Artikel

Jangan Hanya Bangga Jadi Kader HMI, Buktikan dengan Aksi!

×

Jangan Hanya Bangga Jadi Kader HMI, Buktikan dengan Aksi!

Sebarkan artikel ini
Jangan Hanya Bangga Jadi Kader HMI, Buktikan dengan Aksi!

Jangan Hanya Bangga Jadi Kader HMI, Buktikan dengan Aksi!

Oleh : Moh. Rofiki
Kader HMI Al-Khairat

____________________________

ARTIKEL – Menjadi kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah kebanggaan. Kita adalah bagian dari organisasi yang telah melahirkan banyak pemimpin bangsa, dari intelektual hingga pejabat negara. Namun, kebanggaan saja tidak cukup.

Seorang kader sejati tidak hanya mengenakan atribut HMI dengan gagah, menghafal Mars HMI dengan lantang, atau memenuhi forum-forum diskusi tanpa aksi nyata. Sejarah mencatat, peradaban tidak dibangun oleh mereka yang hanya berbicara, tetapi oleh mereka yang bertindak.

Mari kita kembali ke kisah para sahabat Nabi, generasi terbaik yang bukan hanya berilmu, tetapi juga beramal. Salah satu yang patut kita teladani adalah Abdurrahman bin Auf seorang sahabat yang tidak hanya cerdas dan berwawasan luas, tetapi juga memiliki mental pekerja keras.

Ketika tiba di Madinah setelah hijrah, ia tidak meminta belas kasihan. Ia tidak sekadar menyebut dirinya “muhajir” dengan kebanggaan kosong. Sebaliknya, ia berkata. “Tunjukkan aku jalan menuju pasar.” Dengan tangannya sendiri, ia membangun usahanya, dan dari sana ia menjadi dermawan besar yang menopang perjuangan Islam.

Bukankah itu yang seharusnya kita lakukan sebagai kader HMI? Bukan sekadar mengandalkan nama besar organisasi, tetapi membuktikan bahwa kita adalah kader yang bergerak, berkarya, dan berkontribusi nyata bagi masyarakat.

Kita sering mendengar jargon, “HMI adalah kawah candradimuka calon pemimpin bangsa”. Namun, apakah kita benar-benar telah menyiapkan diri sebagai pemimpin?. Apakah kita hanya akan menjadi aktivis yang pandai beretorika, tetapi minim aksi? Apakah kita hanya akan bangga dengan status sebagai kader HMI tanpa benar-benar menunjukkan kualitas kita di dunia nyata?.

Lihatlah Ali bin Abi Thalib seorang pemikir tajam yang juga seorang pendekar di medan perang. Ia tidak hanya menuliskan gagasan dalam syair, tetapi juga bertarung dengan pedangnya demi kebenaran. Ilmunya tinggi, keberaniannya tak tertandingi, dan keikhlasannya dalam berjuang menjadi inspirasi hingga hari ini. Jika kita mengaku sebagai kader intelektual, mari jadilah seperti Ali, tidak hanya cerdas dalam berbicara, tetapi juga tangguh dalam bertindak.

Dalam konteks hari ini, banyak tantangan yang harus dihadapi oleh kader HMI. Dunia terus berubah, dan kita tidak bisa hanya terpaku pada romantisme masa lalu. HMI tidak boleh menjadi sekadar komunitas diskusi tanpa implementasi. Kita harus hadir dalam berbagai sektor: akademik, ekonomi, sosial, dan politik. Kita harus menjadi inovator, menciptakan perubahan, bukan hanya mengomentari keadaan.

Lalu, bagaimana caranya?

1. Jangan Hanya Berdiskusi, Wujudkan Gagasan!

Jika kita membahas ekonomi Islam, maka kita harus mulai menciptakan bisnis berbasis syariah. Jika kita mendiskusikan pendidikan, kita harus aktif dalam program literasi di masyarakat.

2. Gunakan Ilmu untuk Masyarakat, Bukan Hanya untuk Berdebat!

Seorang kader sejati tidak hanya sibuk memenangkan argumentasi, tetapi juga hadir di tengah umat. Seperti Abu Bakar yang tidak hanya menjadi khalifah, tetapi juga tetap setia mengurus rakyatnya secara langsung.

3. Bangun Mental Pejuang, Bukan Mental Pengikut!

Seorang kader HMI harus memiliki keberanian untuk memimpin dan berinisiatif. Seperti Umar bin Khattab yang tidak takut menegakkan kebenaran, meskipun itu tidak populer.

Menjadi kader HMI bukan hanya tentang kebanggaan. Ia adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan. Dunia tidak membutuhkan aktivis yang hanya bisa berbicara. Dunia membutuhkan pemimpin yang mampu membuktikan ucapannya dengan tindakan.

Maka, tanyakan pada diri sendiri: Sudahkah aku membuktikan bahwa aku layak disebut kader HMI?

Jika belum, maka sekaranglah waktunya bergerak. Jangan hanya bangga, tetapi buktikan dengan aksi!