SUMENEP, Limadetik.com – Berawal dari sebuah kesalah pahaman antara dua warga Desa/Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, sehingga memunculkan berbagai persepsi dan informasi liar di tengah masyarakat. Bahkan ada yang meneyebutkan sebagai kasus pemukulan oleh oknum Plt. Camat Sapeken terhadap penasehat Ansor setempat.
Media ini mencoba menggali informasi langsung pada kedua belah pihak hingga muncul pendapat berdasarkan versi masing-masing, sebagaimana versi Ilham Nurdin, orang yang merasa dirinya dianiaya, Yuk mari kita simak.!!.
Versi Ilham Nurdin
Dalam keterangan tertulis yang diterima media ini, Ilham Nurdin menceritakan, bahwa berawal sekira pukul 22.15 Wib di Dusun Ra’as Desa Sapeken, Minggu (1/8/2021) malam tepatnya di rumah duka Bapak Soeharto Kepala Puskesmas Kecamatan Sapeken telah terjadi pemukulan kepada dirinya (Ilham Nurdin) Penasehat PAC. GP. Ansor Kecamatan Sapeken yang dilakukan oleh oknum Plt. Camat Sapeken H. Jailani.
“Kejadian tersebut bermula saat saya bersama Ustadz H. Bashri Ali Mustasyar MWC NU Kecamatan Sapeken mau pamitan pulang setelah acara takziah di rumah duka yang baru saja selesai dikuburkan ba’da sholat isya” katnya, Senin (2/8/2021).
Menurut Ilham, setelah dirinya mau pulang dan Ustadz H. Bashri Ali pamitan kepada keluarga yang berduka dan para tamu pentakziah lainnya yang masih berada di rumah duka. Karena aturan selama covid kalau jabat tangan harus di kepal dan di sentuhkan ke gempalan tangan orang yang di pamiti, tiba giliran terakhir mau pamitan kepada H. Jailani dengan cara yang sama tiba-tiba H. Jailani meninju gempalan tangan Ilham dengan keras.
“Karena terkejut kemudian saya bertanya sembari tersenyum, Loh kok ninjunya sangat keras kayak orang mau tinju-tinjuan saja, iya mau apa jawab H. Jailani, dengan congkaknya sembari mendaratkan bogem mentahnya di daerah pipi saya, setelah saya mau melakukan perlawanan kemudian dilerai oleh tamu yang hadir di acara takziah tersebut” terangnya.
Tidak sampai disitu, lanjut Ilham, setelah di lerai H. Jailani ngomel terus dengan nada menantang, karena sudah tersulut emosi akhirnya dirinya mau mengadakan perlawanan dan melompat hendak memukul H. Jailani, akan tetapi tangan dan tubuhnya keburu dipegang oleh orang-orang yang berusaha melerai perkelahian itu, disaat keadaan dirinya dipegang tiba-tiba kembali H. Jailani mendaratkan bogem mentahnya di daerah dahinya.
“Karena tersulut emosi yang sangat parah saya berontak mau memukul H. Jailani dan lagi-lagi saya di pegang sekuat tenaga oleh orang-orang atau tamu pentakziah yang ada di TKP, lalu kemudian H. Jailani mengacungkan gunting sembari mengancam saya” ungkap mantan Ketua PAC Ansor Sapeken itu.
Karena tidak terima dengan perlakuan oknum Plt. Camat Sapeken tersebut, maka dia langsung melaporkan kasus pemukulan itu ke Polsek setempat dan selanjutnya divisum ke Puskesmas Kecamatan Sapeken guna melengkapi bukti secara medis untuk selanjutnya menunggu proses secara hukum.
“Proses hukum harus tetap jalan, saya tetap akan menindaklanjuti masalah penganiayaan ini sambil lalu saya juga koordinasi dengan sejumlah teman-teman Ansor di Kabupaten, agar hal seperti ini tidak akan terjadi di kemudian hari, apa lagi dia (H.Jailani, red) seorang pejabat publik” tandasnya.
Versi Plt Camat Sapeken (H.Jailani)
Plt.Camat Sapeken, H. Jailani saat ditanya oleh media ini mengatakan, kesalahpahaman berawal dari ketika keduanya hendak mau salaman.
“Saya layani salaman ala covid-19 (salaman panganjagur/versi bahasa sapeken), dan biasa saya kalau dengan teman-teman yang dikenal kayak Ilham misalnya, saya bercanda, agak sedikit dikerasi pagir panumbu, (bahasa sapeken)” katanya menjelaskan.
Namun kata H. Jahe sapaan akrbanya, kok dia (Ilham) mau serang dirinya dengan sorot mata yang nanar kepada dirinya. “Saya tetap senyum-senyum dalam posisi duduk, karena perasaan tak enak, akhirnya saya berdiri (posisi siap
takut diserang)” ceritanya pada media ini.
Namun saat dirinya lanjut H. Jailani, hendak berdiri tiba-tiba tinju melayang ke arah wajahnya, tetapi dia langsung mengelak (menghindar), tapi juga nyasar.
“Karena dirasa brbahaya saya ahirnya kehilangan keseimbangan mental karena suasana duka, untuk mengantisipasi tinju berikutnya saya cover men dorong dadanya untuk mengahiri kesalahpahaman, krena banyak teman tamu yang melerai, tetapi dia malah beringosan sejadi jadinya, ahirnya ramai” paparnya dalam cerita yang dikirimkan ke mediua ini.
Saat ditanya Ilham Nurdin sudah melakukan laporan tertulis kepada Polsek setempat, Plt. Camat Sapeken H. Jailani menilai laporan tersebut terlalu dini dan terkesan cengeng.
“Kalau menurut saya terlalu cengeng, mestinya saya langsung telpon Polsek, tetapi saya tetap anggap biasa biasa saja, masih dalam koridor kesalah pahaman, karakter saya melayani, jika diserang baru juga tak ladeni, apaboleh buat” tutupnya.
(yd/ls)