Surat Terbuka Yant Kaiy
Tak pernah terpikirkan sebelumnya, kalau saya akan kembali ke dunia yang pernah mendaratkan kaki ini di Jakarta. Suka, duka, sedih, kecewa, galau silih berganti menghias hari-hari saya ketika menjadi penulis disalah satu koran harian Ibu Kota. Itulah awal karier fantastis dan mengesankan.
Akhir tahun 2000 perusahaan gulung tikar. Saya kembali ke pelukan bumi Madura tanpa pesangon sepeser pun. Dalam keterdesakan ekonomi dan tuntutan kebutuhan hidup berumah tangga, akhirnya saya kerja serabutan. Mulai menjadi sales kerupuk made in sendiri ke warung-warung, berjualan eskrim keliling, bersama istri menjadi petani tembakau dan bawang merah, sampai berjualan kebutuhan sehari-hari di rumah telah saya lakukan

Tujuan semua itu untuk menyambung hidup. Akhirnya saya vakum dalam alam tulis-menulis.Tak ada waktu luang berkarya. Saya harus bekerja layaknya orang-orang sekitar kampung. Kerja yang nyata.
Pada Awal 2019 saya mencoba menawarkan naskah karya lama ke beberapa penerbit di tanah air. Namun tak satu pun berhasil. Saya mencoba menawarkan ke beberapa teman untuk menjadi sponsor penerbitan.
Alhamdulillah. Ada salah satu teman, owner Komunitas Therapy Ramuan Banyu Urip Yogyakarta mau membiayai penerbitan dan percetakan. Tentu itu dengan kontribusi, nama perusahaannya ada di cover belakang buku Saya menganggukkan kepala, tanda setuju.
Terbitlah buku saya dengan judul “Syekh Ali Akbar: Menelisik Sejarah Pasongsongan yang Terputus”. Bendera penerbitnya adalah Rumah Literasi Sumenep. Editor dari buku ini Syaf Anton Wr, seorang budayawan Kota Keris Sumenep. Ada perasaan bangga bercampur haru tak berujung. Saya nikmati semua itu dengan dua buah hati dan istri.
Kian terpacu semangat untuk kembali berkarya.
Saya pun fokus ke dunia lama; dunia tulis-menulis. Atas saran Hairul Anwar, owner Madura Energy, saya pun dianjurkan untuk mengisi media online miliknya, limadetik.com. Saya menikmatinya tanpa beban dengan mengirimkan berita-berita instan seputar Kabupaten Sumenep.
Ternyata Allah Maha Mendengar segala keinginan hamba-Nya. Hairul Anwar mempercayai saya agar melakukan observasi ke tempat objek bersejarah di Kecamatan Pasongsongan, yaitu Goa Soekarno, Astah Buju’ Panaongan, dan Syekh Ali Akbar. Beliau lalu menerbitkan buku karya saya ini dengan judul “Melihat Lebih Dekat Tiga Objek Bersejarah di Pasongsongan”.
Awal tahun 2020 buku tersebut akan beredar. Sedangkan penerbitnya yakni CV. Duta Media Pamekasan. Anda penasaran, silakan inden ke limadetik.com.
Hati kecil saya berbisik, “Terima kasih ya Allah atas segalanya. Semoga, semua karya saya bisa bermanfaat bagi pembaca di tanah air. Amin!”.
Penulis adalah wartawan limadetik.com