Daerah

DKPP Sumenep Gaungkan Ketahanan Swasembada Pangan dari Desa pada Momen HKP ke-53

×

DKPP Sumenep Gaungkan Ketahanan Swasembada Pangan dari Desa pada Momen HKP ke-53

Sebarkan artikel ini
DKPP Sumenep Gaungkan Ketahanan Swasembada Pangan dari Desa pada Momen HKP ke-53
Kepala DKPP Sumenep, Chainur Rasyid saat ditemui di ruang kerjanya

DKPP Sumenep Gaungkan Ketahanan Swasembada Pangan dari Desa pada Momen HKP ke-53

LIMADETIK.COM, SUMENEP – Hari untuk memberikan penghargaan kepada mereka yang bekerja di bidang pertanian atau yang biasa disebut Hari Krida Pertanian (HKP) ke-53, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Sumenep, Chainur Rasyid, terus mendorong inovasi bagi para petani.

Selain itu, Kepala DKPP juga aktif mengunjungi sejumlah Balai Penyuluh Pertanian (BPP) di berbagai kecamatan dalam rangka memeriahkan Hari Krida Pertanian (HKP) ke-53.

Kunjungan tersebut dilakukan ke sejumlah BPP Kecamatan, seperti halnya Kecamatan Pasongsongan, Guluk-Guluk, Rubaru, Ambunten, dan sejumlah wilayah lainnya pada momen HKP yang diperingati setiap 21 Juni.

Ditemui di ruang kerjanya, Chainur Rasyid menyampaikan, HKP bukan sekadar agenda seremoni tahunan, melainkan momentum untuk memperkuat kedaulatan dan ketahanan pangan secara lokal.

“Pekan Krida ini menjadi sarana menegaskan kembali pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan petani dalam mempercepat pencapaian swasembada pangan,” ujar Inong saat ditemui media yang tergabung dalam SMSI Sumenep, Rabu (25/6/2025).

Menurutnya, beragam kegiatan mewarnai HKP tahun ini, mulai dari pameran hasil pertanian, lomba inovasi teknologi, aksi sosial, hingga bazar pangan lokal yang diprakarsai oleh masing-masing BPP kecamatan.

“Yang paling menyita perhatian adalah kreativitas para peserta yang sebagian besar berasal dari Kelompok Wanita Tani (KWT) di berbagai desa binaan. Mereka menampilkan kreasi makanan berbahan dasar singkong” ungkapnya.

Dia menyebutkan, olahan tersebut bervariasi, mulai dari kue basah, camilan kering, hingga jajanan tradisional berbasis pangan lokal. Bahkan ada kreasi berbentuk bunga mawar dari adonan singkong dan kacang hijau.

“Ini luar biasa. Para ibu-ibu KWT berhasil menciptakan inovasi produk pangan lokal dengan cita rasa dan tampilan menarik. Ini bukti nyata kreativitas mereka sangat mendukung ketahanan pangan,” tuturnya.

Tak hanya olahan pangan, beberapa inovasi budidaya juga dipamerkan. Salah satu yang mencuri perhatian adalah metode penanaman padi dalam wadah galon air mineral.

“Inovasi ini membuktikan bahwa di lahan sempit sekalipun, masyarakat tetap bisa menanam padi. Ini ide sederhana tapi sangat aplikatif,” imbuhnya.

Ia juga menekankan bahwa seluruh kegiatan dalam rangka HKP tahun ini memiliki nilai strategis dalam memperkuat hubungan emosional antara pemerintah daerah dan para pelaku pertanian di akar rumput.

“Semangat kebersamaan inilah yang menjadi fondasi penting bagi percepatan kedaulatan pangan. Petani tidak boleh berjalan sendiri, pemerintah harus hadir dan bersama mereka,” tegasnya.

Keberadaan KWT dan Kelompok Tani (KT) lanjut Chainur, sebagai mitra pemerintah harus terus didukung, terutama dalam hal pelatihan inovasi, akses pasar, dan dukungan modal usaha.

Selain itu, bazar pangan lokal yang digelar turut memberikan ruang promosi hasil olahan petani kepada masyarakat umum. Hal ini diharapkan bisa membuka peluang usaha dan jaringan distribusi produk mereka.

“Kita banyak memahami dari kegiatan ini, dimana singkong, kacang hijau, hingga hasil kebun lainnya bisa diolah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi tinggi. Ini bukan hanya budaya, tapi juga masa depan,” jelasnya.