HMI Dalam Pusaran Tantangan Zaman
Oleh : Hilal Hidayat
Aktivis HMI Cabang Sumenep Komisariat Paramadina
________________________________
OPINI – 77 tahun telah berdiri dengan segala pencapaian disetiap periodisasi HMI telah berlalu dengan gegap gempita maupun suka-duka. Ratusan bahkan ribuan kader berkualitas telah dilahirkan dengan segala keahlian dan tersebar di berbagai sektor kehidupan dengan semangat misi pengabdian guna mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi allah swt sesuai tuntutan tujuan Organisasi HMI dengan segala sepak terjangnya di masa lalu harus diperhitungkan dan tidak bisa dinggap sebelah mata, karna bagaimanapun sejarah dan organisasi HMI adalah salah satu entitas yang tidak bisa dipisahkan dari perjalanan panjang negeri kita ini.
Mau dibolak-balikkan atau bahkan mau dikaburkan dedikasi HMI terhadap Negeri ini sangat tidak mudah karna dedikasi HMI pada ibu Pertiwi bukan hanya narasi bualan semata melainkan ia melembaga dengan hadirnya tokoh tokoh jebolan HMI seperti Nur Kholis Majid, Artijo Alkotsar dan Munir. 3 tokoh ini bagai prasasti yang tidak bisa di hilangkan dalam rantai sejarah Indonesia, dan banyak lagi tokoh tokoh jebolan HMI di era sekarang yang tidak bisa di sebutan satu-persatu dalam tulisan singkat ini.
Seharusnya perubahan zaman tidak menjadi persoalan dalam memadamkan api perjuangan dan spirit tugas dan fungsi HMI sebagai motor organisasi perkaderan dan organisasi perjuangan. HMI dituntut sebagai pembawa perubahan dimasyarakat lewat perantara peningkatan kualitas kader kader di dalamnya guna bisa membawa secercah cahaya kebenaran dan perubahan.
Tapi nyatanya perubahan iklim zaman dan karakteristik genarasi masa kini menjadi tantangan yang sangat serius dan sukar untuk dielakkan oleh HMI. HMI sebagai wadah organisasi perkaderan yang diharapkan bisa membentuk dan melahirkan para cendikiawan cendikiawan muda yang berjiwa islami telah gagal memaksimalkan perannya dan tenggelam oleh arus perubahan zaman yang nyata.
Karakteristik kader-kader didalamnya yang bermental lemah dan cengeng telah menjadi persoalan ditambah oleh melemahnya budaya literasi dan diskusi kader. konsep program monoton dan kurang kreatif menjadi persoalan serius dalam pengembangan kualitas kader,maka disini hmi telah dianggap gagal dalam mengawal spirit awal organisasi yang berbasis organisasi perkaderan.
intrik politik dan konflik internal yang berlarut-larut menjadi momok penghantam kemajuan organisasi sehingga cendrung melupakan tugas – tugas pokok organisasi. besarnya egosentris dibeberapa oknum kader menjadi penghambat keharmonisan yang berujung turunnya solidaritas ditubuh HMI.
Sukar membedakan ruang konflik pribadi dan ruang organisasi menjadi hal yang sangat serius dan sering terjadi menandakan bahwa sejak beberapa dekade ini HMI gagal menanamkan doktrin kedewasaan dalam ber- organisasi. terlalu membesar- besarkan pembahasan yang tidak membawa progresifitas organisasi menjadi faktor turunnya kualitas kader kader HMI, karna alih-alih mengibarkan sayap kemajuan organisasi malah terlelap candu dalam pembahasan hal-hal yang tidak perlu.
Implikasi dari segala persoalan diatas telah menjadi faktor turunnya minat mahasiswa berposes di HMI. kualitas kader hmi yang menjadi pertanyaan besar dimasa kini. status ke HMI-an kader tidak nampak menjadi suatu hal pembeda yang sangat besar dengan mahasiswa non organisasi, sehingga pendek kata mahasiswa sekarang bisa mengeluarkan
Statment : “buat apa gabung HMI jika tidak ada kemajuan signifikan bagi pengembangan kualitas yang ada hanya lelah dan buang-buang waktu. Gejolak konflik, adanya egosentris beberapa oknum kader dan terlalalu membesar-besarkan persoalan yang tidak perlu menjadi penghambat pengayoman kader (khususnya bagi pengurus) sehingga menurunkan rasa cinta para kader yang berakibat pada banyaknya kader-kader yang terlantar bahkan hilang tiada rimbanya.
Penyegaran dan internalisasi nilai-nilai ke HMI-an adalah buah solusi mengadapi krisis kualitas kader organisasi. Doktrin bersikap dewasa dan bertanggung jawab pada kader harus digalakkan demi menjaga stabilitas dan kemajuan organisasi, memamfaatkan media dan potensi yang ada adalah hal yang harus bisa diterapkan untuk bisa meningkatkan kualitas kader.
Hal ini adalah metode yang jitu untuk bisa mewadahi dan mencetak kader kader yang berkualitas.ketika kita mengacu pada buku menejemen orgnisasi maka jelas dikatakan bahwa menejemen terbaik dalam mengelola apapun adalah dengan memanfaatkan segala potensi yang ada di sekitar kita, dan hal ini menjadi tugas bersama kader untuk selalu bisa memanfaatkan segala potensi di era gempuran zaman yang semakin berubah.
Sehingga organisasi menjadi relevan dan kebutuhan zaman dan tentunya hal ini menjadi penarik minat banyaknya kader yang ingin berproses di hmi. penyajian metode belajar yang lebih inovatif, progresif dan visioner menjadi tolak ukur kita untuk mewujudkan regenerasi berkualitas untuk kemajuan bersama sampai akhir masa.