Headline News

Kisah PT Sariwangi: Pencetus Inovasi Teh Celup Pertama di Indonesia Hingga Harus Gulung Tikar Pada Tahun 2018

×

Kisah PT Sariwangi: Pencetus Inovasi Teh Celup Pertama di Indonesia Hingga Harus Gulung Tikar Pada Tahun 2018

Sebarkan artikel ini
Kisah PT Sariwangi: Pencetus Inovasi Teh Celup Pertama di Indonesia Hingga Harus Gulung Tikar Pada Tahun 2018
Teh Sariwangi

Kisah PT Sariwangi: Pencetus Inovasi Teh Celup Pertama di Indonesia Hingga Harus Gulung Tikar Pada Tahun 2018

Oleh : Ahmad Haidar Abiyyu Yassar
Prodi: Akuntansi
Fakultas: Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Malang

______________________________

ARTIKEL – PT sariwangi, perusahaan yang telah berdiri selama 56 tahun lamanya, mendadak telah membuat sebuah sensasi tersendiri bagi tanah air Indonesia. Pasalnya, perusahaan yang berlokasi di wilayah Gunungputri kabupaten bogor kini terbengkalai dan tak berpenghuni. Dikabarkan PT sariwangi yang menghasilkan inovasi berupa produk teh celup pertama di Indonesia ini telah berstatus pailit. Kejadian ini bermula setelah pengadilan niaga Jakarta mengabulkan pembatalan perjanjian perdamaian antara pihak PT Bank ICBC Indonesia terhadap PT Sariwangi Agricultural estate Agency dan PT Maskapai Perkebunan Indorub Sumber wadung.

Sebelum mengetahui penyebab kebangkrutan PT Sariwangi, alangkah baiknya jika kita menilik sedikit sejarah dan sepak terjang PT sariwangi sebagai penghasil produk yang digemari hampir seluruh rakyat indonesia. PT sariwangi Agricultural Estate Agency (Sariwangi AEA) atau yang lebih dikenal PT sariwangi awalnya adalah perusahaan yang bergerak di bidang trading komoditas teh, yang kemudian perusahaan ini bertransformasi menjadi produsen teh.

Perusahaan ini didirikan oleh Johan Alexander Supit pada tahun 1962 dan berkantor di Gunung Putri Bogor Jawa Barat. Sebelum mendirikan perusahaan ini, Johan diketahui sebelumnya telah bekerja pada perusahaan lain seperti Peek, Frean & Co. Ltd dan Joseph Tetley & Company.

Dalam perjalanannya, pada tahun 1973, PT sariwangi memperkenalkan inovasinya kepada perkembangan tren komoditas teh di Indonesia, yaitu teh celup.

Sebelum inovasi teh celup ini dipopulerkan oleh PT sariwangi dan merebak di kalangan masyarakat Indonesia, sebetulnya konsep teh celup ini sudah lama ada. Ide ini ditemukan secara tidak sengaja oleh thomas sullivan, seorang pedagang kecil teh dan kopi dari new york.

Thomas Sullivan menggunakan kain sutra untuk mengemas teh yang akan dijual kepada para pelanggannya. Cara ini dilakukannya untuk menghemat biaya pengemasan yang masih menggunakan kaleng dan memotong biaya produksi teh yang harus disuplai dalam jumlah banyak.

Para pelanggan yang telah menerimanya, akhirnya menyadari bahwa cara menyeduh teh di dalam kain lebih praktis ketimbang menyedu teh dengan penyaringan metal, sehingga permintaan akan teh celup melonjak. Hingga akhirnya teh celup semakin populer dan dikomersilkan dalam pasar pada tahun 1904.

Kembali pada sepak terjang PT Sariwangi, pada tahun yang sama pula dengan pertama kali teh celup ini diperkenalkan, perusahaan ini juga mulai resmi berdiri. Setelah berhasil memasarkan produknya pada pasar di dalam negeri, pada tahun 1985 PT Sariwangi mulai mengekspor produknya ke mancanegara termasuk di dalamnya Amerika serikat, australia, Inggris, negara kawasan Timur Tengah, dan Rusia.

Dengan kondisi pasar yang dimiliki perusahaan sedang bagus-bagusnya, PT Sariwangi yang berada dalam perjalanan melebarkan sayapnya juga mulai bekerja sama dengan perusahaan raksasa global, unilever pada tahun 1989. Kerjasama ini menghasilkan kesepakatan dimana pihak unilever yang ingin mendapatkan teh bertindak sebagai distributor dan pada tahun ini juga pihak unilever mengakuisi produk dan brand sariwangi kedalam perusahaannya.

Walaupun sebagian perusahaan telah diakuisisi oleh unilever, PT Sariwangi tetap melanjutkan bisnisnya sebagai perusahaan yang bergerak di bidang trading, produksi, dan pengemasan teh. Sariwangi masih menjual produk teh dengan merek SariWangi Teh Asli, SariWangi Teh Wangi Melati, SariWangi Teh Hijau Asli, SariWangi Gold Selection, SariMurni Teh Kantong Bundar.

Hingga beberapa tahun lalu, penjualan perusahaan ini pernah menyentuh 46.000 ton teh per tahun. Termasuk PT Indorub sendiri, anak usaha dari Sariwangi Group yang bergerak dalam pengelolaan kebun teh itu juga mampu memproduksi hingga 5 ribu ton teh Pada 2002.

Selain itu, PT Sariwangi ini juga menjadi penyuplai teh dalam kantong dengan produksi mencapai 8 juta kantong per tahun. Terlepas dari kegemilangan PT Sariwangi dalam membangun dan mempertahankan usahanya, tentunya akan ada masa masa buruk yang harus dihadapi perusahaan untuk tetap bertahan.

Pada tahun 2018 tepatnya pada tanggal 17 oktober, Majelis Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat mengabulkan permohonan pembatalan homologasi dari salah satu kreditur yakni PT Bank ICBC Indonesia terhadap Sariwangi Agricultural Estate Agency, dan Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung.

Akibat dari putusan ini, PT Sariwangi dan anak perusahaannya resmi dinyatakan pailit. Penyebab kepailitan PT Sariwangi ini adalah perusahaan salah menginvestasikan modalnya untuk pembuatan sistem drainase untuk penyiraman air namun hasil yang diharapkan tidak sesuai hasil yang didapatkan.

Penyebab lainnya juga adalah perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan untuk investasi dengan tujuan untuk meningkatkan produksi perkebunan. Dengan kondisi yang seperti ini, membuat perusahaan kesulitan dalam membayar cicilan kepada sejumlah kreditur. Kreditur yang tidak segera mendapat uang mereka kembali membuat sejumlah kreditur melayangkan tagihan.

Diantara para kreditur itu terdapat 5 bank yang melayangkan tagihannya seperti PT HSBC Indonesia, PT Bank ICBC Indonesia, PT Bank Rabobank International Indonesia, PT Bank Panin Indonesia Tbk, dan PT Bank Commonwealth. Walaupun, PT Sariwangi telah dinyatakan pailit, tetapi produk Teh sariwangi tetap akan diproduksi. Hal ini dikabarkan langsung melalui akun Facebook Unilever.

Dalam siaran pers tersebut dijelaskan bahwa Unilever merupakan pemilik brand dari Teh Sariwangi. Selain itu, Unilever tak ada kaitannya dengan PT Sariwangi AEA dan PT MPISW. Unilever juga menyebut kalau PT Sariwangi AEA pernah menjadi rekanan usaha ntuk memproduksi teh Sariwangi, namun sudah tidak lagi.

Walaupun PT Sariwangi telah tidak beroperasi kembali, namun hasil produknya tetap dapat dinikmati oleh rakyat indonesia. pihak sariwangi juga mengklaim, berkat mereka juga minuman teh dapat naik kelas sebagai minuman pilihan rakyat indonesia dan sebagai gaya hidup masyarakat.

Selain hal itu dibalik cerita bangkrutnya PT Sariwangi, terdapat pelajaran yang dapat diambil tentang bagaimana suatu instansi harus berhati-hati dalam mengelola keuangan terhadap suatu hal yang bernilai besar. Walaupun mempunyai modal dalam jumlah banyak, juga harus mempunyai cadangan yang memadai untuk menutup kerugian.