JAKARTA, LimaDetik.Com – Merawat tradisi di era serba modern adalah sebuah keprihatinan dan perlu menjadi sorotan utama para pengurus NU terutama PCNU Jakarta Pusat. Dan pengurus NU juga harus berani menghadapi perubahan modernisasi di gerbang milenium ini, karena ini kemaslahatan yang harus dipikul dan dipikirkan Bersama-sama.
Demikian ini disampaikan Katib Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf dalam acara Rapimcab dan Musyawarah Alim Ulama PCNU Kota Jakarta Pusat di Hotel Acacia Jakarta, Jumat (19/3/2021).
“Ada semacam kegelisahan dan perlunya kepedulian tentang bagaimana kita ini bisa merawat tradisi juga bisa merespon modernisasi dengan kokoh. Dan ini bukan hanya ada di pengurus NU di Jakarta Pusat saja tapi hampir merata di seluruh benak pemimpin dan warga NU di seluruh pelosok Indonesia” kata Gus Yahya.
Gus Yahya mengatakan minggu depan ia akan bekumpul bersama PWNU Jawa Timur, PWNU Jawa Tengah, dan PWNU Jawa Barat di kantor PWNU DI Yogyakarta membahas masa depan NU dengan judul “menakar masa depan NU dan pesantren di gerbang melinium pasca pandemi”.
“Kita semua merasakan bahwa di tengah pandemi ini dan semua merasakan serba kagok atau tidak nyaman. Tradisi di Indonesia khususnya di Jakarta itu lambat laun berubah, jauh sebelum ini tradisi-tradisi di Betawi berupa silaturahmi contohnya begitu mengental dan mengakar di masyarakat, namun setelah Jakarta menjadi kota metropolitan tradisi ini menjadi luntur dan hampir pudar karena kesibukan aktifitas masing-masing” ujar Gus Yaya.
Gus Yahya menambahkan, perubahan di sekeliling kita bisa mempengaruhi cara hidup kita, ini tugas kita bagaimana kita bisa merawat tradisi dan juga harus merespon modernisasi. Kedepannya ada hal lain yang menjadi tugas kita, karena di gerbang milanium ini telah hadir perubahan yang sangat luar biasa. Bapak-bapak yang sudah tua pasti terheran-heran dengan segala perubahan sekarang, yang mana orang dengan mudah mengomentari sesuatu yang bukan ahlinya, ini tradisi yang sangat tidak baik.
“Dan tradisi yang berubah selanjutnya conyohnya adalah dahulu kalo ada pemilihan gubernur itu tidak ada yang rame-rame karena masih dipilih oleh DPR, sekarang tiba-tiba pemilihan langsung sehingga orang harus kampanye berjilid-jilid demi meraih suara besar. Ini adalah perubahan yang telah terjadi, dan kita harus bisa merwat tradisi yang lainnya,” imbuh Gus Yahya.
Selanjutnya Gus Yahya mengatakan melalui forum Rapimcab dan Musyawarah Alim Ulama Ini dirinya berharap pengurus NU Jakarta Pusat memliki langkah yang tidak salah dalam merawat tradisi dan juga mampu merespon modernisasi.
Sementara itu, ketua PCNU Jakarta Pusat Gus Syaifuddin mengatakan dalam forum acara ini juga ada pembahasan penting, salah satunya agar PCNU Jakarta Pusat mampu menjadi etalase NU di Indonesia dan dunia. “Hal ini perlu diawali dan dikawal agar NU tetap jaya dan mendunia,” tutup Gus Syaifuddin.
Selain Katib Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf, pada kesempatan tersebut hadir juga Sekda DKI Jakarta H. Marullah Matali, Ketua PWNU DKI Jakarta KH. Samsul Maarif, Rois Syuriyah dan Ketua Tanfidziyah PCNU se-DKI Jakarta dan beberapa anggota DPRD DKI Jakarta sebagai narasumber acara.
(Farhan Maksudi/yd)