Artikel

Menyikapi Sambutan Cak Imin yang Menuai Kontroversi

×

Menyikapi Sambutan Cak Imin yang Menuai Kontroversi

Sebarkan artikel ini
Menyikapi Sambutan Cak Imin yang Menuai Kontroversi
Noris Soleh

Menyikapi Sambutan Cak Imin yang Menuai Kontroversi

Oleh : Noris Soleh
__________________________________

ARTIKEL – Cak Imin kembali menuai kontroversi ditengah-tengah organisasi setelah ia menyampaikan sambutan dalam acara Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII) yang menyinggung soal kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang menyatakan “Nggak ada PMII, nggak tumbuh dari bawah, kalau ada yang tidak tumbuh dari bawah pasti bukan PMII, pasti itu HMI,”.

Peristiwa ini mengundang banyak sekali reaksi bahkan kecaman dari berbagai kalangan bukan hanya dari kalangan kader HMI tapi banyak juga dari kalangan-kalangan lain yang sadar akan ucapan yang disampaikan secara tidak pantas tersebut.

Banyak pihak yang geram dengan pernyataan Cak Imin dalam acara tersebut. Selain menimbulkan konflik antar organisasi mahasiswa, pernyataan yang merendahkan kader HMI juga berpotensi mengikis persatuan yang telah lama terjalin antar kedua organisasi ini. Mengingat PMII dan HMI memiliki sejarah panjang dalam memperjuangkan pembangunan bangsa.

Status Cak Imin sebagai pejabat publik seharusnya memberikan nilai edukasi yang positif dalam setiap tindakannya salah satunya dalam pernyataannya. Karena setiap ucapan memiliki dampak yang lebih luas dan memiliki kekuatan untuk memengaruhi stabilitas hubungan sosial.

Sebagai pejabat publik seharusnya memberi contoh bagi orang lain untuk mengatur pola pembicaraan dengan santun, bijaksana, dan mengutamakan persatuan serta sadar bahwa ia memiliki kewajiban etis untuk menjaga kerukunan sosial dan menghindari pernyataan yang dapat memperburuk masalah dengan memicu konflik. Berbicara dengan hati-hati dalam situasi ini tidak hanya benar secara moral, tetapi juga merupakan aspek profesional.

Peristiwa ini menjadi pengingat akan pentingnya pengendalian diri dalam berkomunikasi bagi semua orang, baik itu di forum formal maupun informal, setiap platform memiliki audiens dan latarnya masing-masing.

Ketika disampaikan di depan khalayak yang lebih luas atau dilaporkan oleh media, apapun yang mungkin dianggap lelucon atau pernyataan yang tidak direncanakan di hadapan sekelompok kecil orang dapat berubah menjadi isu yang kontroversial.

Pengendalian diri dalam berbicara menunjukkan kedewasaan dan profesionalisme dalam menyampaikan pandangan, bukan pembatasan hak atas kebebasan berbicara. Seorang pejabat publik yang cerdas akan mempertimbangkan dampak setiap frasa dan memilih kata-kata yang bermanfaat.

Alih-alih melontarkan pernyataan yang kontroversial, seharusnya ia lebih berfokus pada pernyataan-pernyataan yang membangun dan menciptakan semangat. Misalnya, akan lebih tepat untuk berterimakasih kepada semua pihak atas kontribusi mereka terhadap pembangunan bangsa, mendorong kerja sama antar organisasi, dan memotivasi generasi mendatang untuk terus berkarya dalam rangka mengemban amanah dan nilai nasionalis.