SIDOARJO, Limadetik.com — Tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) sebagai tanda jasa atas perjuangan Ki Hajar Dewantara. Beliau lahir di Yogyakarta tepatnya pada tanggal 2 Mei 1889.
Lalu bagaimanakah tanggapan para pelaku pendidik dan peserta didik saat ini. Terkait Hari Pendidikan Nasional. Berikut ulasan yang berhasil dihimpun oleh media.
Ruddy O. Zakaria, M.AP dosen di Universitas muhammadiyah Sidoarjo menjelaskan, sekarang ini memang keadaannya seperti ini jadi sebenarnya banyak mahasiswa yang bertanya, bagaimana dengan perkuliahan sedangkan situasi dan kondisi tidak memungkinkan.
“Akhirnya kita membuat sistem online atau daring, yang menjadi pertanyaan apakah itu efektif atau efisien itu pilihan yang bisa dikatakan efektif dan efisien tapi mahasiswa banyak yang bertanya kita membayar uang spp bagaimana nantinya enak bagi tenaga pendidik” katanya menirukan pertanyaan mahasiswa.
Lanjut Ruddy, kita sebagai tenaga pendidik di mana ada Rektor dan Dekan yang meminite, kita hanya menjalankan perintah. Makanya banyak mahasiswa yang menanyakan tentang pelayanan dalam kegiatan belajar mengajar atau perkuliahan, makanya sistem pelayanan pendidkan harus jelas, harus transparan, sistem pelayanannya harus sesuai dengan anggaran yang jelas arahnya.
“Untuk dunia pendidikan sudah bagus cuma dalam artian lebih dikontrol lagi. Dengan harapan kedepannya menteri pendidikan yang sekarang inovatif sekali, ide-ide dan gagasannya beliau luar biasa untuk tenaga pengajar, mahasiswa maupun siswa, mengapa saya berani mengatakan bagus karena kita lihat pengajaran diluar negeri saat ini lebih banyak prakteknya dibandingkan teorinya. Dengan komposisi prakteknya 70% dan teorinya 30%” jelasnya.
Masih kata Ruddy, diharapkan Indonesia bisa menerapkan hal seperti itu. Karena suatu wawasan itu sangat besar. Dan kita apabila kita hanya memahami teori, karena teori itu jaman dulu teori hanya bisa kita analisa dan kita bisa memodifikasi dengan keadaan jamak sekarang. Makanya menteri memberikan suatu arahan bahwasanya jangan hanya teori saja tapi harus di prakteknya.
“Apa yang dipelajari diperkuliahan atau di mata pelajaran yang didapatkan bisa diterapkan di dunia luar. Karena persaingan global semakin besar, saya harapkan dunia pendidikan juga harus inovatif, dan kreatif dalam melakukan suatu kebijakan” imbuhnya.
Menurut Guru Rianto Wisnu Nugroho salah saau guru di SDN Bligo, Kecamatan Candi menenjelaskan, peringatan Hari Pendidikan Nasional merupakan penghormatan kepada Ki Hajar Dewantara yang lahir pada tanggal 2 Mei merupakan pendiri Taman Siswa, dengan adanya corona maka guru memberikan pembelajaran secara online kepada para siswa karena pemerintah melarang untuk berkumpul, sehingga guru menerapkan pendidikan jarak jauh melalui online sehingga kita sebagai guru tidak dapat memantau secara langsung, memang dampaknya sangat luas, saat ini peran guru tidak seluas mengajar di kelas, kita meminta tolong kepada orang tua siswa untuk membantu memantau kegiatan belajar di rumah mengantikan sebagian tugas guru di sekolah.
“Dan kami berharap agar musibah corona ini bisa segera berakhir, pendidikan harus lebih meningkat dan bagus karena saat ini teknologi sudah lebih maju dan canggih sehingga IT di pendidikan harus lebih diperkuat, kurikulum pendidikan tidak membebankan kepada guru” ujarnya.
Wisnu Nigroho menbahkan bahwa, artinya guru tidak dibebani oleh administrasi yang justru memberikan dampak yang tidak baik pada pembelajaran siswa dan yang penting juga kesejahteraan para guru lebih diperhatikan karena dengan semakin sejahtera guru maka pembelajaran akan semakin bagus serta diharapkan ada pengangkatan guru menjadi PNS apabila sudah mengabdi belasan tahun yang menjadi guru honorer.
Sementara itu, Okta Malinda Siswi SMP Cinta Manis Ogan Ilir – Palembang saat di hubungi melalui WhatsApp nya memaparkan. Untuk menyadarkan kita sebagai anak-anak bangsa yang akan pentingnya pendidikan, untuk menumbuhkan motivasi kita dalam menunjang pendidikan yang lebih tinggi.
“Belajar mengajar tetap jalan di pendemi corana, meskipun cara ini menuai kontroversi bagi tenaga pengajar maupun siswa. Dengan sistem ini hanya efektif untuk penugasan saja, untuk membuat kami para siswa memahami materi secara online dinilai sangatlah sulit” tuturnya.
Okta Malinda berharap peningkatan guru sebagai peningkatan tenaga pendidikan memiliki tujuan agar guru terus berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
(tnt/yd)