Artikel

Sekilas Mengenal Liberalisme Feminis dalam Perspektif Islam

×

Sekilas Mengenal Liberalisme Feminis dalam Perspektif Islam

Sebarkan artikel ini
Sekilas Mengenal Liberalisme Feminis dalam Perspektif Islam
FOTO: Sulfa Iradati, Kader HMI Paramadina

Oleh : Sulfa Iradati

Islam merupakan agama yang rahmatan lil ‘alamin, yaitu agama yng menebarkan rahmat bagi alam semesta. Salah satu dari bentuk rahmat tersebut ialah adanya pengakuan islam terhadap kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Hal ini juga merupakan salah satu bentuk dari nilai kemanusiaan, yang pada hakekatnya islam merupakan agama yang didalamnya terkandung nilai-nilai kemanusiaan.

Nilai-nilai kemanusiaan sebagai refleksi adanya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Dalam hal ini, akan sekilas dikaji terkait liberalisme feminis dalam pandangan islam yang didasarkan pada sumber ajaran islam yang utama yaitu Al-Qur’an dan Hadist.

Berbicara mengenai liberalisme, hal yang paling diingat adalah Amerika Serikat. Amerika Serikat merupakan salah satu negara pertama yang menganut dan mengagung – agungkan faham liberalisme ke seluruh penjuru dunia. Istilah liberalisme berasal dari dua kata yaitu liberal dan isme.

Liberal yang artinya bebas, bebas dalam arti mempunyai kebebasan untuk berpikir serta adanya hak kebebasan dalam segala aspek bagi setiap individu, sedangkan isme artinya adalah suatu paham. Dengan kata lain, liberalisme adalah suatu paham yang mengindikasikan kepada kebebasan berpikir untuk melakukan tindakan logis dan tekstual dalam mengatur kehidupan sosial.

Liberalisme sudah ada sejak abad 16 dan mengalami perkembangan pada abad 20. Paham liberalisme menitikberatkan pada kebebasan individu, dimana masyarakat menolak adanya pembatasan baik oleh agama maupun pemerintahan. Akan tetapi kebebasan tersebut tetap harus dapat dipertanggungjawabkan. Adanya kebebasan individu dalam liberalisme ini membantu masyarakat dalam mengembangkan ide.

Pada zaman jahiliah telah diterapkan yang namanya liberalisme. Perilaku serta kebudayaan di masa zaman jahiliah menjadi refleksi dari adanya liberalisme. Di dalam surah an nahl ayat 58-59 dijelaskan bahwa ketika seseorang dari mereka melahirkan anak perempuan, maka wajah mereka akan menjadi hitam dan akan sangat marah.

Bahkan kelahiran anak seorang perempuan menjadi aib dan kabar buruk bagi mereka, sehingga mereka bersembunyi dari orang banyak sebab menanggung malu akibat kelahiran bayi perempuan tersebut dan tanpa dosa mereka mengubur bayi itu hidup-hidup agar terhindar dari kehinaan.

Kebebasan yang sulit dicerna akal serta kebudayaan atau kebiasaan yang jauh dari kemanusiaan membawa kepada kemudharatan umat manusia. Maka lahirnya Nabi Muhammad SAW membawa kemaslahatan kepada umat manusia, terutama bagi kaum perempuan yang dimuliakan martabatnya sejak lahirnya Nabi Muhammad SAW.

Lalu bagaimana pandangan feminisme dalam agama islam?.
Berbicara mengenai feminisme berarti sedang berbicara tentang perempuan dan kesetaraannya. Secara bahasa, feminisme berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “femina” yang artinya memiliki sifat keperempuanan dan isme adalah paham. Dengan kata lain, feminisme adalah sebuah paham yang memiliki nilai-nilai gerakan perempuan dalam mencapai kesetaraan gender.

Femenisme hadir untuk memperbaiki tatanan kesetaraan perempuan dan laki-laki. Sejak awal kedatangan islam, islam telah menghapus diskriminasi terhadap perempuan. Sebelumnya pada zaman jahiliah kebiasaan membunuh bayi perempuan menjadi lazim dilakukan, akan tetapi sejak agama islam datang hal tersebut dihapuskan dan dilarang secara keseluruhan.

Islam tidak membatasi gerak perempuan yang hanya didalam kehidupan domestik, akan tetapi juga mengakui kerja sama laki-laki dan perempuan dalam kehidupan publik. Pada prinsipnya, Al-Qur’an tidak melarang perempuan dalam hal bekerja ataupun pendidikan, adapun anjuran untuk tetap tinggal dirumah bertujuan untuk melindungi dan lebih ke persoalan preventif (pencegahan). Sebenarnya tidak ada larangan untuk keluar rumah bagi perempuan kecuali untuk bermaksiat.

Perempuan memiliki peran ganda dalam kemerdekaan hidupnya, ia dapat berkiprah didalam kehidupan rumah tangga dan juga dapat berkiprah diluar rumah dengan tetap melandaskan kegiatannya pada ketentuan syari’ah. Dilihat dari sudut pandang ini, kaum perempuan telah mendapat derajat mulia dengan segala keistimewaan yang melingkupinya.

Sebenarnya mindset masyarakat yang mencoba membatasi gerak perempuan, yang menjadikan peran perempuan hanya dilingkup domestik, seperti ungkapan, bahwa pekerjaan yang bisa perempuan lakukan hanya memasak, mencuci, dan mengurus rumah tangga. Meskipun pada umumnya, hak tersebut memanglah wajar dilakukan oleh perempuan, akan tetapi bukanlah kodrat sebagai perempuan, entah itu laki-laki ataupun perempuan sama-sama bisa melakukan pekerjaan tersebut. Sesungguhnya kodrat sebagai perempuan hanyalah tiga yaitu mengandung, melahirkan , serta menyusui, selebihnya tidak dapat disebut sebagai kodrat perempuan.

Islam secara parsial mendukung gerakan feminisme karena Islam memiliki prinsip memuliakan perempuan dan pada dasarnya tidak ada gender kedua dalam islam. Bagi yang mengatakan bahwa feminisme dan islam bertentangan, mereka perlu memahami bahwa islam memuliakan pengetahuan dan perempuan, yang kemudian dapat dilihat sebagai inti dari feminisme itu sendiri.

Lalu bagaimana hubungan liberalisme dalam feminisme?.
Liberalisme merupakan paham yang mendukung kebebasan berpikir secara logis dan tekstual, sehingga searah dengan gerakan perempuan dalam mencapai kesetaraan gender. Salah satu tokoh liberalisme feminis yang terkenal yaitu Mohammad Husein. Liberalisme dalam islam lebih memfokuskan kepada wacana kebebasan berpikir.

Di dalam Al-Qur’an disebutkan, bahwa Laki-laki dan perempuan mempunyai derajat yang sama, yang membedakannya hanyalah ketakwaannya. Banyak ayat Alqur’an yang didapati menekankan prinsip-prinsip keadilan, kebebasan dan persamaan serta memberikan perlindungan terhadap kaum perempuan.

Dapat dilihat, bahwa islam merupakan agama yang mendukung kesetaraan dalam segala aspek kehidupan dan perempuan memiliki segala keistimewaan yang melingkupinya yang menjadi refleksi bahwa agama islam mendukung liberalisme feminis.


Penulis adalah Kader HMI Paramadina dan Mahasiswi Unija Sumenep