Podcast Roominesia Ahmad Najib Soroti Korupsi Politik
LIMADETIK.COM, MALANG – Ahmad Najib Addaroin, seorang penulis sekaligus lulusan Unisma, menyampaikan pandangannya mengenai tantangan yang dihadapi demokrasi di Indonesia dalam sebuah tayangan podcast di kanal YouTube Roomenesia, Jumat (27/12/2024).
Ia menyoroti isu politik uang dan pengaruh oligarki yang menurutnya telah merusak esensi demokrasi dan mengorbankan kesejahteraan masyarakat.
Dalam pembahasannya, Ahmad Najib menjelaskan bahwa praktik politik uang telah menjadi salah satu permasalahan utama sejak era reformasi. Demokrasi yang idealnya menjadi ruang partisipasi dan transparansi justru berubah menjadi arena transaksional yang sarat kepentingan finansial.
“Politik uang sekarang bukan lagi isu elit. Bahkan anak-anak kecil sudah paham bahwa demokrasi membutuhkan biaya yang tinggi,” ujarnya.
Menurutnya, fenomena ini diperparah oleh meningkatnya jumlah partai politik pasca reformasi. Kompetisi yang ketat mendorong penggunaan uang sebagai alat utama untuk meraih kemenangan dalam pemilu.
“Partai politik tidak lagi memperjuangkan ideologi atau aspirasi rakyat. Fokusnya hanya menang dan kalah, sehingga segala cara, termasuk politik uang, dianggap wajar,” tambahnya.
Selain politik uang, Ahmad Najib menyoroti peran oligarki yang semakin dominan dalam politik nasional. Hubungan transaksional antara oligarki dan politisi, katanya, telah memengaruhi arah kebijakan negara. Oligarki sering kali mendanai kampanye politik dengan imbalan kebijakan yang menguntungkan mereka.
“Kekuasaan negara akhirnya menjadi alat untuk mempertahankan segelintir kepentingan elit,” tegasnya.
Ahmad Najib mengungkapkan, bahwa dampak buruk dari fenomena ini dirasakan langsung oleh masyarakat. Dana publik yang seharusnya digunakan untuk pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan justru terkuras untuk mengembalikan modal politik, menciptakan siklus korupsi yang sulit diatasi.
Akibatnya, masyarakat harus menghadapi kemiskinan, buruknya layanan publik, hingga kerusakan lingkungan.
Meski demikian, Ahmad Najib tetap optimis bahwa perubahan dapat terjadi melalui kesadaran kolektif masyarakat. Ia mengimbau agar masyarakat terus mengawal demokrasi tidak hanya saat pemilu, tetapi juga sepanjang masa pemerintahan berlangsung.
“Meskipun situasi tampak berat, kita harus berkontribusi, sekecil apapun, untuk memperbaiki demokrasi. Tuhan tahu kita telah berusaha untuk membuat perubahan,” pungkasnya.