Ber-HMI : Pembebas Mahasiswa dari Penjara Fanatisme
Oleh : Hilal Hidayat
Pengurus Bidang PTKP HMI Paramadina Universitas Wiraraja
________________________________
ARTIKEL – Perbedaan selalu melahirkan kecurigaan bahkan kebencian. disaat polarisasi politik bangsa berkecamuk hmi lahir sebagai jawaban, meredam gerakan disintegrasi ummat. Di tahun 90-an lumrahnya gerakan pemuda dan mahasiswa adalah bagian dari sayap ormas maupun parpol.
Akan tetapi HMI berbeda, HMI berdiri diatas kaki sendiri menjunjung independensi menolak terafiliasi oleh kepentingan. Para founder HMI sepakat bahwa gerakan mahasiswa islam tidak boleh condong kepada golongan manapun untuk menjaga keutuhan bangsa.
Mahasiswa sebagai insan akademis harus menolak segala dikte ormas dan partai politik yang hanya menguntungkan golongan semata, jauh sebelum M. Natsir menyerukan mosi integralnya dalam Parlemen RIS, HMI sudah lebih dulu menyerukan persatuan ummat.
Maka tak berlebihan jika HMI disebut sebagai anak kandung ummat dan bangsa, karna HMI lahir untuk menyatukan semua faksi islam dilingkungan Perguruan Tinggi sebagai bagian komponen penting bangsa.
Hari rabu pon tanggal 5 februari 1947 bertepatan dengan tanggal 14 rabiul awal 1366 hijriah, organisasi mahasiswa islam pertama di Indonesia berdiri dengan nama himpunan mahasiswa islam. Kejumudan masyarakat islam dalam beragama menjadi salah satu hal yang melatarbelakangi berdirinya HMI.
HMI tidak didirikan di tempat megah, melainkan didirikan dalam ruang kelas sederhana sekolah tinggi islam yogyakarta yang kini dikenal dengan nama Universitas Islam Indonesia. HMI lahir dari puing-puing perpecahan ummat karna perbedaan dalam memahami ajaran agama.
Perbedaan ini sebenarnya tidak terlalu menyentuh subtansial ajaran islam, melainkan karna rasa fanatisme yang membutakan, perbedaan selalu dimaknai sebagai pertentangan bukan keanekaragaman dan kearifan ajaran islam.
fenomena fanatisme buta bukan hanya terjadi dikalangan kaum awam melainkan dari mahasiswa sebagai agen sosial. Maka para founder hmi memandang perlu wadah untuk menyatukan perbedaan pandangan diantara mahasiswa dengan hadirnya organisasi.
Kesalahpahaman sering terjadi bukan hanya karna faktor minimnya keilmuan individu melainkan, kurangnya ruang untuk berdialog dan memahami perbedaan diantara beberapa golongan. Maka dengan melihat realitas tersebut HMI sebagai organisasi baru ditahun 1947 berani mengambil langkah strategis dengan menyatakan menerima semua faksi islam.
Jika PMII terafiliasi dengan NU, IMM dengan Muhammadiyah dan GMNI pernah dekat dengan PNI maka HMI tidak terikat dengan partai maupun ormas manapun. Posisi HMI sebagai penyeimbang perbedaan, karna dalan internal HMI sendiri menerima semua golongan asalkan islam dan berstatus mahasiswa.
Tidak terlalu berlebihan jika HMI disebut sebagai kawah candradimuka bangsa, karna alumninya yang majemuk setelah berproses di HMI kembali ke kelompoknya masing-masing dengan membawa terobosan baru.
Mahbub Junaidi, dari keluarga Nahdiyin misalnya, setelah berproses di HMI menjadi ketua pertama PMII yang notabene banom NU. Amin Rais putra Muhammadiyah misalnya ikut andil mendirikan ikatan mahasiswa muhammadiyah pasca berproses di HMI.
Atau kita sebut saja kanda Tolhah Mansur sang jebolan HMI dari kalangan NU ikut andil mendirikan Ikatan pelajar Nahdatul ulama. bahkan seorang Fahri Hamzah menjadi inisiator berdirinya Kammi pasca menjadi alumni HMI.
Kader dan alumni HMI selalu survive dengan tantangan zaman. Terbukti dengan menyebarnya jebolan HMI dalam segala bidang. Alumni HMI banyak terjun di dunia politik, bisnis, akademik bahkan bidang Kehakiman dan lain sebagainya.
Setidaknya 1/3 mentri kabinet Jokowi dan Prabowo adalah alumni HMI, bukan hanya dalam urusan politik, dalam bidang hukum pun banyak tokoh-tokoh jebolan HMI, seperti Yusril Ihza Mahendra, Prof. Jimly As-siddiki, Mahfud MD dan Prof. Hamdan Zoelva (tiga nama terakhir merupakan mantan ketua MK).
Nama besar seperti Yusuf Kalla, Akbar Tanjung dan Anies Baswedan juga tercatat sebagai alumni HMI. Bahkan dijajaran kepengurusan ormas keagamaan dan sosial seperti NU dan Muhammadiyah banyak di isi alumni HMI.