SUMENEP, Limadetik.com — Petani garam di Madura umumnya dan khususnya di Sumenep, Jawa Timur selama kurun waktu tahun 2019 lalu meradang akibat anjloknya harga garam dalam Negeri. Di mana tahun sebelumnya (2018) harga garam di madura masih bisa mengangkat biaya produksi petani dengan kisaran harga Rp. 800 – 1.000 rupiah per kg. Namun pada tahun 2019 kemarin harga garam hanya bisa bertahan di harga Rp. 400-500 rupiah yang mengibatkan kerugian bagi petani garam.
Terkait anjloknya harga garam di Indonesia khususnya di Madura anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Ahmad Nawardi memberikan tanggapan, bahwa dirinya baru tahu jika harga garam anjlok di dalam Negeri terkhusus di Madura sebagai tanah kelahirannya.
“Saya baru tahu dan memang tidak sempat memantau harga garam kemarin (tahun 2019, red) saya hanya tahu memang ada demo tahun lalu dari Madura ke Provinsi Jawa Timur yang infonya berkaitan dengan garam” katanya, Selasa (3/3/2020).
Namun Nawardi berdalih itu semua akibat tingginya garam impor yang masuk ke Indonesia oleh pemerintah, sebab memang kebutuhan industri untuk garam dalam negeri sangat tinggi sehingga pemerintah tidak boleh tidak harus impor dan itu juga karena harga garam import lebih murah dari harga garam dalam negeri.
baca juga: Begini Pesan Anggota DPD RI Asal Madura Terkait Virus Corona
“Pemerintah memang harus mengurangi jumlah impor garam masuk ke Indonesia, sebab kalau langsung di stop takutnya kebutuhan industri juga masih belum terpenuhi. Karena memang dari data jumlah produksi garam kita di dalam negeri memang belum memenuhi kebutuhan yang ada, dan pemerintah memang harus menggenjot itu semua (produksi dalam negeri) agar bisa mengurangi garam impor” terang anggota DPD RI asal Madura ini.
Selain itu kata Anggota DPD RI asal Sampang, Madura ini pihaknya berjanji akan berupaya tahun ini bagaimana produksi garam petani dalam negeri digenjot agar bisa menaikkan hasil panen serta mampu bersaing dengan produksi garam import, sekaligus mampu menghentikan garam impor masuk ke Indonesia.
“Di samping itu, diharapkan harga garam petani bisa menyaingi harga garam yang di impor pemerintah, sehingga garam impor ini tidak lagi masuk ke Indonesia. Itu sebabnya kami akan berusaha semaksimal mungkin mengembalikan kejayaan garam di Indonesia, baik dari Aceh, Jawa, NTT maupun Madura yang sudah dikenal dengan sebutan Pulau Garam. Jadi ini yang sudah kami bicarakan dengan Menterian Kelautan dan Perikanan Bapak Edhy Prabowo termasuk pula saya sudah bicara langsung dengan Ibu Gubernur Jatim” paparnya.
Ditambahkannya, terkait data dari Asosiasi Garam sebenarnya sudah cukup kebutuhan garam untuk industri dalam Negeri. Itu sebabnya terkait dengan garam ini sebut Nawardi pihaknya hasrus memasukkannya dalam data Sensus garam tahun 2020 agar jelas data yang sebernarnya anatar data dari Asosiasi Garam dan data dari pemerintah. (yd/red)