Oleh : Fitri Setiawati
(Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang Jurusan: Akuntansi, Semester V)
Siapa sih yang tidak mengenal Covid-19?.
Covid-19 ini merupakan virus yang sudah menginfeksi jutaan orang di seluruh dunia. Virus Covid-19 berdampak pada sektor ekonomi yang diperkirakan dapat menyebabkan resesi global. Hal tersebut pastinya akan membuat banyak orang jatuh ke jurang kemiskinan.
Di tengah pandemi Covid-19 ini, hampir seluruh aspek perekonomian sangat susah untuk dijalankan. Seperti, susahnya mencari pekerjaan, banyaknya pengangguran, dan banyaknya orang yang di PHK dari pekerjaanya. Hal ini membuat banyak orang kewalahan untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap harinya. Apalagi untuk masyarakat yang berada dikelas ekonomi menengah kebawah.
Untuk kalangan masyarakat ekonomi kebawah, dampak dari adanya pandemi Covid-19 ini sangat terasa. Dimana seharusnya mereka bisa bebas untuk mencari nafkah, namun ruang gerak mereka harus dibatasi dengan adanya kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah guna memutus rantai penyebaran Covid-19, seperti PSBB dibeberapa wilayah di Indonesia. Dengan adanya kebijakan tersebut, para pedagang, buruh dan para pekerja lainnya sangat merasakan dampak perekonomian yang lumpuh akibat pandemi Covid-19 ini.
Seperti yang terjadi di Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur. Dampak Covid-19 ini, menyebabkan tingkat kemiskinan di kabupaten Sampang mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun sebelumnya. Dilansir dari PetaJatim.co, berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), angka kemiskinan di Sampang pada 2020 sebesar 22,78 % atau 224.740 jiwa.
Jumlah tersebut meningkat tajam dibandingkan pada 2019 lalu yakni 20,71 % atau 202.210 jiwa, jika di kalkulasi kenaikan mencapai 22.530 jiwa. Sedangkan 3 kabupaten lain di Madura secara persentase Sampang jauh lebih tinggi angka kemiskinannya jika di bandingkan dengan Kabupaten Bangkalan yakni sebesar 18,90 %, Pamekasan hanya 13,95 % dan Sumenep 19,48%.
Ada beberapa indikator penyebab angka kemiskinan itu meningkat, antara lain para pekerja migran dari luar negeri banyak yang pulang ke kampung halamannya, sehingga warga urban itu menjadi pengangguran. Demikian pula, sejumlah pekerja yang mengadu nasib di kota- kota besar banyak menjadi korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Hal tersebutlah yang membuat Garis Kemiskinan (GK) di Sampang naiknya cukup tinggi. Angka Kemiskinan berdasarkan data Susenas Konsumsi Pengeluaran (Susenas KP) terhitung Maret 2020.
Disebutkan data Jumlah Penduduk Miskin di Sampang pada 2019 mencapai 202.210 jiwa, Persentase Penduduk Miskin (P0) tercatat 20,71 %, sedangkan Indek Kedalaman Kemiskinan (P1) 3,20, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) 0,70, serta Garis Kemiskinan (GK) mencapai 346.075 jiwa. Dibandingkan 2020 angkanya mengalami peningkatan yang sangat signifikan yakni jumlah penduduk miskin bertambah menjadi 224.740 jiwa, sedangkan angka PO sebanyak 22,78 %, sementara PI malah turun menjadi 2,93 demikian juga P2 turun 0,53. Namun GK malah bertambah sebanyak 374.908 jiwa.
Namun, hal itu tidak menjadi penghalang bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Sampang untuk terus berupaya fokus dalam penanganan pandemi Covid-19 dalam sektor pertanian agar bisa menekan angka kemiskinan tidak semakin meningkat. Karena mayoritas penduduk Kabupaten Sampang 60% mengendalikan sektor pertanian dan sebagain menjadi pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Upaya tersebut tetap dilakukan oleh Pemda Kabupaten Sampang dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Melihat dari jumlah peningkatan angka kemiskinan di Kabupaten Sampang cukup menjadi masalah besar untuk memajukan perekonomian Kabupaten Sampang. Karena itu perlunya memasang strategi-strategi baru dalam memulihkan kembali perekonomian di Kabupaten Sampang agar tingkat kemiskinan menurun.
Selain itu untuk mengurangi angka kemiskinan di Kabupaten Sampang akibat corona, pemerintah harus memfokuskan membuka lowongan pekerjaan. Perlu adanya pelatihan tentang wirausaha dan lain-lain agar masyarakat Kabupaten Sampang bisa mempunyai penghasilan dan membantu mengurangi angka kemiskinan. Tidak hanya itu perlunya perhatian khusus untuk para petani agar menghindari kemungkinan kegagalan yang tidak diinginkan.