Ini Alasan Masyayikh, Kiai, Guru serta Warga Desa Guluk-guluk dan Desa Ketawang Laok Tolak Pembangunan PLTS
LIMADETIK.COM, SUMENEP – Masyayikh, Kiai, Guru, warga Desa Guluk-Guluk, Desa Ketawang Laok serta Pemilik lahan sepakat menolak lokasi pembangunan Pembangkit Lampu Tenaga Surya (PLTS) di Wilayah Guluk-Guluk dan Ketawang Laok, Minggu (4/5/2025).
Bukan tanpa dasar, penolakan tersebut dilandaskan pada berbagai alasan ekologis, sosial, dan spiritual, seperti halnya, pertama wilayah yang direncanakan sebagai lokasi PLTS merupakan “paru-paru” Guluk-Guluk Timur, dengan tutupan pohon yang menjadi penopang utama ekosistem lokal dan pelindung sumber daya air.
Alasan kedua, penebangan pohon dalam skala besar demi pembangunan PLTS akan menghancurkan zona hijau dan keanekaragaman hayati. Menurunkan daya serap air tanah yang selama ini mencegah banjir, menyebabkan hilangnya sumber mata air yang selama ini menopang kehidupan masyarakat.
“Disamping akan menyenyebabkan kekeringan jangka panjang, termasuk bagi Pondok Pesantren dan lahan pertanian warga” kata KH. Naqib Hasan, Kamis (1/5/2025) malam saat bertemu dengan para masyayikh, Kiai, guru dan para warga serta pemilik lahan yang tergabung dalam Dewan Persatuan Kiai-Santri dan Rakyat (Dewan Pakar).
Selanjutnya kata Kiai Naqib, apasan yang ketiga yakni, lahan-lahan yang menjadi sasaran pembangunan merupakan lahan produktif dan subur, yang secara etika lingkungan dan prinsip AMDAL tidak layak dijadikan proyek industri energi.
“Maka pada alasan ke empat ini kami menilai bahwa proyek ini tidak mengindahkan keadilan ekologis, dan justru dapat memiskinkan warga dalam jangka panjang akibat rusaknya keseimbangan alam” tandasnya.
Dalam pertemuan itu, para Kiai, guru dan warga serta pemilik lahan mengeluarkan maklumat penolakan lokasi, bukan penolakan pembangunan PLTS.

“Dengan ini kami menyatakan bahwa. Kami menolak untuk menjual dan/atau menyewakan lahan milik kami kepada pihak PT PLN Indonesia Power”
“Kami menegaskan bahwa kami tidak menolak energi terbarukan, namun menolak lokasi yang salah, yang mengorbankan masa depan ekologi dan generasi penerus”
“Kami mengajak seluruh pihak untuk mempertimbangkan alternatif yang adil, berkelanjutan, dan tidak merusak sumber kehidupan, seperti, Agrovoltaik di lahan non-produktif. PLTS atap dan mikrogrid komunitas. PLTS terapung di waduk/water body yang mungkin tersedia di tempat/lokasi lain” ungkap Kiai Naqib.
Sementara itu, KH. Ali Fikri menambahkan, bahwa penolakan tersebut merupakan bagian dari upaya menyelamatkan ekologi serta kehidupan yang berkesinambungan tanpa harus mengorbankan kepentingan kehidupan generasi di masa yang akan datang.
“Semestinya, pembangunan dilakukan dengan mendengar suara masyarakat dan mempertimbangkan keselamatan lingkungan hidup secara utuh”
KH. Ali Fikri secara khusus menyampaikan sangat mendukung jika pembangunan dilakukan untuk kesejahteraan masyarakat kepulauan. “Kasian rakyat di pulau-pulau, mereka belum menikmati Indonesia Terang. Jadi, pembangunan PLTS lebih layak di kepulauan” terangnya.
Untuk diketahui, dalam hal penolakan pembangunan PLTS ini, setidaknya ada puluhan Masyayikh, Kiai dan Guru serta ratusan warga yang menandatangani penolakan lokasi pembangunan PLTS tersebut