Nasional

Satu Wacana Mengemuka Sebelum Kepala Desa Dilantik, Bisakah Pasar Rakyat Pasongsongan Dipindah?

×

Satu Wacana Mengemuka Sebelum Kepala Desa Dilantik, Bisakah Pasar Rakyat Pasongsongan Dipindah?

Sebarkan artikel ini
20191111 160636
foto: Ahmad Saleh Harianto, Peraih suara terbanyak pilkades pasongsongan

SUMENEP, limadetik.com — Kebutuhan pasar bagi masyarakat Desa Pasongsongan sebenarnya sangat mendesak. Memang ada Pasar Pasongsongan yang lokasinya terletak di Desa Panaongan, tapi keberadaannya mati suri.

Maksudnya hanya pada hari Selasa saja masyarakat memanfaatkan pasar tersebut. Selain hari Selasa pasar yang telah mengalami renovasi dengan anggaran cukup besar itu tidak ditempati pedagang.

Sejatinya Pasar Pasongsongan ini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Tapi nyatanya hanya ditempati orang berjualan kebutuhan sandang saja. Bahkan pada bulan-bulan tertentu banyak pedagang yang tidak buka. Alasannya sepi pembeli. Sebab mereka malas harus bongkar-muat barang dagangan. Sementara pembeli tidak ada.

Sedangkan orang berbelanja kebutuhan sembako ada di sepanjang jalan jembatan gantung ke arah barat sampai pertigaan jalan raya Pasongsongan-Sumenep. Sepanjang jalan ini berjejer toko milik masyarakat. Segala kebutuhan hidup sehari-hari ada di deretan toko-toko itu. Ditambah beberapa lapak pedagang ikan dan sayur-mayur menutupi jalan. Otomatis beralihlah fungsi jalan sebagai jalur kendaraan menjadi pasar tumpah. Ini sangat memprihatinkan.

Sudah jamak berlaku hukum pasar pada masyarakat di manapun. Awalnya sebuah lokasi menjadi tempat beberapa pedagang saja berjualan. Tapi setelah sekian lama berjalan, transaksi jual-beli menjadi lebih ramai, maka di lokasi itu menjadi pasar kaget atau pasar tumpah.

Karena tidak menempati lokasi yang semestinya, maka banyak permasalahan yang muncul dikemudian hari. Mulai dari pemilik tanah yang keberatan ditempati lokasinya, dampak lingkungan karena sampah hingga mengganggu jalur lalulintas.

Kalau sudah demikian maka yang terjadi akan sulit untuk dipindah. Para pedagang pun tidak mudah dilokalisir ke tempat yang telah disediakan karena pembeli sudah terbiasa berbelanja padanya.

Menanggapi persoalan ini, limadetik.com mewawancarai Kepala Desa Pasongsongan terpilih Ahmad Saleh Harianto di kediamannya di Dusun Lebak Pasongsongan-Sumenep, Rabu (11/12/2019).

“Intinya, keprihatinan saya sama dengan sebagian besar masyarakat Pasongsongan. Insya Allah setelah saya dilantik menjadi Kades Pasongsongan akan melakukan action yang tidak melahirkan kisruh di tengah masyarakat. Kita akan menakar seberapa jauh kebutuhan dan kepentingan itu,” ucap Ian panggilan akrab Ahmad Saleh Harianto.

Ketik adilan tentang kemungkinan pasar tumpah Pasongsongan dipindah ke lokasi lain. Karena pasar tersebut menempati jalan raya. Setiap Selasa dan Sabtu pasar tumpah ada ditiga titik, yaitu di sepanjang jalan raya BRI, sepanjang jalan raya jembatan gantung ke barat, dan sepanjang jalan raya di depan Kantor Kecamatan Pasongsongan.

“Saya pribadi hanya belum bisa menentukan sikap untuk itu. Karena hal ini menyangkut kepentingan hajat hidup orang banyak, bukan hanya warga Desa Pasongsongan saja. Sebab Pasar Pasongsongan yang ada sekarang ditempati oleh beberapa pedagang dari luar Pasongsongan. Persoalannya nanti sangat kompleks. Sementara kita akan memindahkan pasar tumpah, dan Pasar Pasongsongan yang ada sekarang harus kita apakan. Ini membutuhkan kajian cukup serius,” pintas Ian lebih lanjut.

Lebih jauh Ian berjanji akan membahas permasalahan pasar tumpah ini dengan para ahli. Dirinya sangat yakin kalau akan ada solusi terbaik. Ia tidak mau gegabah mengambil satu sikap. Ian juga optimis bahwa suatu saat nanti Desa Pasongsongan akan menjadi desa percontohan bagi desa lainnya yang memiliki persoalan sama.

Ketika limadetik.com meminta komentar terhadap salah seorang warga Desa Pasongsongan, yaitu Ibu Sundari, S.Pd.I, tentang pasar tumpah yang ada di Pasongsongan.

“Saya yakin kalau Kades Pasongsongan Pak Ian akan bisa mencarikan solusi untuk permasalahan pasar tumpah ini. Beliau tipe orang yang terbuka dan senang mendengar aspirasi warganya,” ujar wanita beranak dua.

Keyakinan Sundari ini sangat beralasan. Sebab Ian sebelumnya memang seringkali berkiprah dalam banyak hal untuk kemajuan Desa Pasongsongan. Maka ia pun punya banyak teman pejabat di beberapa dinas Kabupaten Sumenep. Jalinan komunikasi ini tentunya akan menjadi jembatan atau nilai tambah guna memperoleh petunjuk dan arahan dari dinas terkait.

“Tidak hanya pejabat Pemkab Sumenep, Pak Ian juga punya banyak teman pengusaha dan anggota DPRD Sumenep dan Jatim,” imbuh Sundari apa adanya. (Yant Kaiy/yd)