungai Pasongsongan, hal itu memang telah menjadi perhatian dirinya.
“Saya memang sebelum terpilih menjadi Kepala Desa Pasongsongan, sudah pernah mengkomunikasikan permasalahan ini dengan Dinas Lingkungan Hidup Sumenep. Karena di muara Sungai Pasongsongan sudah mengalami pendangkalan. Perahu-perahu nelayan yang mau keluar-masuk sungai menjadi kesulitan. Mereka akhirnya harus menunggu air laut pasang,” terang Ian panggilan akrab Ahmad Saleh Harianto bergairah.
Sebenarnya Ian berharap kepada dinas terkait untuk bisa memberikan bantuan bak sampah dan armada pengangkut. Dan dirinya sudah menyiapkan lahan pembuangan akhir.
“Kalau bak sampah dan armada sudah ada, maka saya akan mengusahakan pengerukan sungai. Ini bagi saya sifatnya darurat. Mau tidak mau saya akan berusaha maksimal untuk bisa terlaksana secepatnya. Karena ini menyangkut hajat hidup orang banyak,” tegas Ian lebih jauh.
Ketikaditanya tentang bahaya banjir yang akan mengancam rumah-rumah di sepanjang Sungai Pasongsongan, Ian tidak menampik hal itu. Dirinya hanya bisa berdoa agar musibah itu tidak terjadi. (Yant Kaiy/yd)