SUMENEP, limadetik.com – Tidak lama sejak beroperasi pada 2017 lalu, Pasar hewan terpadu di Desa Pakandangan Sangra, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur ditinggalkan para pedagang.
Pasalnya, para pedagang ternak mengeluh jauhnya letak geografis dari daerah asal pedagang. Hal itu berpengaruh terhadap biasa transportasi yang harus dikeluarkan. Karena para pedagang mayoritas berasal dari timur Kota Sumenep dan utara kota. Sedangkan, pasar yang baru berada di selatan kota dan dekat dengan perbatasan dengan Kabupaten Pamekasan.
Akibatnya, pembangunan pasar yang menghabiskan dana miliaran rupiah dari Anggaran Pembangunan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pembangunan dan Belanja Daerah (APBD) sejak 2014 hingga kini tidak ada aktifitas jual beli hewan ternak.
“Kami sudah melakukan upaya dengan cara melakukan pendekatan terhadap para pedagang. Termasuk para pedagang ternak dari luar kabupaten. Agar pasar kembali hidup,” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumenep, Syaiful Bahri, Jum’at (8/3/2019).
Syaiful mengaku, selama ini melakukan berbagai upaya agar pasar hewan ternak terpadu itu bisa dimanfaatkan dengan baik atau setiap hari ada kegiatan ekonomi di pasar tersebut. Namun, upaya tersebut rupanya gagal sehingga pasar tersebut tidak berfungsi.
Parahnya lagi, para pedagang sapi malah membuat tempat transaksi jual beli hewan ternak ditempat lain. Tepatnya di Pasar Manuk Kecamatan Kota Sumenep.
“Padahal, semangat awal dibangunnya pasar ternak terpadu di Bluto itu untuk memindahkan pasar hewan di Bangkal. Tapi malah sekarang membuat pasar hewan yang lokasinya tidak jauh dari Pasar Bangkal,” terangnya.
Sekedar diketahui, pasar hewan ternak terpadu itu dibangun sejak 2014 dengan anggaran sebesar Rp 2,3 miliar dari APBN 2014. Pada tahun berikutnya, juga digelontorkan dana Rp 200 juta dari APBD kabupaten. (hoki/dyt)