ARTIKEL, LIMADETIK.COM – Hari ini, menari di atas panggung-panggung kemajuan bahkan birokrasi sepertinya harus memiliki kualitas diri dan potensi yang cukup mumpuni. Namun masyarakat yang merupakan kaum primitif kini tidak memiliki kapasitas untuk menampilkan potensinya di atas panggung tersebut, apalagi ingin mendirikan panggung. Potensi-potensi unggul pun terasa tidak terwadahi.
Toh walaupun pada kenyataannya potensi masyarakat sangatlah beraneka ragam, namun hal itu hanya dibelenggu karena lemahnya fasilitas pendidikan untuk mengembangkan potensinya. Kegelisahan masyarakat semakin menguak yang disebabkan oleh emansipasi pendidikan terasa asing bagi mereka.
Berbagai macam ketergantungan yang dialami masyarakat primitif sehingga konsekuensi yang akan timbul adalah hilangnya efektifitas terhadap perkembangan kesejahteraan masyarakat dari segi ekonomi, politik, bahkan budaya yang semakin hari akan tergerus keberadaannya. Itu merupakan salah satu kesalahan yang telah terjadi di dalam realitas sosial kehidupan masyarakat.
Keadaan realitas sosial akan semakin buruk apabila fasilitas untuk mengembangkan potensi kini tidak terealisasi di dalam masyarakat, terutama masyarkat pedesaan. Pasalnya ada banyak orang-orang yang masih buta huruf dan bahkan tingkat pengangguran semakin meningkat yang disebabkan oleh potensi masyarakat yang tidak dikembangkan.
Oleh karenanya urgensi dari salahsatu kelompok, komunitas, organisasi atau lembaga bahkan individu yang peduli terhadap keadaan sosial masyarakat kini sangat dibutuhkan.
Memiliki kepedulian terhadap realitas sosial atau melihat keadaan yang sering terjadi dalam masyarakat, merupakan salah satu sifat atau sikap, bahkan aktualisasi yang jarang direalisasikan oleh banyak orang. Karena hal itu adalah tingkah laku yang anggapan mereka tidak memiliki keuntungan dan hanya meluangkan waktu saja. Akan tetapi dengan memiliki kepedulian terhadap keadaan masyarakat, itu adalah bentuk pengabdian seseorang kepada masyarakat bahkan kepada Tuhan.
Dengan adanya pendidikan di ranah masyarakat terutama di dalam pedesaan, merupakan keniscayaan yang akan mengembangkan potensi bagi regenerasi keunggulan bangsa, negara bahkan agama. Dan tidak hanya itu, masyarakat yang memiliki beraneka ragam macam potensi, kini akan membawa masyarakat lebih berdaya, maju bahkan unggul. Baik itu merupakan pendidikan non formal yang berbasis pesantren ataupun pendidikan formal seperti perguruan tinggi dan lain-lainnya.
Sedikit mengingat tentang narasi historiografi latar belakang berdirinya perguruan tinggi yang berada di dalam lingkungan masyarakat pedesaan. Yaitu adalah Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Raudlatul Iman (STIDAR). Perguruan tinggi ini adalah salah satu kampus di Kota Sumenep yang didirikan di pedalaman nan jauh dari keramaian.
Sehingga desiran angin alami akan terus menyapa STIDAR di setiap hari-harinya, bahkan sangat mendukung saat berjalannya belajar dan mengajar di lingkungan itu. Pasalnya ketika mahasiswa berkolaborasi dengan keadaan alam yang sangat alami, maka hilanglah frustrasi yang dialami.
Berdirinya Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Raudlatul Iman (STIDAR) kini didasari karena adanya kegelisahan yang dialami oleh para tokoh masyarakat dan pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Iman di Desa Gadu Barat, Ganding, Sumenep.
Karena melihat realitas sosial masyarakat yang jauh dari sentuhan kemajuan. Sehingga dewasa ini masyarakat hanya sebagai penonton mereka yang sering menari di atas panggung kemajuan. Selanjutnya merupakan latar belakang berdirinya Kampus Stidar yaitu merupakan bentuk realisasi dari apa yang telah menjadi aspirasinya masyarakat yang menginginkan regenerasi selanjutnya akan semakin maju dan unggul.
Panggilan itulah yang menjadi latar belakang berdirinya Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Raudlatul Iman. Sehingga terbentuklah tim khusus untuk menyelesaikan proposal pengajuan yang dikoordinasikan oleh Ustadz Hamdi Dan Romzi Jazuli pada tahun 2014.
Selanjutnya di awal tahun 2015 untuk mendapatkan rekomendasi dari Kopertais Wilayah IV tim tersebut harus berangkat ke Surabaya. Setelah rekomendasi selesai didapatkan, di lanjut ke Diktis Jakarta untuk mengajukan 2 Program studi. pertama Program studi Pengembangan Masyarakat Islam (PMI), kedua Program studi Bimbingan Konseling Islam (BKI).
Pada bulan Ramadan 2015 kini mendapatkan jawaban dari Dirjen Diktis yang menolak Program studi BKI, dan menerima Program studi PMI. Di situlah tim merasa hanya sedikit memiliki kebahagiaan karena 1 Program studi ditolak. Namun dengan kegigihannya tim tersebut terus melakukan upaya untuk mencantumkan Program studi BKI. Sehingga pada tanggal 13 November 2015 diadakan visitasi sebagai tindak lanjut surat jawaban tersebut.
Hasil visitasi terus ditunggu, kemudian tim khusus pun tetap bekerja dalam bentuk komitmennya dari awal. Seperti pepatah mengatakan “lakukan sekarang atau tidak sama sekali”. Melakukan suatu hal yang didasari oleh komitmen dan keseriusan maka tercapailah suatu kesuksesan yang akan didapatkan.
Pada tanggal 14 November 2016 tim khusus telah menerima sebuah undangan yang kemudian berangkatlah ketua STIDAR KH. Sitrul Arsyih dan ketua yayasan K. Sahli Hamid untuk memenuhi undangan dari Diktis untuk menerima SK STIDAR ke Jakarta. Di situlah kebahagiaan dan kebanggaan yang tidak terduga telah berdatangan. Maka SK yang diterima mencantumkan Program studi BKI yang sebelumnya sempat ditolak.
Proses dan tahapan telah dilalui. Bahkan alurpun tidak sesuai dengan ekspektasi. Namun lelah akan menjadi saksi bagi mereka untuk terus mengabdi. Sempat terjadi ketika usai dari Jakarta KH. Sahli dan KH. Sitrul turun dari Pesawat dan SK nya tertinggal dalam pesawat, sehingga hampir tidak bisa didapatkan kembali. Namun atas bantuan Sekuriti bandara Juanda SK yang tertinggal bisa didapatkan kembali. Padahal KH. Sitrul telah mengingatkan kepada KH. Sahli agar SK nya jangan sampai tertinggal namun ternyata peristiwa itu tetap terjadi.
Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Raudlatul Iman (STIDAR) launching pada tanggal 19 Maret 2016, oleh Direktur Pendidikan Tinggi Islam Kemenag RI bapak Prof. Dr. H. M. Nizar, yang juga turut hadir Bupati Sumenep Dr. KH. Abuya Busyro Karim, M. Si. Dan pihak Kopertais Wilayah IV Surabaya bapak Nuril Huda, M. Pd. Serta pimpinan perguruan tinggi keagamaan Islam swasta dan negeri di wilayah kabupaten Sumenep.
Kegelapan akan menjadi sirna ketika dipelopori oleh orang-orang tertentu yang memiliki kegigihan, kekuatan bahkan ketangguhan untuk menembus berbagai macam tahapan, ujian dan cobaan. Ini merupakan bentuk daya produktivitas seseorang untuk melakukan terobosan baru yang sangat berpengaruh terhadap tingkat perkembangan masyarakat.
Namun hal ini, banyak orang yang segan untuk melakukannya. Karena memperhatikan keadaan masyarakat sosial, yang pada dasarnya tidak akan memiliki timbal balik kepadanya. Akan tetapi motivasi yang akan didapatkan adalah seseorang akan memiliki daya pengaruh terhadap orang lain. Toh walaupun tujuannya untuk masyarakat lebih berdaya, berkualitas, maju unggul dan berkemajuan masih harus terus diperjuangkan.
Dari perjalanannya, kampus STIDAR memiliki berbagai macam dinamika dan problematika yang harus diperjuangkan. Karena hal ini merupakan fasilitas pendidikan yang harus disediakan untuk kemajuan masyarakat dan generasi selanjutnya. Sehingga kampus tersebut memiliki peranan penting di dalam masyarakat sosial terutama yang berada di pedesaan itu sendiri. Kehadiran kampus, ini memiliki visi dan misi yang akan direalisasikan untuk memberikan pengaruh positif terhadap kebutuhan-kebutuhan yang akan diinternalisasikan kepada masyarakat sosial.
Kaum primitif yang tidak memiliki sentuhan kemajuan zaman saat ini sangat membutuhkan terhadap orang-orang tertentu untuk lebih diberdayakan, agar potensi yang beraneka ragam bisa diunggulkan untuk kesejahteraan yang selama ini terpendam dalam lautan.
Pendidikan yang cukup sulit untuk didapatkan akan berpengaruh terhadap kualitas masyarakat di pedesaan. Tidak heran apabila buta huruf yang telah terjadi dan melambungnya tingkat pengangguran akan semakin merajalela.
Hal ini disebabkan oleh hilangnya potensi masyarakat untuk dikembangkan oleh sistem pendidikan yang kurang memihak kaum punggiran. Perlu diingat, bahwa tujuan dari pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan juga untuk mengembangkan manusia yang seutuhnya.
Penulis: Suhal
Mahasiswa STIDAR Smester VI PMI