Scroll Untuk Membaca Artikel
Nasional

Pendataan dan Pembinaan Mahasiswi Bercadar Menuai Pro Kontra di UIN Sunan Kalijaga

×

Pendataan dan Pembinaan Mahasiswi Bercadar Menuai Pro Kontra di UIN Sunan Kalijaga

Sebarkan artikel ini
UIN Yogyakarta
Kampus UIN Sunan Kali Jaga Jogjakarta (sumber foto Google)

YOGYAKARTA, Limadetik.com – Pro kontra pendataan terhadap Mahasiswi yang mengenakan Cadar di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. Selain itu, pihak kampus juga akan membina para mahasiswi tersebut.

Berdasarkan penjelasan Rektor UIN Sunan Kalijaga Yudian Wahyudi mengklaim bahwa pendataan untuk memastikan tidak adanya mahasiswi bercadar yang berpaham radikal. Yudian menerangkan seandainya mahasiswi yang bercadar mengikuti paham radikal, maka pihaknya akan melakukan pendampingan. Tetapi jika pendampingan masih gagal dilakukan maka pihak UIN Sunan Kalijaga akan mengeluarkan mahasiswi tersebut.

GESER KE ATAS
SPACE IKLAN

Pendataan dan pembinaan mahasiswi bercadar ini pun menuai pro kontra di kalangan mahasiswa. Umi Kalsum, seorang mahasiswi bercadar asal Fakultas Adab dan Ilmu Budaya keberatan jika pendataan dan pembinaan akan berujung pada dikeluarkannya mahasiswi bercadar. Meskipun demikian Umi tak keberatan jika pendataan dilakukan.

“Kalau ada mahasiswi bercadar yang dikeluarkan (dari kampus) ya saya keberatan. Kita punya hak lah untuk pakai cadar. Untuk pendataan dalam rangka apa saya tidak tahu jelasnya. Itu cuma didata mungkin gara-gara ada isu radikalisme,” ujar Umi saat dihubungi, Senin (5/3/2018).

Umi yang sudah sejak 2016 mengenakan cadar ini mengaku selama menempuh studi di UIN Sunan Kalijaga tak mendapatkan perlakuan yang berbeda. Umi pun mendapatkan perlakuan yang sama dengan mahasiswi lainnya yang tak bercadar.

“Saya ngampus biasa aja, yang heboh malah bukan dari UIN, kalau dari kampus biasa aja. Menurut saya enggak ada yang perlu dikhawatirkan (dari pendataan mahasiswi bercadar). Kalau enggak terlibat apa-apa kenapa mesti takut,” ucap Umi.

Umi menyampaikan seandainya mendapatkan panggilan dari pihak kampus terkait cadar yang digunakan, Umi mengaku akan datang. Meskipun demikian dia akan menolak jika tak diperbolehkan mengenakan cadar.

“Kalau dipanggil ya menghadap. Tetapi seandainya disuruh copot (cadar) ya saya akan tanya alasannya apa, karena saya pakai cadar ada alasannya sendiri. Ya banyak sih alasannya, alasan pribadi,” urai Umi.

Dihubungi terpisah, Presiden Dewan Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Moh Romli mengaku setuju dengan langkah kampus untuk melakukan pendataan terhadap mahasiswi yang bercadar. Romli berpendapat pendataan memunyai tujuan preventif, agar mahasiswi tidak terjerumus aliran atau ormas yang tidak mengakui pemerintah.

“Ini kan baru pendataan ya. Ya kita dukung langkah rektor. Kita setuju langkah rektorat karena mencegah lebih baik dari mengobati,” ungkap Romli.

Romli menjabarkan pihaknya belum menemukan indikasi antara mahasiswi bercadar dengan paham radikal. Termasuk juga korelasi antara mahasiswi bercadar dengan organisasi anti-Pancasila.

“Sejauh ini memang belum ada. Namun sekali lagi antisipasi itu lebih baik dari mengobati. Apalagi kaitannya dengan ideologi Pancasila.

(mrk/swd)

× How can I help you?