Sosbud

Asal Mula Peranakan Cina Pasongsongan

×

Asal Mula Peranakan Cina Pasongsongan

Sebarkan artikel ini
20190801 113019
Rabu, 16 Oktober 2019
Limadetik.com, Oleh: 

 

ARTIKEL – Desa Pasongsongan yang terkenal sebagai penghasil petis pancetan terletak paling barat dari Kabupaten Sumenep. Petis pancetan adalah penganan yang terbuat dari air rebusan ikan yang diolah lagi lewat pemanasan sehingga kental. Biasanya penganan ini dijadikan sebagai pengganti lauk atau dijadikan rujak pedas.

Menurut catatan sejarah, jaman dahulu desa kecil ini didiami oleh tiga etnis, yakni etnis Cina, Arab, dan etnis Madura sebagai warga pribumi. Etnis Arab menjadi komunitas paling awal sebagai warga pendatang yang menempati Pasongsongan.

Etnis Arab ini diperkirakan masuk Pasongsongan sekitar abad XI. Selanjutnya pada abad XIV etnis Cina yang berasal dari Tiongkok Tibet datang ke Pasongsongan. Dia adalah King yang menempati Dusun Lebak yang terletak di pesisir pantai pelabuhan Pasongsongan. King dengan keluarganya melakukan kegiatan perniagaan di daerah itu dan sukses.

“King muda sebenarnya ke bumi nusantara tidak langsung berlabuh di Pasongsongan.
Sebelumnya ia bersama keluarganya berlabuh di Palembang. Sebagian keluarga King ada di Palembang dan menetap di sana,” cerita Kong Muhammad Ersyad kepada limadetik.com di kediamannya. (16/10/2019)

Kong Ersyad beberapa tahun yang lalu pernah kedatangan tamu dari Palembang. Mereka
mengaku sebagai keluarga besar dari nenek-moyang King. “Tujuan mereka ke sini ingin
menjalin silaturrahmi sebagai sesama peranakan Cina.”

Kong Ersyad juga menjelaskan kalau King muda penganut Islam taat. Ia Islam bukan akibat akulturasi. Sebagai muslim King menunaikan ibadah haji sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah SWT. Pulang haji ia tidak ke Pasongsongan, melainkan ia menetap di Surabaya mengembangkan bisnisnya. King di Surabaya menjadi pengusaha sukses. Seperti keturunan King yang ada di Pasongsongan juga merajai perniagaan di daerah tersebut.

King di Surabaya mempunyai nama Tumenggung Ongkojoyo. King membeli tanah luas di
Surabaya yang dihibahkan kepada Sunan Ampel. Ini adalah bentuk darma bakti King kepada Islam yang tidak setengah hati.

“King meninggal di Surabaya dan dikuburkan di luar areal pemakaman Sunan Ampel. Dulu
kuburan King dijadikan tempat pembuangan sampah, tapi oleh beberapa keturunan King yang ada di Pasongsongan kuburan itu sekarang sudah dirawat,” ujar Kong Ersyad bersahaja kendati usianya sudah tidak muda lagi. (Yant Kaiy/yt)