Opini

Masyarakat dengan Kegagalan Memahami Desa

×

Masyarakat dengan Kegagalan Memahami Desa

Sebarkan artikel ini
Masyarakat dengan Kegagalan Memahami Desa
FOTO: Muhammad Al A'ala Ad

OLEH : Muhammad Roid Al A’la Ad
Kader HMI Komisariat Lancaran

_____________________________

OPINI – Ketika kita berbicara mengenai desa adalah hal yang menarik untuk dikaji dan diurai bersama, karena desa merupakan miniatur terkecil dari surga. Akan tetapi paradigma yang selama ini terjadi banyak orang menganggap desa dan masyarakatnya tertinggal, pemahaman negatif ini yang sudah mengakar dan terbangun dipemahaman orang banyak.

Desa tertinggal itu hanya ada dikalangan masyarakat yang terlalu banyak menelan isu-isu tentang pendapatan yang menggiurkan di kota dan manisnya kehidupan kota yang serba mewah. Pemahaman yang salah akan melahirkan tindakan yang salah juga apalagi pemahaman itu diadopsi oleh kalangan masyarakat luas. Tentu akan berdampak buruk dan merugikan jika pemahaman ini berkelanjutan dari zaman ke zaman, pemuda akan kehilangan semangat dalam berkreasi dan berambisi menjadi orang hebat jika di desa paradigmanya seperti ini.

Sebenarnya desa yang tertinggal itu bukanlah desa yang kekurangan pemikir, tetapi desa yang kekurangan lapangan pekerjaan untuk sang pemikir, sehingga mereka akan merantau ke kota untuk mencari pekerjaan, dan beranggapan desa berisikan orang-orang yang tertinggal hanya karena tidak ada pekerjaan yang cocok dan menjanjikan.

Interpretasi itu seakan-akan mengiyakan bahwa untuk menjadi sukses harus ke kota besar. Paradigma ini yang harus kita tinggalkan dan harus kita perangi dengan argumentasi faktual. Oleh karena itu, membangun sebuah desa adalah harga mati yang harus segera terealisasikan.

Faktanya dimasa sekarang banyak gerakan-gerakan tentang pemberdayaan masyarakat desa yang hal itu dimentori oleh pemuda. Hal ini membuka gerbang cerah bagi masyarakat luas bahwa desa adalah tempat yang mempunyai potensi dan kekayaan alam yang cukup besar. Tentunya gerakan-gerakan ini menjadi kabar gembira bagi kita semua.

Bentuk gerakan yang berorentasi dari desa untuk desa bermacam-macam. Ada yang fokus di bidang pendidikan dan keterampilan. Gerakan ini berupaya memberikan pendidikan tambahan dengan cara membuat forum diskusi diluar jam sekolah, mengadakan seminar sebagai bentuk mencerahkan terhadap masyarakat.

Ada pula gerakan yang lebih fokus kepada pendampingan petani-petani di desa. Gerakan macam ini, mengorganisir petani-petani desa, bahu-membahu mencapai kesejahteraan bersama dan membentuk petani cerdas. dan masih banyak lagi.

Sebagai orang desa, mindset kita yang harus diubah. Membangun desa itu bukan dari kota, tapi kebalikannya “membangun kota dari desa” (jadi desa dulu yang harus kita bangun).

Desa menyimpan banyak lapangan untuk meningkatkan kreativitas anak bangsa, tapi sifat pragmatis yang terselubung dalam jiwa pemuda akan berdampak terhadap pemuda dan terhipnotis oleh angan-angan kebahagiaan semu. Padahal daya tarik dari kota sebenarnya adalah “penindasan”, kita adalah orang-orang tertindas. Dan kita tidak sadar mengiyakan ketertindasan kita dengan nilai-nilai semangat juang; nilai-nilai patuh, takut, malu, menerima, siap grak membuat kita hanya sebagai robot dari para penindas.

Mirisnya lagi, anggapan orang-orang Desa kesuksesan itu diukur dengan materi dan pekerjaan serba rapi dan berdasi. Mereka terperangkap oleh pemahaman yang salah dan membangkitkan sugesti menakutkan.

Hari ini pemuda sangat dibutuhkan untuk mengubah mindset masyarakat luas tentang desa, tidak selamanya desa itu identik dengan ketertinggalan. Pemuda harus menjadi garda terdepan dalam pembangunan ataupun dalam pengembangan desa.

Walaupun berbagai gerakan memberdayakan desa banyak bermunculan seperti yang dibahas di awal tulisan tetapi belum merata. Bahkan mungkin dari beberapa pemuda yang punya kesempatan belajar sampai tingkat universitas, setelah lulus belum banyak yang minat kembali ke desa dan menjadi sarjana untuk desa.

Kita adalah pemuda desa, dari desa merantau untuk menggali ilmu di Universitas yang kita perjuangkan. Maka tak ada salahnya kita kembali ke desa untuk mengimplementasikan ilmu dan pengetahuan yang kita dapatkan.