
PAMEKASAN – Limadetik.com, Civil Society Organization (CSO) Madura Foundation lahir kembali setelah sekian lama vakum. Organisasi masyarakat sipil ini pernah eksis di masanya. Namun, setelah pendiri sekaligus penggagas fokus mengabdikan diri kepada negara, akhirnya organisasi ini memilih tidur dan hengkang dari realitas kehidupan.
Adalah Munhari Bariel, pendiri dan penggagas CSO Madura pada tahun 2000 yang dulu pernah berjaya dan gerakan sosialnya begitu masif serta mampu memberikan pemberdayaan bagi masyarakat di Madura.
Cita-cita yang besar harus terkubur, sejak aktivis sosial ini menjadi aparatur sipil negara (ASN).
Bahkan, CSO Madura Foundation pernah menjadi tim penelitian “Gerak Bangsa” atau gerakan aktivis membangun desa yang dilaksanakan pada tahun 2018 lalu bekerjasama dengan Badan Perencanaan Daerah (Bappeda) kabupaten Pamekasan.
Selain itu, CSO Madura Foundation juga terlibat dalam penulisan biografi tokoh fenomenal Madura, yakni Fadhilah Budiono mantan Bupati Sampang.
Kini, Madura Foundation Reborn atau terlahir kembali setalah 7 tahun tenggelam dalam hiruk pikuk kehidupan sosial masyarakat dengan berbagai macam persoalan.
Tepat di hari ke 20 puasa dan masuk malam 21 puasa ramadan, bertempat di Cafe dan Resto Plappa Ghenna’ jalan Raya Trasak kecamatan Larangan kabupaten Pamekasan, yayasan sosial Madura Foundation meneguhkan kembali keberadaan serta gerakan sosialnya.
Dengan tagline barunya, “Gerakan Moral Madura Modern”, organisasi ini resmi dibuka kembali oleh pendirinya, namun berganti kepemimpinan.
Munhari Bariel CEO Madura Foundation menunjuk H. Mohammad Rudiyanto atau akrab disapa Boss HR sebagai ketua umum atau executive director.
Hal itu disampaikan langsung bersamaan dengan momentum Madura Foundation berbagi di bulan suci ramadan 1446 hijriah, yakni santunan dan buka bersama anak yatim, Kamis (20/03/2025) di cafe dan resto Plappa Ghenna’.
Ada puluhan anak yatim duduk bersama para pengurus baru. Diawali dengan pembukaan ummul kitab, dipimpin oleh wakil ketua Madura Foundation, Dr. Ali Ridho yang juga rektor IAI Al-Khairat.
Selanjutnya, para pengurus melantunkan sholawat nabi mahallul qiyam bersama anak yatim dan tamu undangan. Dengan penuh hidmat, berharap acara santunan sekaligus terakhirnya kembali Madura Foundation mendapatkan syafa’at dan barokah.
Pembina Madura Foundation, Munhari Bariel dalam arahannya menyampaikan, lahirnya kembali organisasi tersebut nantinya bisa bermanfaat untuk ummat, sebagaimana prinsip yang ia bangun sejak dulu, yakni “khairunnas anfaa’ahum linnas” yang artinya, sebaik-baiknya manusia itu, adalah ia yang bermanfaat untuk manusia lainnya.
“Sebenarnya kita berbagi setiap tahun. Tahun lalu pada tanggal 21 ramadan, hari ini adalah tahun kedua, namun wadahnya berbeda, yakni melalui Madura Foundation, semoga santunan ini terus berlanjut dan ke depan akan lebih banyak lagi yang kita bisa santuni khususnya anak yatim dan piatu,” ujar Munhari.
Pembina berharap, Madura Foundation dengan sosok pimpinan baru benar-benar bisa memberdayakan masyarakat. Sebab cita-cita, lahirnya organisasi ini saat ada kerusuhan Sampit tahun 1999.
“Saat itu, saya bertemu langsung dengan presiden Gus Dur (KH. Abdurrahman Wahid) dan Mahfud MD di kediamannya, kita duduk bareng membahas bagaimana Madura ini bisa bermanfaat buat yang lain, saya adakan sarasehan kemanusiaan namanya kala itu,” katanya.
Oleh karena itu, dirinya berharap, tahun-tahun berikutnya Madura Foundation akan terus berbagi dan menebar manfaat.
Munhari Bariel juga memperkenalkan sosok Boss HR yang merupakan pengusaha muda di bidang perminyakan, gas bumi dan batu bara.
Ia mendoakan, HM Rudi, suatu saat bisa mengebor di Madura agar kesejahteraan masyarakat di pulau garam terangkat.
“Harapan kita semua, janji saya dengan haji Rudi, akan kita fasilitasi anak-anak kita untuk terus sekolah, utamanya yang anak yatim hingga kuliah suatu saat,” harapnya.
Sementara, H. Rudi menyatakan, bahwa dirinya mengenal Madura Foundation sejak masih kuliah di Universitas Surabaya (UNISA) pada tahun 2005, kala itu satu kontrakan dan banyak pengalaman berharga selama bersama dengan Munhari Bariel.
“Saat itu, visi misi Madura Foundation sangat luar biasa, sangat mulai tujuannya,artinya kak Munhari ingin mengangkat orang-orang yang tidak sekolah bisa disekolahkan. Sangat mulia memang cita-citanya, biaa menjembatani orang-orang yang tidak mampu bisa mampu, saya berdo’a, agar suatu saat bisa mengikuti jejaknya,” cerita bos HR.
Hingga pada akhirnya, pada tahun 2007, Owner PT. Oil Erlindo Contraction menjadi dosen di Universitas Madura. Dalam perjalanannya, hingga 2011 pekerjaan menjadi seorang dosen tidak membuat H. Rudi bangkit dari sisi perekonomiannya.
Boss HR akhirnya memilih untuk mengadu nasib ke Australia. Ia belajar dan Memperdalam pengetahuan sekaligus sertifikasi (kursus).
Sambil menyelam minum air, H. Rudi bekerja serabutan, mulai dari tukang potong daging, penjual daging serta pekerjaan lain.
“Saat itu saya punya teman yang bekerja di pertambangan, yang akhirnya sampai ke Indonesia saat ini,” terangnya.
Dalam perjalanannya, dirinya lama tidak pernah bertemu dengan Munhari Bariel. Boss HR baru bertemu kembali dengannya tahun 2025.
Sejak itulah, ia diajak ngobrol ke cafenya. Namun, bos HR tak membahas Madura Foundation.
Disisi lain, pengusaha muda asal desa Lemper kecamatan Pademawu Pamekasan ini bercerita, di perusahaan yang ia pimpin, terdapat dana CSR yang peruntukannya untuk pemberdayaan sosial.
Kepada Rektor IAI Al-Khairat, H. Rudi berkeinginan untuk memberikan pelatihan skill khusus kepada pemuda dan generasi Z. Namun, respon Dr. Ali Ridho, harus terdapat waduh untuk bisa bergerak.
“Kebetulan wadah Madura Foundation inilah yang menurut saya bisa jadi tempat. Sebab sudah lama mati suri, dibilang mati masih ada namanya, dibilang hidup sudh tidak ada kegiatannya,” terangnya dihadapan tamu undangan dan anak yatim.
Sehingga dirinya mengajak untuk menghidupkan kembali Madura Foundation dengan program barunya. Taglinenya Gerakan Moral Madura Modern.

Menurut dia, Madura Modern adalah membangun generasi pemuda saat ini untuk berfikir kritis, menganggap ilmu pengetahuan sebagai tujuan dan sandaran bagi perubahan moral.
“Kedua, bagaimana generasi gen Z ini diberi soft skill dan keterampilan agar suatu saat siap saat dibutuhkan perusahaan-perusahaan lokal, nasional maupun internasional,” lanjut bos HR.
Ketiga, bagaimana memberikan kontribusi kepada masyarakat untuk membantu di sektor ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan kesehatan.
“Terakhir, kami sampaikan terima kasih kepada bapak ibu yang sudi hadir memenuhi undangan kami, mohon doakan kami Madura Foundation diberkahi, maju dan agar dapat berkontribusi secara signifikan kepada masyarakat secara nyata, dan Plappa Ghenna’ menjadi resto yang disukai oleh masyarakat, amiin,” tandasnya.