Bangun Kesadaran Digital: Badko HMI Jatim, DPD RI, dan OJK Gaungkan Kedaulatan Data di Era Ekonomi Digital
LIMADETIK.COM, SURABAYA — Di tengah derasnya arus digitalisasi dan ancaman manipulasi data, Badan Koordinasi (Badko) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Jawa Timur menggelar forum Literasi Digital bertajuk “Literasi Digital untuk Keamanan, Kedaulatan Data, dan Pembangunan Berkelanjutan di Era Ekonomi Digital” di Great Diponegoro Hotel, Kamis (23/10/2025).
Forum ini dihadiri sekitar 200 peserta dari kalangan santri dan mahasiswa, menghadirkan sejumlah narasumber lintas sektor — dari lembaga negara, institusi keuangan, hingga akademisi.
Di balik meja dan layar presentasi, forum ini menghadirkan suasana yang tak biasa. Alih-alih sekadar seminar formal, ia terasa seperti ruang perenungan — tentang masa depan bangsa yang kini tak lagi ditentukan oleh kekuatan militer, tapi oleh data dan algoritma.
Ketua Pelaksana kegiatan, Dzulkarnain Jamil, membuka acara dengan nada reflektif namun menggigit.
“Kita sedang hidup di masa ketika perang sudah tak lagi memakai senjata. Ini adalah perang tanpa manusia — perang dengan data, algoritma, dan narasi,” ujarnya.
Dzulkarnain menyinggung realitas baru ekonomi global yang ditandai oleh one gate payment, crypto currency, dan bitcoin — sistem yang menjanjikan efisiensi, tapi sekaligus membawa risiko bagi mereka yang tak siap.
“Kecerdasan ekonomi digital adalah keharusan mutlak, sebelum kita menjadi korban penipuan online. Dunia ini tidak lagi menunggu siapa yang kuat, tapi siapa yang paham,” tambahnya.
Kedaulatan Data dan Kesadaran Kolektif
Ketua Umum Badko HMI Jatim, M. Yusfan Firdaus, menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar rutinitas organisasi, tapi bagian dari gerakan nasional untuk mengembalikan kesadaran digital masyarakat.
“Banyak orang tertipu di era digitalisasi karena minimnya literasi digital. Kegiatan ini menjadi langkah nyata kami menjawab keresahan tersebut,” ujarnya.
Sementara Ketua Komite IV DPD RI, H. Ahmad Nawardi, memandang literasi digital sebagai benteng peradaban baru.
“Literasi digital bukan sekadar kemampuan teknis, tapi upaya menjaga kedaulatan data dan keamanan bangsa,” katanya.
Dari sektor keuangan, Asisten Direktur OJK Jawa Timur, Nur Hidayatul Khusna, mengingatkan publik akan fenomena doom spending — gaya hidup konsumtif akibat tekanan sosial dan ekonomi digital.
“Kita perlu budaya baru: loud budgeting dan YONO — You Only Need One. Kesederhanaan adalah bentuk kesadaran baru dalam mengelola keuangan,” jelasnya.
Sementara Fenty Rischana, Vice President Secretary Corporate Bank Jatim, menekankan pentingnya menanamkan nilai etika dan tanggung jawab sosial dalam dunia digital.
“Digitalisasi harus membawa kemaslahatan, keadilan, dan manfaat bagi masyarakat. Ia bukan tujuan akhir, melainkan alat peradaban,” ujarnya.
Ancaman Siber dan Arus Propaganda
Dari sisi keamanan, Raden Makaryo Nugrahadi, Kepala Bidang Sandi dan Keamanan Informasi Diskominfo Jatim, menyoroti persoalan penyalahgunaan data pribadi dan lemahnya pengendalian ruang siber nasional.
“Data adalah aset baru bangsa. Kedaulatan data berarti kendali atas informasi warga harus berada di tangan bangsa sendiri,” tegasnya.
Sementara itu, Singgih Manggalou, akademisi UPN “Veteran” Jawa Timur, mengingatkan soal pengaruh media sosial terhadap opini publik.
“Lebih dari 90 persen masyarakat Indonesia mengakses isu politik lewat media sosial. Tanpa literasi digital, masyarakat mudah diseret arus manipulasi dan polarisasi,” ujarnya.
Dari Forum ke Gerakan
Di akhir forum, Yusfan Firdaus menegaskan bahwa sinergi antara HMI, lembaga negara, dan institusi keuangan harus berlanjut dalam bentuk kerja konkret.
“Kami berharap kolaborasi ini tidak berhenti di sini, tapi bertransformasi menjadi gerakan berkelanjutan — dari kampus, pesantren, hingga ruang digital masyarakat,” katanya.
Forum ini menjadi catatan penting bahwa masa depan Indonesia tak lagi ditentukan oleh siapa yang memegang senjata, tapi siapa yang menguasai data, narasi, dan kesadaran. Bagi HMI Jatim, literasi digital bukan hanya agenda kerja, tapi bentuk baru dari perjuangan kemanusiaan — perjuangan di medan yang tak terlihat, di perang tanpa manusia.
Catatan Akhir:
“Kedaulatan digital bukan hanya tentang teknologi, tapi tentang martabat bangsa. Sebab ketika data rakyat dijaga, maka harga diri negara pun ikut berdiri