Tantangan dan Upaya Mempertahankan Pancasila di Era Modern
Oleh : Noris Soleh
Mahasiswa Institut Agama Islam Al-Khairat
_________________________________
ARTIKEL – Sebagai landasan ideologi bangsa Indonesia, Pancasila diuji pada masa kini. Perubahan sosial yang pesat, globalisasi, dan kemajuan teknologi telah menghasilkan lingkungan baru yang mempertanyakan penerapan dan keabsahan cita-cita Pancasila.
Kurangnya pengetahuan dan penghormatan generasi muda terhadap Pancasila menjadi salah satu permasalahan utama. Paparan kehidupan masa kini dan budaya global seringkali menyebabkan masyarakat lebih mengutamakan konsumerisme dan individualitas dibandingkan cita-cita luhur Pancasila (Latif, Y. 2018).
Minimnya kepemimpinan dan tokoh masyarakat yang menerapkan Pancasila semakin memperparah hal ini. Risiko besar lainnya adalah radikalisme dan kefanatikan. Melalui media sosial dan internet, ideologi radikal yang bertentangan dengan etos Pancasila semakin marak. Menurut Kelan (2016), hal ini mempolarisasi masyarakat dan membahayakan integritas negara.
Penerapan sila kelima tentang keadilan sosial Pancasila semakin terhambat karena kesenjangan ekonomi yang semakin besar. Kerusuhan sosial dan konflik horizontal yang membahayakan integritas bangsa dapat disebabkan oleh ketimpangan tersebut. Namun terlepas dari semua kesulitan ini, optimisme tetap ada.
Masih ada upaya yang harus dilakukan untuk melestarikan dan memulihkan Pancasila. Penguatan pendidikan Pancasila di kampus dan sekolah merupakan langkah yang tepat, namun harus dibarengi dengan strategi pengajaran yang lebih menarik dan relevan bagi Gen Z dan generasi milenial.
Selain itu, penggunaan teknologi digital untuk menyebarkan cita-cita Pancasila juga harus lebih ditekankan (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, 2020). Menjangkau generasi muda dengan konten inventif dan viral yang mengeksplorasi konsep Pancasila bisa sukses. Penting juga bagi masyarakat sipil untuk berpartisipasi aktif dalam memajukan dan mengamalkan prinsip-prinsip Pancasila.
Penting untuk mendukung dan membangun gerakan akar rumput yang menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan sosial, toleransi, dan kolaborasi. Teladan kepemimpinan juga sama pentingnya. Mereka harus benar-benar berkomitmen untuk mengamalkan Pancasila tidak hanya dengan kata-kata, tetapi juga dengan tujuan sehari-hari.
Terakhir, diperlukan diskusi yang jujur dan inklusif tentang bagaimana memahami dan menerapkan Pancasila di masa kini. Penting untuk melihat Pancasila sebagai falsafah dinamis yang dapat berubah seiring waktu tanpa kehilangan prinsip-prinsip intinya.
Meski sulit, namun mempertahankan Pancasila di masa sekarang bukanlah hal yang mustahil. Pancasila dapat terus menjadi pedoman moral dan intelektual yang berpengaruh dalam menghadapi kesulitan modern jika seluruh lapisan masyarakat secara bersama-sama menganutnya.
Pancasila adalah kompas yang akan terus mengarahkan bangsa Indonesia menuju masa depan yang lebih baik serta warisan sejarah. Sebagai falsafah bangsa dan landasan negara, Pancasila masih banyak menemui kendala, terutama pada masa kontemporer yang ditandai dengan perubahan sosial yang begitu cepat, globalisasi, dan kemajuan teknologi. Namun, untuk melestarikan dan meneguhkan prinsip-prinsip Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sejumlah inisiatif juga dilakukan.
Tantangan Pancasila di Era Modern:
1. Globalisasi dan Pengaruh Budaya Asing Globalisasi telah membawa masuk berbagai budaya dan cita-cita lain yang sebagian di antaranya bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Hal ini dapat melemahkan pemahaman dan kepatuhan masyarakat terhadap Pancasila, khususnya di kalangan generasi muda.
2. Ekstremisme dan fanatisme Cita-cita Pancasila, khususnya Pancasila, khususnya Pancasila Pertama dan Ketiga, serta persatuan bangsa sangat terancam dengan maraknya ekstremisme dan intoleransi.
3. Ketimpangan Pendapatan Berdasarkan sila kelima Pancasila, kesenjangan ekonomi yang semakin besar dapat menimbulkan keresahan sosial dan membahayakan keadilan sosial.
4. Krisis Identitas Nasional Krisis identitas nasional dapat disebabkan oleh industrialisasi dan globalisasi, khususnya pada generasi muda yang lebih banyak terpapar budaya lain.
5. Perkembangan Teknologi Informasi Internet dan media sosial dapat digunakan untuk menyebarkan pengetahuan dengan cepat, terkadang untuk mendukung ide-ide yang bertentangan dengan Pancasila.
Upaya Mempertahankan Pancasila:
1. Peningkatan Pendidikan Pancasila Kurikulum pendidikan Pancasila diperkuat di seluruh jenjang pendidikan oleh pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Selain itu, cita-cita Pancasila ditanamkan sejak dini melalui pelaksanaan Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).
2. Internalisasi dan Sosialisasi Nilai-Nilai Pancasila Melalui berbagai program dan inisiatif berbasis masyarakat, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) aktif mendorong sosialisasi dan internalisasi keyakinan Pancasila.
3. Memperkuat Regulasi DPR dan pemerintah masih berupaya untuk memperkuat undang-undang, termasuk Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, guna memfasilitasi penerapan cita-cita Pancasila.
4. Program Pemberdayaan Masyarakat: Sejalan dengan sila kelima Pancasila, inisiatif pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk mencapai keadilan sosial dengan mengurangi ketimpangan ekonomi.
5. Pemanfaatan Teknologi Informasi Teknologi informasi dimanfaatkan oleh pemerintah dan masyarakat sipil untuk menyebarkan nilai-nilai Pancasila dan melawan narasi yang bertentangan dengannya.
6. Keteladanan Kepemimpinan Pemimpin di semua tingkatan diharapkan dapat memberi contoh dengan menanamkan cita-cita Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Benang merah dari berbagai elemen tanah air terus berupaya mempertahankan dan memperkuat Pancasila meskipun banyak kendala yang dihadapi saat ini. Pemerintah, masyarakat sipil, dan seluruh individu harus bekerja sama untuk menjamin Pancasila tetap berlaku dan menjadi standar nasional.