Daerah

HMI Ushuluddin Deklarasikan Era Baru: Tinggalkan Kultur Usang, Jawab Tantangan Kecerdasan Buatan dengan Pemikiran Kritis

×

HMI Ushuluddin Deklarasikan Era Baru: Tinggalkan Kultur Usang, Jawab Tantangan Kecerdasan Buatan dengan Pemikiran Kritis

Sebarkan artikel ini
HMI Ushuluddin Deklarasikan Era Baru: Tinggalkan Kultur Usang, Jawab Tantangan Kecerdasan Buatan dengan Pemikiran Kritis

HMI Ushuluddin Deklarasikan Era Baru: Tinggalkan Kultur Usang, Jawab Tantangan Kecerdasan Buatan dengan Pemikiran Kritis

LIMADETIK.COM, SURABAYA – Suasana Rapat Kerja (Raker) I Komisariat Ushuluddin Sunan Ampel periode 2025-2026 diwarnai dengan semangat transformasi dan visi progresif, Senin (13/10/2025).

Di hadapan para kader, Ketua Umum terpilih, Ahmad Mustakim menyampaikan pidato kunci yang tidak hanya menjadi pengantar program kerja, tetapi lebih sebagai sebuah manifesto perubahan untuk menjawab tantangan zaman.

Di bawah tema besar “Membangun Kader Unggul: Memperkuat Fondasi Intelektual, Ketajaman Kritis, dan Visi Kreatif untuk Aksi yang Produktif”, sang Ketua Umum menegaskan bahwa HMI Ushuluddin harus bergerak meninggalkan paradigma lama.

“Sekarang sudah era artificial intelligence (AI). Kita sebagai kader visioner harus bisa membaca situasi dan tentunya HMI Komisariat Ushuluddin Sunan Ampel harus menjadi garda terdepan dalam integritas intelektual yang selalu melahirkan mercusuar pemikiran kritis.” tegasnya penuh semangat, Minggu (12/10/2025).

Pernyataan ini menjadi fondasi dari visi kepemimpinannya, yang menekankan bahwa di tengah gempuran teknologi, justru integritas dan daya kritis manusiawi yang tak tergantikan menjadi nilai utama.

Membedah Kultur Lama, Membangun Etos Baru

Lebih berani lagi, sang Ketua secara gamblang mengkritik warisan internal yang dianggapnya tidak relevan. “HMI Komisariat Ushuluddin Sunan Ampel sudah lebih baik dengan meninggalkan culture yang tidak masuk akal,” ujarnya.

Pernyataan yang mengisyaratkan komitmen untuk memutus mata rantai praktik-praktik organisasi yang dianggap irasional dan menghambat kemajuan.

Wacana tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan seruan bagi seluruh pengurus untuk menjadi role model. “Waktunya kita di era perubahan dan berusaha melahirkan kader-kader yang cerah dalam berpikir, wajib bagi kita untuk upgrade diri dan skill. Jadilah kader yang dibutuhkan, jangan menjadi kader yang membutuhkan” tandasnya.

Penutup: Sebuah Janji Perubahan yang Harus Dipertanggungjawabkan

Pidato ini menutup dengan pesan yang membakar semangat, mendorong setiap kader untuk membuka diri, berani berproses, dan percaya pada potensi diri untuk menjadi “harapan umat dan bangsa.” Ditutup dengan yel-yel YAKUSA (Yakin Usaha Sampai) yang menggema, semangat perubahan itu terasa nyata.

Kini, bola berada di lapangan HMI Komisariat Ushuluddin. Apakah manifesto progresif ini akan berhasil diterjemahkan menjadi aksi nyata yang melahirkan kader-kader intelektual yang tangguh dan relevan, atau hanya akan menjadi memori indah dalam dokumentasi raker?. Waktu yang akan membuktikan, tetapi langkah pertama dengan menyatakan niat untuk berubah telah diambil dengan penuh keyakinan.