Opini

IKA-PMII Pasuruan Belum Tamat !!!

×

IKA-PMII Pasuruan Belum Tamat !!!

Sebarkan artikel ini
IKA-PMII Pasuruan Belum Tamat !!!
Aminaga Jampinang

IKA-PMII Pasuruan Belum Tamat !!!

Oleh : Aminaga Jempinang
____________________

OPINI – Geliat pembentukan PAC IKA-PMII Pasuruan di 28 kecamatan telah berlangsung. Sebaran tulisan liar hasil gundah gulana seorang kader/alumni mulai mengemuka. Memicu jemari ini urun rembuk kata, hanya sekadar tulisan refleksi (Pemikiran dan Pengalaman Batin – Aristoteles), obat rindu untuk sebuah komunitas organisasi IKA-PMII.

Sebagaimana gerak olahraga yang sistematis dan proporsional akan menguatkan badan, keselarasan otot juga berpengaruh pada kebugaran dan kesehatan mental. Sama halnya motif dibuatnya catatan ini untuk memaknai dinamika alumni PMII di Pasuruan.

Musyawarah Cabang (Muscab) ke-3 IKA-PMII Pasuruan di Hotel Surya, Prigen, tahun 2022 telah usang untuk dibicarakan. Selain besaran dana kegiatannya tidak seimbang dengan hasil lukanya. Bagi saya lumayan, minimal nilai manfaat ceritanya bak arang kayu penjual sate—tetap tidak ada yang sia-sia.

Berjalannya kaderisasi era Sahabat Sudarto, Yusuf Suyuthi sampai Sahabati Amaniaturrizki (2024), PMII telah ngemong ratusan kader lintas profil. Sekaligus secara prinsip, tantangan demi tantangan terlalui dalam hal pembentukan pondasi citra ulil albab.

Ketika menjadi alumni, jejaring konsolidasi sambung roso mulai kehilangan wujudnya. Seakan hanya mengulang cerita-cerita berulang yang mengundang tawa. Di sisi lain, fokus pada langkah untuk digdaya-berdayanya alumni sendiri mulai dari tingkat RT hingga presiden terseok-seok, bergelut dalam luka batin yang disimpan rapi oleh alumni sendiri.

Sebenarnya, berbagai upaya merajut ikatan dilakukan—entah melalui NGO, komunitas diskusi, partai politik, lembaga advokat, lembaga pendidikan/pemerintahan, pegiat desa wisata, pendamping desa, asosiasi akademik, ikatan profesional pekerjaan menjelang Pemilu/Pilkada (PPK/Panwascam), maupun (the special effort) pengabdian pada keluarga besar organisasi Nahdlatul Ulama.

Wadah IKA-PMII Pasuruan masih mau lanjut? Harus lah!. Dalam benak sadar kita, sudah tertanam kuat bahwa makna silaturrahim berdampak melapangkan rezeki, menambah keberkahan umur.

Siapa yang tahu kalau seorang Huda sekarang menekuni dunia material, spesifikasi konstruksi bangunan?. Adakah yang sudah berkunjung menyapa pada Sahabat Hamami yang kabarnya sakit selama dua tahun?. Sudahkah kita menggali nalar intelektual Sahabat Dzulkarnain yang asyik menjadi abdi ndalem di Ansor Pusat?. Tahukah di balik aktivitas diri Subadar selain di Kantor BPBD Kabupaten dan PCNU, bahwa nyatanya ia juga terlena dengan binaan 16 ekor ayam kampungnya?.

Belum lagi alumni dari sebaran Malang, Kediri, Jember, Sidoarjo, Surabaya yang menetap di Pasuruan. Mengenal ragam figur sahabat tidak cukup hanya mengamati WA Status atau medsos. Dengan maksud lain, ragam sahabat – aneka perspektif – titik temu butuh dialog sehat nan konstruktif. Masalah alumni bukan soal terjerat pinjol saja, kan?.

Mengurai potensi dan kabar jejaring alumni nyatanya lebih konkret, sebagai database silaturrahmi, daripada isi forum muscab yang melulu membakar sentimen negatif berdalih praktik manajemen konflik atau sok diplomasi tebar isu—dasar logika pendek!.

Kita boleh berdebat panjang kalau suasana kemandirian berpikir dan emosi terjaga. Ambil contoh proses istinbath hukum di Bahtsul Masail NU, khilafiyah di antara ulama Syafi’iyah, cara beda sudut pandang Soekarno-Hatta, atau Soekarno-Buya Hamka.

Jangan sampai dalam tubuh alumni menjelang hajat Muscab VI selaras dengan pernyataan Bertrand Russell (filsuf dan ahli matematika): “Penyebab dasar masalah adalah karena di dunia modern, orang bodoh sangat yakin, sementara orang pandai ragu-ragu.”
Oo… Janganlah!

IKA-PMII ikilho wadah menjalin asmara kok, mau seserius apa kamu mikir IKA-PMII?.

Ya karena kesibukanku berkutat pada sebidang tanah 884 meter persegi, juga keterbatasan akses informasi alumni terkini dan peluang, saya tidak akan berbicara banyak soal kawal-mengawal perubahan seperti apa yang diinginkan IKA-PMII pada medannya di Pasuruan. Hanya kubatasi pada figur calon Ketua PC IKA-PMII Pasuruan versi ilmu ngawur lan nglendur.

Nuwun sewu, Kang mas Dion, Cak Kholili, Cak Huda, Kang mas (KH.) Faizin, Cak Lut, Kang mas Waladi, Cak Salamin, Cak Barik, Cak Ali Shodiqin, Cak Taufiq Muchayat, Cak Maulana—bimbinglah alumni yang masih muda-muda plus ambisius untuk memimpin IKA-PMII Pasuruan. Istirahatlah.

Kasih kesempatan dan percayakan pada sahabat-sahabat alumni muda yang mulai tampak dan agak sulit terkontrol terkait kesombongan perannya. Contoh: saya sendiri, atau Subadar, Rohman, Dzulkarnain, Sahlul, Anas Abu Nawas, Akhlis, Sofwan, Rokhim, Ainul (Kades Pajaran), Yenny (bojone Wahid)—biarkan kami belajar soro dan merasakan keresahan seperti njenengan semua alami dalam nahkoda perjalanan IKA-PMII.

Di pojok warung kopi, masih saja ditemui pola pikir alumni muda yang apatis pada kehadiran IKA-PMII, terutama menyangkut figur teladan yang selama ini dihormati.

Teruntuk Kakanda Mas Dion sebagai pimpinan IKA-PMII—berbicaralah!. Apa yang bisa kami bantu atas gelisah njenengan? Semakin diam, misteri semakin tafsir residu di kalangan sahabat menjadi liar—menjadi penyakit berkelanjutan.

Kapan lagi ada kesempatan bagi alumni muda mengelola risiko, mencari validasi baru. Yang saya lihat, alumni muda alami kecemburuan buta atas kiprah sahabat-sahabat senior yang punya kendali, pengaruh, dan tidak pernah mencari pengakuan. Karena memang, ketenangan lebih mahal dari jumlah like pujian followers.

Paragraf penutup:
Perlulah kita belajar pada Ibu-Ibu Muslimat, di mana konsistensi ruang tatap mukanya berbasis dzikir terus berjalan. Kita? Rutin Ngaji Lakon (istighosah) yang dibina Cak Bashori Clumprit, Desa Sebani, Pandaan saja berjalan 3 kali…langsung almarhum.

PMII itu tempat kembali pulangnya di hati. Silakan liar dalam berpikir, sekalipun hasrat bertindak menduduki jabatan strategis apa pun demi maslahatnya Pasuruan. Ehem, ehem… bukankah mulia sekali redaksi kalimatnya?.