Ekonomi

Persatuan Wanita Pulau Masalembu bersama Yayasan Bina Nazer Umat Gelar Seminar Kewirausahaan Pemuda

×

Persatuan Wanita Pulau Masalembu bersama Yayasan Bina Nazer Umat Gelar Seminar Kewirausahaan Pemuda

Sebarkan artikel ini
Persatuan Wanita Pulau Masalembu bersama Yayasan Bina Nazer Umat Gelar Seminar Kewirausahaan Pemuda

Persatuan Wanita Pulau Masalembu bersama Yayasan Bina Nazer Umat Gelar Seminar Kewirausahaan Pemuda

LIMADETIK.COM, SUMENEP — Di lantai tiga Pondok Pesantren Mambaul Asror, Rabu (12/11/2025) Suasana pagi terasa lebih padat dari biasanya. Puluhan perempuan dan beberapa pemuda dari berbagai penjuru Kepulauan Masalembu, dari berbagai desa, desa Kramian, masalima, masa kambing dan suka jeruk berkumpul mengikuti Seminar Kewirausahaan Pemuda yang digelar oleh Yayasan Bina Nezer Ummat bekerja sama dengan Perwika (Persatuan Wanita Kepulauan).

Sebuah forum yang sejak awal dirancang bukan sekadar ruang belajar, melainkan titik tolak tumbuhnya ekonomi baru di wilayah kepulauan melalui kegiatan pemberdayaan wanita secara khusus.

Dalam keterangan tertulisnya, Ketua Perwika Kabupaten Sumenep, Nia Kurnia Fauzi, yang juga Ketua PKK Kabupaten Sumenep dengan nada lugas, ia menyampaikan apresiasinya atas terselenggaranya kegiatan tersebut.

“Semoga kegiatan ini bermanfaat buat masyarakat Masalembu,” ujarnya, sembari menegaskan pentingnya akses pelatihan dan pemberdayaan merata hingga ke wilayah terluar kabupaten terutama kepulauan.

Gagasan pemerataan itu pula yang disampaikan Ketua Perwika Kepulauan, Sukati Nurhayati, S.Pd. Dalam sambutannya, ia mengaku kegiatan ini lahir dari keresahannya melihat perempuan di kepulauan sering berada di posisi terbatas—minim pelatihan, minim akses, dan minim ruang untuk mengembangkan potensi.

Menurutnya, pemberdayaan tidak boleh berhenti di wilayah daratan. Dari situlah rangkaian kegiatan Seminar ekonomi di kepulauan mulai bergerak, diawali di Kecamatan Arjasa pada Ahad (12/10/2025) di Lantai 3 Swalayan 916, dan kini berlanjut ke Masalembu.

Tiga narasumber dihadirkan, seluruhnya praktisi yang sehari-hari bergelut di lapangan. Pemateri pertama, Arisandi Hidayatullah, Manajer CV. Cahaya Masalembu, membuka paparannya dengan gambaran jujur tentang potensi besar Masalembu yang selama ini sebagian belum tersentuh.

Ia menyebut hasil laut, mulai ikan tongkol, taripang, hingga rajungan sebagai komoditas unggul yang bisa diolah lebih jauh. “Belum termasuk hasil pertanian seperti jagung, kacang mente, buah kelapa, pisang dan singkong, hingga potensi garam tradisional yang selama ini berjalan seadanya” katanya.

Diapun menekankan, kesempatan Masalembu akan semakin besar seiring fokus pemerintah pusat pada program hilirisasi. Tetapi, ia juga tidak menutupi satu hambatan besar yang mengurung potensi itu, yaitu ketersediaan listrik.

“Contoh sederhana namun krusial, bahwa penyimpanan ikan membutuhkan es, dan ketersediaan es membutuhkan mesin pendingin. Tanpa listrik stabil, rantai produksi otomatis putus. Menurutnya, potensi seperti pembangunan rumah es bertenaga surya, pengolahan ikan menjadi tepung ikan, hingga diversifikasi produk olahan ikan sebenarnya sangat mungkin dilakukan jika kebutuhan dasar ini tersedia” ungkapnya.

Narasumber selanjutnya, Sukati Nurhayati, kembali maju namun kali ini sebagai praktisi yang memaparkan peluang usaha Virgin Coconut Oil (VCO).

Nurhayati menyebutkan, Masalembu memiliki kelapa melimpah, bahan baku ideal untuk memproduksi VCO berkualitas. Prosesnya, kata Sukati, cukup sederhana: kelapa tua diparut, diambil santannya, lalu difermentasi hingga minyak alami terpisah secara murni.

“Produk yang dihasilkan tidak hanya bernilai ekonomis, tetapi juga memiliki manfaat besar bagi wanita—mulai dari menjaga kesehatan kulit dan rambut, membantu hormon tetap seimbang, hingga meningkatkan imunitas tubuh. Menurutnya, VCO adalah peluang usaha rumah tangga yang sangat realistis bagi perempuan kepulauan” tuturnya menjelaskan.

Materi terakhir dibawakan Ana Haninah Billini, alumni Komunikasi dan Konseling Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Ia berbicara tentang perempuan berdaya, keluarga terjaga—sebuah tema yang menghubungkan pemberdayaan ekonomi dengan ketahanan keluarga.

Ana menekankan bahwa perempuan yang kuat dan mandiri akan menghadirkan keluarga yang lebih stabil, baik secara emosional maupun sosial. Menurutnya, peran perempuan di kepulauan tidak sekadar sebagai penggerak ekonomi, tetapi juga penyangga utama nilai-nilai keluarga.

Sesi tanya jawab yang digelar setelah pemaparan materi berlangsung dinamis. Salah satu peserta, Iwan, mengangkat isu yang langsung menghangatkan ruangan. Ia menyampaikan kegelisahan masyarakat Masalembu yang merasa “tidak memiliki camat” karena pejabat setempat hampir tidak pernah berada di tempat.

“Kami seperti tidak punya pemimpin karena camat jarang sekali ada,” ucapnya di hadapan para peserta. Moderator menjawab bahwa undangan kepada pejabat untuk mengikuti kegiatan telah disampaikan, namun tidak ada pejabat yang bisa hadir mewakili.

Meski tensi sempat naik, suasana kembali cair ketika peserta lain menyampaikan apresiasi mereka. Banyak yang berharap kegiatan seperti ini lebih sering dilakukan di Masalembu, agar menjadi pemicu lahirnya pengusaha-pengusaha baru yang mampu mengolah potensi lokal menjadi produk bernilai jual tinggi.

Beberapa peserta bahkan menilai seminar ini sebagai momentum berharga untuk membuka wawasan pemuda dan perempuan kepulauan.

Seminar berakhir menjelang siang hari, namun semangat peserta tampak belum padam. Bagi sebagian besar dari mereka, kegiatan ini bukan penutup, melainkan awal dari perjalanan panjang membangun kemandirian ekonomi di tengah tantangan wilayah kepulauan.