Sumenep, 6 April 2020
Limadetik.com – Oleh: Yant Kaiy.
OPINI – Wabah virus corona yang melanda di seantero dunia menyebabkan segala perhelatan penting menjadi tertunda. Perhelatan yang sudah direncanakan jauh hari sebelum Covid-19 menebar momok di sendi kehidupan umat manusia. Kekhawatiran akan terjangkitnya Covid-19 menyatukan tekad banyak orang untuk menaati anjuran dan himbauan pemerintah. Menghindari kerumunan orang, social distancing, dan pola cuci tangan adalah bentuk-bentuk pencegahan.
Dari pengamatan penulis di wilayah Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep Madura, mulai Maret kemarin masyarakat tidak lagi mengadakan acara kumpul-kumpul. Bahkan banyak diantara mereka yang punya hajatan pernikahan ditunda sampai batas tak ditentukan. Mereka hanya menyelenggarakan akad nikahnya saja bersama keluarga kedua mempelai. Tak ada undangan, sound sistem, terop dan kursi.
Ada pula beberapa warga yang akan menyelenggarakan resepsi perkawinan sudah mengundang hiburan dan telah membayar uang muka, terpaksa dipending. Padahal kebanyakan dari mereka telah membeli segala keperluan hajatan sakral.
Lazim berlaku di tengah-tengah masyarakat kita, kalau acara hajatan perkawinan itu sebagai bentuk syukur kepada Yang Maha Pencipta. Kebahagiaan kedua mempelai yang duduk di pelaminan bagi kedua orang tuanya mesti dimeriahkan. Tak peduli mereka menggelontorkan duitnya cukup banyak.
Kebanyakan dari mereka yang sudah ready harus kecewa dan gigit jari karena virus corona. Dengan diberi pengertian dari Kepala Desa setempat, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pihak keluarga dekat, mereka akhirnya mau juga menerima kenyataan itu.
Begitu pula dengan seni hiburan yang terlanjur dikontraknya. Mereka mau juga menerima dengan lapang dada, bahwa virus corona menjadi ancaman bagi kehidupan masyarakat luas. Kesadaran itu tumbuh dari dasar hatinya paling dalam karena mereka tidak mau terpapar virus berbahaya itu. []












