Artikel

Eksplorasi Paradigma Mahasiswa: dari Kognitif Ke Kreatif dalam Pembelajaran

×

Eksplorasi Paradigma Mahasiswa: dari Kognitif Ke Kreatif dalam Pembelajaran

Sebarkan artikel ini

Oleh Noris Soleh, Mahasiswa Institut Agama Islam Al-Khairat Pamekasan

SAVE 20241010 204710 scaled
Noris soleh, mahasiswa Al-Khairat Pamekasan

PAMEKASAN – Limadetik.com, Paradigma pendidikan tinggi telah berubah secara signifikan seiring dengan pergeseran pasar kerja dan pesatnya pertumbuhan teknologi. Modifikasi ini menandakan adanya pergeseran dari pendekatan kognitif yang mengutamakan penguasaan pengetahuan teoritis ke pendekatan kreatif yang menekankan pemecahan masalah secara kreatif dan penerapan praktis.

Esai ini mengkaji bagaimana paradigma bagi mahasiswa berubah dari paradigma yang menekankan kreativitas kognitif menjadi paradigma yang menekankan pembelajaran, mencatat berbagai kemungkinan dan kesulitan yang dihadapi selama proses pembelajaran, dan menganalisis implikasinya bagi pendidikan tinggi.

Landasan proses pembelajaran dalam pendidikan tinggi selalu berupa pendekatan kognitif. Paradigma ini memberi penekanan kuat pada pengetahuan teoritis, pemahaman konseptual, serta keterampilan pemrosesan dan analisis informasi ranah kognitif mencakup berbagai fungsi mental, dari pemahaman mendasar hingga sintesis dan penilaian informasi.

Metode ini menggunakan strategi pengajaran yang terorganisasi dan evaluasi berbasis kemampuan kognitif untuk membantu siswa mengembangkan dasar pengetahuan yang kuat.

Meskipun paradigma kognitif menawarkan landasan pengetahuan yang berharga, banyak penentang berpendapat bahwa metode ini mungkin tidak sepenuhnya mempersiapkan mahasiswa untuk menghadapi masalah-masalah dunia nyata.

Informasi teoritis sering kali terlalu banyak diberi bobot dalam sistem pendidikan tradisional, sementara pengembangan keterampilan kreatif yang sangat penting dalam dunia saat inikadang-kadang diabaikan.

Kritik ini memunculkan kemungkinan bahwa strategi pengajaran harus dimodifikasi agar lebih sesuai dengan tuntutan kontemporer. Paradigma pembelajaran berubah untuk menekankan nilai kemampuan kreatif dan inovatif seiring dengan perubahan yang cepat di tempat kerja dan masyarakat.

Metode ini sangat menekankan pada kapasitas mahasiswa untuk berpikir orisinal, pemecahan masalah yang imajinatif, dan fleksibilitas situasional. Landasan ekonomi kontemporer adalah kreativitas.

Perubahan ini lebih menekankan pada pembelajaran berbasis masalah dan proyek sebagai strategi utama untuk menumbuhkan kemampuan kreatif. Berkat model-model ini, mahasiswa dapat menerapkan pengetahuan mereka dalam situasi yang lebih relevan dan realistis.

Menurut Dewey (1938), “Untuk menumbuhkan pembelajaran yang lebih mendalam dan lebih kreatif, pendidikan yang efektif harus melibatkan pengalaman dan refleksi langsung.” Dengan menggunakan pendekatan ini, siswa dapat meningkatkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah dengan mempelajari cara menerapkan materi yang telah mereka pelajari dalam skenario dunia nyata.

Paradigma kreatif sedang dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan tinggi melalui sejumlah strategi yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan kreatif mahasiswa. Pembelajaran berbasis proyek (PBL) dan pembelajaran berbasis masalah (PBL) adalah dua pendekatan yang populer.

“Pembelajaran berbasis proyek memberi mahasiswa kesempatan untuk menerapkan pengetahuan mereka dalam konteks yang relevan, memecahkan masalah dunia nyata, dan berkolaborasi dalam waktu nyata,” ungkap Helle, Tynjala, dan Olkinuora (2009).

Dengan memungkinkan mahasiswa bereksperimen secara bebas dengan ide dan solusi baru, pendekatan ini mendorong pertumbuhan kemampuan kreatif. Namun, penggunaan teknologi di kelas juga berkontribusi signifikan terhadap pengembangan kreativitas.

“Teknologi digital memberi mahasiswa alat yang ampuh untuk inovasi, yang memungkinkan mereka untuk mengeksplorasi dan berkreasi dengan cara yang sebelumnya tidak mungkin,” menurut Mark Prensky (2001) dalam Digital Natives, Digital Immigrants.

Melalui penggunaan teknologi seperti alat desain, platform kolaborasi, dan simulasi, siswa dapat mengasah kemampuan kreatif mereka dalam suasana yang lebih dinamis dan partisipatif.

Meskipun ada beberapa manfaat dari transisi ke paradigma kreatif, ada juga beberapa kendala utama yang harus diatasi. Salah satu kendala terbesar adalah keengganan instruktur dan lembaga pendidikan yang masih menggunakan teknik konvensional untuk beradaptasi.

“Transformasi menuju paradigma kreatif memerlukan perubahan mendasar dalam cara kita memandang pendidikan dan penilaian,” kata Howard Gardner pada tahun 2006. Mungkin sulit bagi dosen untuk menggunakan kemampuan kreatif dan inventif mereka sambil juga menyesuaikan diri dengan pendekatan pengajaran baru.

Lebih jauh lagi, investasi besar dalam hal sumber daya dan pelatihan diperlukan untuk penerapan pendekatan dan teknologi kreatif. Dalam Creativity in Context, Teresa Amabile (1996) mengatakan bahwa “dukungan untuk pengembangan profesional dan sumber daya yang memadai adalah kunci keberhasilan penerapan metode pembelajaran kreatif.” Untuk mengatasi kesulitan tersebut, lembaga pendidikan harus memastikan bahwa mereka memiliki sumber daya dan instruksi yang diperlukan untuk memfasilitasi perubahan ini.

Perubahan signifikan dalam pendidikan tinggi ditunjukkan dalam paradigma penyelidikan mahasiswa, yang bergeser dari kognitif ke kreatif, yang menekankan pengembangan bakat kreatif dan inventif daripada pengetahuan akademis. Melalui integrasi teknologi, pendekatan pembelajaran berbasis proyek, dan pengalaman dunia nyata, pendidikan tinggi bertujuan untuk membekali mahasiswa untuk menghadapi tuntutan dunia kerja yang rumit dan terus berubah.

Sekalipun ada masalah implementasi, perubahan ini menghadirkan peluang yang sangat baik untuk meningkatkan proses pendidikan dan membantu mahasiswa berkembang menjadi orang yang lebih fleksibel dan imajinatif.

Sangat penting bagi lembaga pendidikan untuk terus mengevaluasi dan memodifikasi metode mereka seiring dengan perkembangan ini untuk menjamin bahwa mahasiswa berkembang tidak hanya menjadi ahli teori tetapi juga pemikir kreatif yang diperlengkapi untuk menangani masalah masa depan.