Pengaruh Media Sosial Terhadap Pola Pikir Peserta Didik
OLEH : Irma Safitri
Mahasiswi IAI Al-Khairat Pamekasan
___________________________________
ARTIKEL – Di Era modern seperti ini membuat kita terbantu akan kemudahan teknologinya dalam melakukan berbagai aktivitas. Selain itu media merupakan salah satu teknologi yang membantu kita dalam berkomunikasi, berbagi informasi, dan membangun hubungan dengan orang lain.
Media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari, terutama bagi peserta didik seperti siswa dan mahasiswa. Karena media sosial saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan peserta didik.
Platform seperti Instagram, TikTok, YouTube, Whatsapp, Facebook dan X (Twitter) bukan hanya menjadi sarana hiburan, tetapi juga sumber informasi dan ruang interaksi sosial. Namun, pengaruhnya terhadap pola pikir peserta didik bersifat ganda bisa positif maupun negatif, tergantung pada cara penggunaannya, yang dampak tersebut bisa berpengaruh bagi diri sendiri maupun orang lain.
Di sisi positif, media sosial membuka akses terhadap berbagai wawasan baru. Peserta didik dapat belajar dari konten edukatif, berdiskusi dengan orang-orang dari latar belakang berbeda, serta mengembangkan kemampuan berpikir kritis melalui paparan terhadap berbagai sudut pandang.
Misalnya, banyak akun yang menyajikan materi pembelajaran, motivasi belajar, hingga pengetahuan umum yang disampaikan dengan cara menarik dan mudah dipahami.
Namun, di sisi negatif, media sosial juga dapat membentuk pola pikir yang dangkal dan konsumtif. Arus informasi yang cepat sering membuat peserta didik lebih fokus pada tren sesaat dari pada substansi. Mereka bisa terjebak dalam budaya instan, ingin hasil cepat tanpa proses panjang.
Selain itu, paparan terhadap gaya hidup yang “sempurna” di media sosial dapat menimbulkan perasaan rendah diri, menurunkan motivasi belajar, bahkan menimbulkan tekanan sosial.
Disisi lain dampak negatif sosial media itu sendiri yaitu merusak kesehatan mata, menyebabkan kecanduan dan penurunan produktivitas, menyebabkan penyebaran informasi yang tidak benar dan merugikan orang lain.
Dalam konteks pendidikan, tantangannya adalah bagaimana membimbing peserta didik agar mampu bersikap kritis dan selektif terhadap informasi yang diterima. Guru dan orang tua berperan penting dalam menanamkan literasi digital, yaitu kemampuan untuk memahami, menilai, dan menggunakan media sosial secara bijak.
“Jadi Media sosial bukanlah musuh, tetapi alat. Pengaruhnya terhadap pola pikir peserta didik akan bergantung pada bagaimana mereka memanfaatkannya. Jika digunakan dengan kesadaran dan tanggung jawab, media sosial bisa menjadi sarana pembelajaran dan pengembangan diri yang luar biasa. Namun, tanpa pendampingan dan literasi yang memadai, media sosial bisa mengarahkan pola pikir peserta didik pada hal-hal yang superfisial dan menjauh dari nilai-nilai pendidikan.”












