Artikel

Iran dan Israel: Pertarungan Ideologi yang Mengguncang Dunia

×

Iran dan Israel: Pertarungan Ideologi yang Mengguncang Dunia

Sebarkan artikel ini
Iran dan Israel: Pertarungan Ideologi yang Mengguncang Dunia
Wahyu Abadai

Iran dan Israel: Pertarungan Ideologi yang Mengguncang Dunia

OLEH : Wahyu Abadi
Rakyat Pinggiran di Persimpangan Jalan.

__________________________________

ARTIKEL – Hubungan Iran dan Israel merupakan salah satu konflik paling panas dan kompleks di Timur Tengah. Perseteruan dua negara ini tidak hanya dilandasi motif geopolitik, tetapi juga dipenuhi pertentangan ideologi, sejarah, dan kekuasaan regional. Sejak Revolusi Iran 1979, hubungan keduanya memburuk drastis, dan hingga kini konflik tersebut terus menyisakan ketegangan yang berbahaya bagi stabilitas kawasan dan dunia.

Konflik ini semakin memanas setelah Iran secara terang-terangan menyatakan anti-Zionisme dan mendukung kelompok-kelompok seperti Hizbullah dan Hamas, yang dianggap Israel sebagai ancaman eksistensial. Di sisi lain, Israel terus melakukan berbagai operasi militer dan intelijen terhadap fasilitas nuklir Iran serta tokoh-tokoh penting dalam lingkaran militer Iran (International Crisis Group, 2023).

Iran dan Israel: Permusuhan yang Terstruktur

Permusuhan antara Iran dan Israel bukanlah konflik terbuka secara langsung, melainkan perang bayangan (shadow war). Serangan udara Israel ke wilayah Suriah yang menargetkan pasukan Iran, pembunuhan ilmuwan nuklir Iran seperti Brigjen Mohsen Fakhrizadeh (27 November 2020), serta serangan siber dan sabotase terhadap fasilitas nuklir Natanz merupakan bagian dari pola konfrontasi tersebut (BBC, 2021).

Iran pun membalas dengan memperluas pengaruhnya melalui milisi proksi di Lebanon, Suriah, Irak, dan Yaman, serta memperkuat program nuklirnya sebagai bentuk perlawanan terhadap dominasi Israel dan sekutunya di kawasan (Al Jazeera, 2024). Ali Khamenei bahkan pernah menyatakan, “Israel adalah tumor ganas yang harus dihapus dari peta” (Khamenei.ir, 2020), menunjukkan kedalaman ideologis konflik ini.

Dampak Regional dan Global: Timur Tengah di Ujung Tanduk

Konflik ini tidak bisa dilihat sebagai perseteruan dua negara saja. Setiap ketegangan Iran-Israel berpotensi menyeret kekuatan global seperti Amerika Serikat, Rusia, dan bahkan negara-negara Eropa. Stabilitas ekonomi global, terutama harga minyak dan keamanan jalur pelayaran di Selat Hormuz, juga terancam setiap kali konflik ini memuncak.

Seperti disebutkan dalam laporan Council on Foreign Relations (2024), eskalasi militer Iran dan Israel dapat “mengguncang pasar energi dunia dan memperburuk polarisasi geopolitik antara Timur dan Barat.” Ketegangan ini juga menghambat proses perdamaian di kawasan dan meningkatkan risiko konfrontasi terbuka berskala luas.

Situasi Terkini: Serangan Rudal Balistik dan Drone

Konflik panas Iran–Israel akhirnya mencapai titik ledak. Pada pertengahan Juni 2025, Iran meluncurkan serangan besar-besaran berupa rudal balistik dan drone ke berbagai wilayah di Israel, termasuk Tel Aviv dan Be’er Sheva. Ini adalah pertama kalinya Iran menyerang langsung wilayah Israel secara terbuka—bukan lagi melalui milisi proksi seperti Hizbullah atau Hamas.

Menurut laporan Time (2025), Soroka Medical Center di Be’er Sheva menjadi salah satu target serangan yang mengalami kerusakan, memicu kecaman internasional karena melanggar hukum humaniter internasional. Pemerintah Israel merespons dengan operasi militer besar ke situs nuklir Iran seperti Natanz dan Fordow, serta markas pasukan Garda Revolusi (IRGC), menyebabkan ratusan korban jiwa (The Washington Post, 2025).

Eskalasi ini bukan hanya soal dua negara bermusuhan. Harga minyak dunia langsung melonjak, pasar saham Asia dan Eropa bergejolak, dan diplomasi global pun terbelah. “Serangan ini mengubah peta konflik Timur Tengah secara drastis,” tulis Barron’s (2025), memperkirakan kemungkinan keterlibatan AS dan NATO jika situasi memburuk.

Bayangan untuk Indonesia: Jauh Tapi Terasa

Meski berada ribuan kilometer dari pusat konflik, Indonesia tidak imun terhadap dampak ketegangan Iran-Israel. Sebagai negara dengan ketergantungan tinggi pada impor minyak, konflik yang melibatkan dua aktor utama di kawasan penghasil energi dapat berpengaruh langsung terhadap ekonomi nasional.

Lonjakan harga minyak akibat konflik membuat biaya transportasi, logistik, dan energi meningkat. Menurut laporan Bank Indonesia (2023), “setiap kenaikan harga minyak mentah sebesar 10 USD/barel dapat mendorong inflasi domestik sebesar 0,4%.”

Dari sisi sosial-politik, masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim menunjukkan sensitivitas tinggi terhadap konflik di Timur Tengah, terutama jika dikaitkan dengan isu Palestina dan agresi Israel. Polarisasi opini publik dan potensi mobilisasi politik berbasis sentimen keagamaan menjadi tantangan tersendiri bagi stabilitas nasional.

Selain itu, Indonesia sebagai bagian dari OKI (Organisasi Kerja Sama Islam) juga memiliki posisi diplomatik yang harus dijaga. Kecaman terhadap tindakan Israel atau dukungan terhadap Iran sebagai bagian dari solidaritas Islam bisa memengaruhi hubungan bilateral dengan negara-negara Barat atau Israel secara tidak langsung.

Kesimpulan

Konflik Iran-Israel adalah percikan api yang dapat menjalar ke seluruh dunia. Perang bayangan mereka tidak hanya menjadi ancaman bagi Timur Tengah, tetapi juga mengganggu stabilitas global dalam bentuk krisis energi, ketegangan geopolitik, dan fragmentasi ideologis. Bagi Indonesia, dampaknya mungkin tidak berupa peluru, tetapi terasa melalui inflasi, tekanan diplomatik, hingga dinamika sosial dalam negeri.

Maka, penting bagi Indonesia untuk terus memantau perkembangan konflik ini, menjaga stabilitas dalam negeri, dan tetap konsisten dalam politik luar negeri bebas aktif: menolak segala bentuk agresi, dan mendukung perdamaian dunia sebagaimana amanat UUD 1945.