Bencana Banjir Turunkan Tingkat Pelayanan Kepada Masyarakat

×

Bencana Banjir Turunkan Tingkat Pelayanan Kepada Masyarakat

Sebarkan artikel ini
20201108 211121 e1611035841183
Foto Hidayatul Mukarromah

Oleh : Hidayatul Mukarromah
Jurusan Akuntansi, Universitas Muhammadiyah Malang


Banjir bukan suatu hal yang asing bagi beberapa daerah di Indonesia. Sebagian pula menjadi agenda musiman seperti halnya di ibu Kota Jakarta dan Kabupaten Sampang di Madura. Tak bisa di elakkan kabar Sampang banjir tak lagi menjadi kabar duka seperti biasa, bahkan cenderung menjadi terma humor yang ditertawakan bersama tanpa rasa tabu di dalamnya. Hal itu juga bisa di dengarkan dalam musik remix yang dipopulerkan oleh jamet dkk. dengan tari khasnya yang belakang hari viral di dunia maya. Mau bagaimanapun tak bisa dipungkiri masyarakat secara luas terhibur dengannya.

Hanya saja pada tanggal 11 Januari 2021 masyarakat Pamekasan khususnya benar- benar tak bisa menjadikan terma banjir sebagai humor seperti biasanya. Banjir sebagai hal yang tak lumrah mulai menyapa mereka dengan beberapa kerusakan yang nyata. Setidaknya dilaporkan jembatan yang runtuh akibat tergerus arus banjir dan memutus akses jalan antar dua kelurahan. Bahkan di daaerah Blumbungan ada rumah yang setengahnya hancur setelah lapisan tanah di lereng sungai diseret oleh derasnya arus sungai.

Tak hanya disitu, banjir juga menyebabkan ratusan rumah terendam di tiga belas kelurahan dan desa di empat kecamatan serta nyawa seorang anak melayang akibat tersengat arus listrik saat bermain air ketika banjir.

Dampak negatif yang parah ini tak pernah dialami Kabupaten Pamekasan pada banjir sebelumnya-sebelumnya. Diketahui bahwa banjir kali ini merupakan banjir yang terparah dari tahun-tahun sebelumnya sejak 20 tahun yang lalu. Ekspansi banjir ini bahkan sudah menyentuh kawasan sekitar arek lancor dan masjid jami’ Asy-Syuhada’ Pamekasan.

Kejadian yang hampir masyarakat pamekasan tidak pernah saksikan. Selanjutnya segala bentuk dampak negatif dari banjir ini akan menjadi kasus kasualistik yang berkorelasi pada terganggunya kesehatan masyarakat akibat dari meningkatnya jumlah nyamuk dan menurunnya kadar air bersih. Pendidikan juga akan mengalami hambatan sebab media yang digunakan tak bisa di manfaatkan menyusul dari pemadaman listrik yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

Sedangkan dalam sektor ekonomi akan cenderung merosot akibat dari rusaknya fasilitas umum dan terhambatnya jalan yang menghubungkan daerah dalam ikatan perekonomian sehingga menurunkan intensitas dan daya beli masyarakat sekitar.

Kurangnya kesadaran serta kewaspadaan masyarakat, NGO, maupun pemerintah terhadap bencana banjir dan menganggap segalanya sediakala sebagaimana adanya. Sungai sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dianggap tidak mengalami depresiasi volume air yang dapat ditampung pada kisaran tertentu. Kenyataan yang tak bisa disangkal siapapun juga terkait dengan pendangkalan sungai di Kabupaten Pamekasan yang kian parah dan bisa disaksikan langsung oleh mata telanjang. Dengan hal ini Khofifah Indar Parawansa selaku Gubernur Jawa Timur langsung memerintahkan kepada Badrut Tammam selaku Bupati Pamekasan untuk melakukan penyegaran terhadap sungai dengan melakukan pengerukan untuk mengatasi pendangkalan sungai secara komprehensif.

Baddrut Tamam sebagai Bupati Pamekasan berkata bahwa penyebab banjir kali ini adalah tanggul yang jebol di Kelurahan Gladak Anyar Pamekasan akibat kiriman air dari daerah utara yang notabene berada dalam topografi dataran tinggi. Pendangkalan sungai bukan suatu hal yang baru dalam menjadi faktor terkuat penyebab banjir yang terjadi di daerah yang tak terdampak banjir sebelum-sebelumnya.

Meski tidak menjadi faktor satu- satunya pendangkalan sungai merupakan suatu kepastian dari hukum kausalitas arus air yang mengangkut lumpur dan barang lainnya dalam sungai. Sehingga pengukuran rentang waktu
pendangkalan sungai dalam kategori waspada harusnya sudah bisa ditentukan dalam satuan waktu tertentu. Sehingga dengan adanya kedisiplinan semacam itu yang dilakukan oleh lembaga yang bertanggung jawab dapat menciptakan suatu kedisiplinan pengerukan sungai dalam rentang waktu tertentu untuk peremajaan sungai.

Kasus jebolnya tanggul menjadi suatu dialektika yang begitu membingungkan dengan suatu konsep kausalitas yang nyata terkait kenyataan mana yang paling mendekati kebenaran. Apakah tanggul yang jebol menyebabkan banjir atau malah sebaliknya, yaitu volume air yang melampaui batas menyebabkan tanggul jebol akibat dari tak mampu menampung air?. Sedangkan menjadikan tanggul sebagai satu-satunya kekuatan dalam meredam gejolak banjir merupakan bentuk penanggulangan yang amatiran.

Katakanlah Belanda sebagai negara yang berada pada topografi dataran rendah yang lebih rendah daripada air laut itu sendiri. Bendungan yang dibangun dalam menyongsong tegaknya kedaulatan negara menjadi sebuah mahakarya agung yang disebut Delta Works dan Ooterschelde dan menjadi pencapaian terbesar dalam pembangunan dalam menanggulangi masalah banjir. Dalam kasus ini bendungan tidak hanya menjadi suatu pembangunan dalam rangka meredam banjir akan tetapi menyongsong kedaulatan suatu negara yang lebih urgen daripada peran militer terhadap ancaman negara lain.

Konsep lainnya dalam mengatasi banjir yang dilakukan oleh tiga negara di Asia yaitu Cina, India dan Bangladesh adalah pengalihan daerah banjir. Dalam hal ini ketiga negara tersebut menggunakan semacam tumbal daerah pedesaan dalam rangka melindungi daerah perkotaan dari banjir sehingga mengalami dampak yang tidak signifikan seperti banjir yang terjadi di kota. Kenyataan banjir di Ibu Kota Jakarta, Sampang maupun Pamekasan merupakan perwujudan konsep terbalik dari ketiga negara ini yang terjadi secara alamiah. Dimana kiriman air dari desa untuk daerah perkotaan yang padat penduduk agar pemerintah lebih memerhatikan banjir serta dampaknya, sebab pasti perhatian akan kawasan pedesaan dan perkotaan pemerintah akan memfokuskan diri terhadap perkotaan, dan itu logis meski dirasa tidak adil.

Sudah bisa dipastikan solusi jangka panjang yang bisa diterapkan dalam mengatasi banjir adalah mengatasi pendangkalan yang terjadi secara pasti di tiap tahunnya. Sebagaimana banjir yang merupakan air yang meluap secara terminologis, konsep sederhana dan paling bisa diandalkan dalam pencegahan banjir adalah menciptakan volume sungai yang besar agar air tak lagi meluap. Pengerukan material-material yang menyebabkan pendangkalan sungai harusnya menjadi agenda rutin lima tahunan untuk selalu menbentuk sungai yang ideal dalam menampung air harian maupun kiriman dari daerah lainnya. Sedangkan tanggul hanya bantuan sekunder dalam membantu peranan sungai dalam menjalani fungsinya.

Pada zaman dulu banjir mungkin tidak ada sangkut pautnya dengan hujan yang membentuk ikatan kausalitas antara hujan dan banjir. Bahkan banjir dahulu dikisahkan sebagai bentuk adzab terhadap orang-orang yang durhaka terhadap Tuhannya. Nabi nuh mengatasi banjir sebagai adzab itu dengan perahu yang menyelamatkan segelintir makhluk hidup pilihan Tuhan yang dikategorikan tidak durhaka. Akan tetapi pemerintah dan lembaga dibawahnya, OPD dsb. Tidak mungkin membuat perahu dan memilah rakyatnya yang masih bandel membuang sampah di sungai baik sampah organik maupun non-organik, yang tercipta secara alami dalam perut manusia atau perut pabrik besar. Kalimat syukur karena banjir terjadi sebab pendangkalan sungai, bukan kedangkalan manusia.


catatan: seluruh isi artikel merupakan tanggungjawab penulis sepenuhnya