BONDOWOSO Limadetik.com — Para petani padi dan jagung mengeluhkan sulitnya mendapatkan pupuk jenis Urea dan ZA pada musim tanam tahun ini. Maka dari itu para petani meminta pemerintah segera mencari solusi dengan mengganti ke pupuk organik.
Ini seperti kata Ketua Kelompok Tani Tunas Harapan Desa Gentong Kecamatan Taman Krocok, Suryadi saat acara Ngopi Bareng bersama Forkopimda, di Desa Gentong, Jum’at (24/1/2020) malam.
Menurut Suryadi, mayoritas warga Gentong berprofesi sebagai petani ini, kesulitan membeli pupuk di kios-kios karena adanya pengurangan pupuk.
“Masyarakat kewalahan dengan adanya pengurangan stok pupuk itu. Ingin membeli di kios-kios itu tak ada. Dan juga antri disana. Walaupun ingin membeli tapi kekurangan pupuk. Katanya yang punya kios itu, ada pengurangan stok pupuk bersubsidi” terangnya pada media.
Kondisi ini secara otomatis berpengaruh terhadap proses tanam padi dan jagung. Apalagi kebutuhan pupuk di wilayahnya dalam sekitar 1 ha nya, diperlukan sekitar 5 kwintal pupuk. Sedangkan, luasan lahan milik petani di Desa Gentong, mencapai sekitar 200 ha
Pihaknya mengakui bahwa memang kondisi berkurangnya pupuk ini tak lain merupakan keputusan pemerintah pusat. Karena itulah, Kelompok Taninya mengharapkan pemerintah daerah memberikan sosialisasi pemaparan tentang pemanfaatan kotoran hewan sebagai pupuk organik. Pasalnya memang banyak warga di wilayahnya yang juga beternak sapi.
“Karena warga masyarakat desa Gentong ini, selain mayoritas petani juga merupakan pemelihara sapi, yang sudah pasti menghasilkan kotoran, dan itu bisa dimanfaatkan untuk pupuk organik. Cuma karena warga banyak kurang tau, makanya saya usulkan untuk sosialisasinya, Biar tidak bergantung dengan pupuk organik” tambahnya.
Mewakili Pemkab Bondowoso, Sekda Bondowoso Syaifullah saat berada di lokasi yang sama menerangkan, pengurangan pupuk bersubsidi ini karena salah satu tujuannya yakni menyehatkan tanah yang mengalami kejenuhan karena penggunaan pupuk non organik.
“Pemerintah pusat juga tengah menyiapkan pupuk organik yang salah satu upaya singkatnya yakni membina petani untuk belajar bagaimana membuat pupuk organik. Jadi kelompok tani akan diajari oleh PPL. Dan ke depan, memang kita akan budayakan pupuk organik ini” jelas Sekda.
Seperti diberitakan sebelumnya, tahun ini alokasi berbagai jenis pupuk bersubsidi di Bondowoso mengalami pengurangan signifikan. Untuk jenis urea di tahun 2019 masih 36.783 ton sekarang menurun drastis hingga 18.814 ton. Artinya terjadi pengurangan hingga 48%. Sedangkan kebutuhan pupuk urea petani Bondowoso mencapai 36 ribu ton lebih.
Secara terperinci pupuk yang mengalami pengurangan yakni, urea turun 48% dari 36.783 ton menjadi 18.814 ton. SP36 turun 57% dari 1.665 ton menjadi 712 ton. ZA turun 63% dari 15.166 ton. NPK turun 26% dari 8.438 ton menjadi 6.251 ton. Organik turun 79% dari 5.006 ton menjadi 1.037 ton. (budhi/yd)