Opini

Kami Tak Butuh Panggung Megah, Kami Butuh Arah

×

Kami Tak Butuh Panggung Megah, Kami Butuh Arah

Sebarkan artikel ini
Kami Tak Butuh Panggung Megah, Kami Butuh Arah
Bisron Ali

Kami Tak Butuh Panggung Megah, Kami Butuh Arah

Suara dari Sumenep untuk Masa Depan Duta Wisata yang Lebih Bermakna

Oleh: Bisron Ali
Korwil ASPRIM Madura | Wakil Sekretaris PHRI Sumenep | Owner Jawara Tour & Travel | Konsultan Desa Wisata | Praktisi Digital Marketing & Prompt Engineering AI

_________________________________

OPINI – Setiap tahun, Sumenep diramaikan oleh ajang bergengsi pemilihan Kacong Cebbing. Sebuah parade budaya sekaligus kontes duta wisata yang menampilkan putra-putri terbaik daerah. Busana adat Suemenp yang memikat, panggung megah yang membanggakan, dan senyum percaya diri para finalis seakan menjadi simbol betapa hidupnya warisan lokal kita.

Namun setelah lampu panggung padam, yang tersisa justru pertanyaan sunyi: Setelah selempang disematkan, lalu apa?

Saya menulis ini bukan sebagai pihak luar yang mencibir dari kejauhan. Saya adalah pelaku langsung:

Pengurus PHRI Sumenep, tempat hotel, restoran, dan kafe mencari SDM yang siap kerja.

Korwil ASPRIM Sumenep, Asosiasi Pariwisata Madura

Pemilik biro perjalanan wisata, Jawara Tour & Travel, yang kadang kesulitan mencari tour guide dan LO berkarakter.

Konsultan desa wisata yang melihat potensi luar biasa namun minim SDM lokal bertalenta.

Dan saya juga bagian dari masyarakat Sumenep, yang bangga akan panggung Kacong Cebbing tapi tak ingin kebanggaan itu berhenti di seremoni.

#Kritik Publik: Ajang Publik, Tapi Terasa Seperti Rahasia

Tinggal tiga hari lagi Grand Final Kacong Cebbing digelar, tapi warga masih tak tahu siapa finalisnya, siapa jurinya, bahkan apa hadiahnya. Ajang publik kok terasa seperti acara rahasia? Jangan disembunyikan, “publikasikan secara terbuka.”

Bisron Ali, Korwil ASPRIM Madura & Wakil Sekretaris PHRI Sumenep

Minimnya kanal resmi seperti sosial media dan website untuk publikasi menjadi sorotan utama. Tidak adanya informasi finalis, panitia, juri, EO, timeline, dan hadiah menciptakan jarak antara acara dan masyarakat.

#Potensi Finalis yang Terabaikan

Setiap tahun, 24 finalis (12 pasang) tampil memukau. Mereka fasih berbahasa asing, percaya diri berbicara di depan publik, berbakat di seni suara, tari, menulis, hingga membuat konten digital. Mereka cocok jadi:
° MC, host acara, pembawa acara formal
° Guide wisata, tour leader, penerjemah
° Content creator, kontributor media, admin sosial media
° Penari, penyanyi, public relation, sekretaris pribadi.

Sayangnya, semua potensi itu lenyap dalam sunyi. Karena hingga kini, tidak tersedia:

Website resmi yang menampilkan profil dan potensi finalis
Sosial media aktif dari panitia yang mengangkat keunikan peserta
Pemberitaan resmi dan dokumentasi yang bisa dijadikan referensi industri

Jika publikasi dan profil ini tersedia, saya yakin para finalis bisa jadi rebutan.

Dunia usaha akan dengan mudah menilai, memilih, dan merekrut mereka. Tapi saat ini, kami bahkan tidak tahu siapa mereka.

#Dunia Usaha Butuh Mereka. Tapi Di Mana Mereka?

Sebagai pengurus PHRI, saya tahu betul tantangan anggota kami.
– Hotel, restoran, dan kafe tak selalu mendapatkan SDM yang sesuai dari proses rekrutmen konvensional.
– Padahal, finalis Kacong Cebbing adalah aset SDM siap pakai, hanya saja tidak terlihat.

Begitu pula sebagai pemilik biro wisata, saya sangat memerlukan:
° Tour guide yang berkarakter
° LO yang ramah dan komunikatif
° Host perjalanan digital
° Interpreter dan pemandu tamu asing

Kami tak perlu membuka lowongan. Cukup diberi akses pada data finalis, dan kami bisa langsung menghubungi mereka.

#Desa Wisata pun Butuh Mereka

Sebagai konsultan desa wisata, saya menyaksikan langsung bahwa destinasi lokal tumbuh cepat. Tapi sayangnya, tumbuh tanpa talenta. Padahal para finalis Kacong Cebbing bisa:

° Menjadi pemandu lokal di destinasi desa
° Membuat konten promosi desa wisata
° Menjadi wajah representatif yang menjual pengalaman budaya

#Solusinya: Bangun Sistem Publikasi yang Terbuka

Kunci dari semua masalah ini adalah satu:

Minimnya publikasi dan sistem informasi. Saya membayangkan ajang Kacong Cebbing ke depan punya:

° Website resmi berisi profil, foto, dan video semua finalis
° Akun Instagram, TikTok, dan YouTube aktif untuk mengangkat potensi mereka
° Pemberitaan resmi dari panitia di media lokal dan nasional
° Portofolio digital setiap finalis yang bisa dicari dan dibagikan
° Penampilan digital mereka ditata agar
bisa ditemukan oleh dunia usaha

Sebagai praktisi digital marketing dan branding, saya siap memberikan:

° Kelas personal branding digital untuk finalis
° Materi pengembangan profil di Instagram, Facebook, TikTok
° Teknik soft selling dan storytelling visual
° Strategi penulisan bio dan konten yang menjual
° Optimalisasi agar mereka bisa ditemukan lewat kata kunci pencarian

> Finalis tak hanya akan dikenal secara lokal, tapi juga menjadi talenta digital yang profesional, relevan, dan mudah direkrut.

#Kenapa Semua Tahapan Harus Terpublikasikan?

Pemilihan Kacong Cebbing bukan sekadar malam final. Di balik itu, ada serangkaian proses penting yang patut diketahui publik:

Tema dan tagline besar tahun ini
Nama-nama panitia dan penanggung jawab utama

– Jajaran dewan juri: siapa saja, apa latar belakang dan keahliannya
– EO penyelenggara, bagaimana profesionalisme dan kualitas produksinya
– Rundown lengkap acara: mulai seleksi, eliminasi, pembekalan, karantina, hingga Grand Final

Profil semua finalis: asal, latar belakang, talenta, dan potensi
Materi pembekalan dan nama para mentor: agar publik tahu bahwa peserta memang dibekali ilmu yang relevan
Fasilitas dan pengalaman yang didapat finalis selama proses

√ Hadiah untuk para pemenang: bentuk apresiasi nyata atas prestasi mereka
√ Kemegahan malam Grand Final: siapa saja tamu undangan, tokoh daerah, dan apakah masyarakat bisa ikut menyaksikan
Rekaman, foto, dan liputan acara secara profesional

> Jika semua hal ini dipublikasikan dengan baik melalui media resmi dan sosial media, maka ajang ini akan benar-benar hidup dalam obrolan masyarakat.

> Akan ada rasa bangga, antusiasme, bahkan partisipasi sosial yang lebih luas—layaknya publik menyambut pemilihan Puteri Indonesia.

#Seruan untuk Panitia, Dinas, dan Bupati Sumenep

Jika kita ingin ajang Kacong Cebbing menjadi gerakan strategis, maka harus dibangun dengan:

° Transparansi proses seleksi dan penjurian
° Peta jalan pembinaan satu tahun ke depan
° Publikasi profil dan potensi finalis secara profesional
° Kolaborasi terbuka antara panitia, PHRI, komunitas, media, dan desa wisata
Program keberlanjutan yang bisa dilacak hasilnya.

Ajang ini harus melahirkan duta pariwisata yang hidup, bekerja, dan berdampak nyata, bukan sekadar tampil dalam satu malam.

#Saya Siap Membantu

Sebagai bagian dari ASPRIM dan PHRI, saya siap:

– Membantu menyusun sistem informasi dan publikasi finalis
– Menjadi jembatan antara dunia usaha dan peserta
– Melatih finalis membangun personal branding digital
– Merancang roadmap keberlanjutan pasca-ajang.

Karena kami tidak lagi ingin hanya menonton dari bangku penonton. Kami ingin menjadikan Kacong Cebbing sebagai gerakan strategis untuk kebangkitan pariwisata Sumenep.

Masih ada kesempatan merubah selempang itu menjadi jalan masa depan Kacong Cebing.