SUMENEP, LimaDetik.Com – Penolakan demi penolakan terhadap rencana penambangan fosfat secara besar-besaran bermunculan, penolakan dari berbagai pihak di Kabupaten Sumenp tidak hanya masyarakat kecil, namun juga dari aktivis, salah satunya datang dari Majelis Pemuda Revolusi (MPR) Madura Raya.
Menurut Noval, Ketum MPR Madura Raya penolakan ini bukan serta-merta terjadi, melainkan hasil dari kajian yang dilakukan pihaknya pada Rabu, (10/02/2021) kemarin di Sekretariat MPR Madura Raya.
“Penolakan ini bukan tanpa alasan dan tidak instan. Ini merupakan hasil kajian kita di MPR Madura Raya.” terang Noval kepada awak media.
Kajian yang dilakukan oleh pihaknya menghasilkan satu kesimpulan, yaitu penambangan Fosfat di Kabupaten Sumenep ini harus ditolak. Sebab, penambangan Fosfat ini hanya merupakan eksploitasi terhadap Sumber Daya Alam (SDA) yang ada dan hanya akan mengakibatkan kerusakan alam dan kehancuran ekosistem.
“Kita tegas menolak penambangan Fosfat di Kabupaten Sumenep. Kita tidak ingin alam kita rusak dan ekosistem menjadi amburadul gegara aktifitas penambangan yang sama sekali tak menguntungkan rakyat Sumenep ini,” ucap Noval dengan tegas.
Ketum MPR Madura Raya ini juga tegas mengatakan bahwa, penambangan fosfat tersebut hanya menguntungkan pemilik modal dan kelompok elite. Sedangkan rakyat kecil hanya akan menanggung segala kerusakannya. Sehingga slogan “mensejahterakan rakyat” semakin jauh panggang dari api.
Lebih lanjut ia menambahkan, bahwa MPR Madura Raya tidak akan membiarkan siapa pun mengekploitasi Fosfat di Kabupaten Sumenep, sekalipun ia putra daerah. Apalagi orang luar daerah yang kepentingannya hanya bisnis. Kalau dibiarkan, rakyat akan menjadi budak di tanah tumpah darah sendiri.
“Fosfat hanya akan menguntungkan pemilik modal dan elite. Rakyat hanya akan merasakan kesengsaraan dan semakin menderita. Maka dari itu kita tidak akan membiarkan siapa pun, termasuk putra daerah sekalipun, apalagi cuma pemodal yang kepentingannya bisnis mengeksploitasi Sumber Daya Alam (SDA), merusak lingkungan dan menghancurkan ekosistem kehidupan kita. Kami akan lawan eksploitasi ini. Kita tidak mau dijajah oleh mereka pemilik modal. Kita juga tidak mau menjadi budak mereka,” tegas Noval.
Dikatakan Noval, tiada kata yang pantas diteriakkan kecuali kata “Lawan” untuk tambang Fosfat di Sumenep. Jangan sampai pemilik modal bebas mengekploitasi alam kita, sedangkan rakyat berada di bawah bayang-bayang kemelaratan dan.perbudakan.
“Hidup tertindas atau mati melawan,” teriak Noval.
(hmd/yd)