Nasional

IRI Indonesia Gandeng Nusahima, Luncurkan Buku Panduan Agama untuk Perlindungan Hutan Tropis

×

IRI Indonesia Gandeng Nusahima, Luncurkan Buku Panduan Agama untuk Perlindungan Hutan Tropis

Sebarkan artikel ini
IRI Indonesia Gandeng Nusahima, Luncurkan Buku Panduan Agama untuk Perlindungan Hutan Tropis

IRI Indonesia Gandeng Nusahima, Luncurkan Buku Panduan Agama untuk Perlindungan Hutan Tropis

LIMADETIK.COM, JAKARTA — Interfaith Rainforest Initiative (IRI) Indonesia bersama Yayasan Nusantara Hijau Mandiri (Nusahima) meluncurkan buku Panduan Ajaran Agama dan Buku Rumah Ibadah untuk perlindungan hutan tropis. Kegiatan yang digelar secara hybrid di Jakarta, Minggu, (28/9/25) ini menghadirkan pemuka agama, akademisi, pegiat lingkungan, serta perwakilan masyarakat sipil.

National Facilitator IRI Indonesia, Hayu Prabowo, menyampaikan bahwa peluncuran panduan ini merupakan langkah strategis untuk memperkuat peran agama dalam menghadapi krisis lingkungan.

Menurutnya, deforestasi yang terus meningkat di Indonesia bukan hanya masalah ekologis, melainkan juga persoalan moral dan spiritual yang menyangkut masa depan generasi mendatang.

“Lebih dari 95 persen bencana di Indonesia terkait langsung dengan krisis iklim dan deforestasi. Agama memiliki kekuatan moral untuk menggerakkan kesadaran publik agar menjaga bumi sebagai amanah Tuhan,” ujarnya.

Hayu menegaskan, panduan ini disusun agar pesan-pesan konservasi tidak hanya berhenti pada ranah sains yang teknis, melainkan juga menyentuh dimensi spiritual. Dengan begitu, umat beragama bisa lebih mudah memahami bahwa menjaga hutan adalah bagian dari ibadah.

Ia juga menekankan pentingnya keterlibatan rumah ibadah sebagai pusat pendidikan moral dan sosial. “Masjid, gereja, pura, vihara, dan klenteng bukan sekadar tempat ibadah. Rumah ibadah dapat menjadi pusat penyebaran nilai ekologis yang berakar pada ajaran agama masing-masing,” katanya.

Lebih jauh, Hayu menambahkan bahwa IRI Indonesia mendorong kolaborasi lintas iman untuk membangun gerakan moral yang lebih luas. “Kita harus bersatu melindungi hutan tropis, karena ini menyangkut keberlangsungan hidup bersama, termasuk masyarakat adat yang menjadi penjaga hutan selama berabad-abad,” ucapnya.

Sementara itu, Advisory Council IRI Indonesia M. Ali Yusuf, menilai peluncuran buku ini menjadi tonggak penting dalam penyusunan strategi perlindungan hutan yang berbasis nilai agama. Menurutnya, pendekatan spiritual dapat menjadi katalisator dalam mendorong kebijakan publik maupun aksi masyarakat.

“Kalau selama ini kita bicara lingkungan dengan bahasa ilmiah, seringkali kurang menyentuh masyarakat luas. Tetapi kalau kita sampaikan bahwa menjaga hutan adalah bagian dari pengamalan ajaran agama, pesannya akan lebih kuat dan membekas,” jelasnya.

Ali Yusuf menambahkan, IRI Indonesia telah merumuskan panduan tersebut bersama para pemuka agama dari berbagai majelis. Dengan demikian, pesan konservasi bisa diintegrasikan dalam khutbah, ceramah, maupun kurikulum pendidikan keagamaan.

“Dokumen ini bukan sekadar buku panduan, tapi peta jalan bagi rumah ibadah untuk berperan nyata dalam menjaga bumi. Kami berharap setiap pemimpin agama dapat membawa materi ini ke umatnya masing-masing,” ujarnya.

Ali Yusuf mengingatkan, krisis iklim tidak bisa diatasi hanya dengan instrumen kebijakan. Dibutuhkan kekuatan moral dan spiritual untuk mengubah perilaku manusia yang menjadi penyebab utama kerusakan alam.

Sedang itu, Ketua Yayasan Nusantara Hijau Mandiri (Nusahima), Yayah Ruchyati, menegaskan komitmennya dalam mendukung kerja-kerja IRI Indonesia. Menurutnya, keterlibatan Nusahima sebagai pelaksana kegiatan ini merupakan wujud kepedulian terhadap lingkungan sekaligus kontribusi nyata dalam membangun gerakan hijau berbasis masyarakat.

“Nusahima lahir dengan semangat untuk menjadikan Indonesia hijau dan mandiri. Melalui kerja sama dengan IRI Indonesia, kami ingin memastikan pesan lingkungan bisa sampai ke akar rumput lewat rumah ibadah,” katanya.

Yayah menambahkan, Nusahima melihat rumah ibadah sebagai titik strategis untuk menggerakkan aksi nyata. Dari ruang-ruang spiritual inilah masyarakat dapat didorong untuk peduli pada isu-isu ekologis, termasuk pengurangan deforestasi dan perlindungan masyarakat adat.

“Kami percaya, kalau pesan moral agama berpadu dengan gerakan sosial, maka perubahan besar bisa terjadi. Karena itu, kolaborasi lintas agama ini sangat penting untuk memperkuat advokasi lingkungan di Indonesia,” tandasnya.