Tuhan KUM dalam Pendidikan Nasional
Oleh: Hendra Jaya
OPINI – Sebagai seorang mahasiswa, saya kerap kali mendapati dosen yang jarang sekali masuk, bahkan semester lalu, ada satu mata kuliah yang hanya masuk 3x selama satu semester. Bagi saya ini sangat disayangkan, apalagi kuliah S2 hanya beberapa pertemuan, jikapun dalam perspektif untung rugi, agaknya sebagai mahasiswa saya merasa dirugikan atas ketidak hadiran dosen tersebut.
Dan di beberapa jurusan lain ternyata terjadi hal yang sama. Saya tidak banyak mengomentari, walaupun pernah terbesit ingin kirim surat ke ketua Kaprodi atas kejadian ini, tapi niat itu saya urungkan.
Saya tahu, temen-temen yang diminta menghubungi dosen sudah melakukan tugasnya dengan baik. Tapi iya dosen selalu punya alasan jika tidak masuk. Kunjungan sini, penelitian di sana, dan seterusnya.
Iya perjuangan dosen hari ini bukan lagi tentang kualitas pendidikan, tapi KUM. Angka Kredit (KUM) adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan/atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh seorang Dosen dalam rangka pembinaan karier kepangkatan dan jabatan.
Terus KUM itu untuk apa? Iya mulai dari remun, kepangkatan dan tentu untuk Tunjungan lainnya. Akhirnya berubah lah wajah pendidikan kita untuk perlombaan penelitian, buat jurnal, kalau bisa ya tembus scopus, aman dan gaji, tunjungan dan lain-lain.
Kewajiban ngajar dan meningkatkan kualitas pendidikan itu gak penting lagi, kalau perlu mahasiswa yang dijadikan alat agar dapat tambahan KUM. Menjelma lah KUM menjadi tuhan baru dalam pendidikan nasional saat ini.
Pada akhirnya pendidikan tidak lebih sebagai ladang untuk mengeruk kekayaan bagi semua dosen. Mahasiswa akhirnya hanya menjadi tumbal pendidikan, dan lingkaran kapitalisasi pendidikan pun tumbuh dengan subur secara turun temurun.
Saat duduk santai disalah satu ruangan dosen “tidak tetap dan tidak PNS” di kampus kemarin, saya mendengar curhatannya seputar tema ini.
Kurang lebih beliau menyampaikan “pendidikan kita sudah rusak, dosen tidak lagi disibukkan dengan aktivitas mengajar dan mendidik mahasiswa dengan baik, dosen disibukkan dengan aktivitas lain yang bisa menambah nilai KUM mereka. PENDIDIKAN KITA SUDAH RUSAK”.
Kira-kira begitu wajah pendidikan kita, sudah tidak lagi memiliki wajah.