10 Sajak Pilihan
Pulo Lasman Simanjuntak
PEMBURU MATA PISAU
pemburu mata pisau
kibarkan bendera maut
kejar serombongan pewarta
menembus cuaca belerang
bertabrakan
di jalan bebas hambatan
paling terpanjang
ada warna-warni kehidupan
pemburu mata pisau
telah kirim pesan mengerikan
di udara bersekutu
roh-roh jahat
aku langsung terperosok
harus mencicil kredit bank
kering kerontang
bahkan tak mampu lagi
menimbun mata uang negara
telah mencapai ribuan triliunan rupiah
kemiskinan bocah-bocah liar
di bawah matahari
tangannya berbuah kelaparan
putus mengunyah bangku sekolah
aku sendiri tak mau korupsi
terlibat suap menyuap
masa depan kesesakan
di negeri telapak kaki
orang-orang berteriak brutal
krisis pangan di depan awan
pemburu mata pisau
hanya terdiam
menghilang di tikungan jalan
entah apa lagi
ancaman dikumandangkan
menghirup bunga sore
kekeringan
pasrah
berserah
Kertajati, Majalengka, Jumat 14 April 2023
RUMAH TANPA TUMBUH PEPOHONAN
rumah tanpa tumbuh pepohonan
kini disekap semak belukar
diperut rumah
kian mengecil
muntah seribu
dosa-dosa ganjil
jendelanya rapuh
tempat makam kucing liar
menjelma jadi tangan sedekah
sangat memalukan
padahal ia telah diurapi
menjadi pelayan Tuhan
rumah tanpa tumbuh pepohonan
setiap hari persiapan
mencari sesuap nasi basi
dari mata lelaki
tanpa alas kaki
disodorkan mata uang recehan
selalu kekeringan
di hamparan pekarangan rumah
basah air tanah
kemarau pun pecah
betapa susah
merambat di negeri
paling korupsi
Jakarta, Minggu 21 Mei 2023
SEKARUNG BERAS MENYUSUP DALAM SAJAKKU
pada malam mengerikan
kutulis kidung panjang
di atas hamparan batu roti
karena esok matahari
semakin terbenam
menunggu pagihari
sangat melelahkan
untuk menjual angan-angan palsu
di lapak pinggir jalan
nyaris tanpa suara lamban
saat angin sakal tak bertiup
ke arah jendela dunia sunyi
terlilit tali orang mati
hanya terdengar dari ruang doa
gesekan besi di telinga kiri
adikku yang jenaka
membawa sekarung beras
menyusup dalam barisan sajakku
tak kunjung selesai
kutulis dengan tinta airmata
sampai nanti kubacakan
di lantai kaca
di ujung akhir zaman
Jakarta, Senin, 19 Juni 2023
UTANG DALAM RAHIM IBU
utang dalam rahim ibu
lahirkan bayi-bayi kembar
kurang gizi dan nutrisi
padahal harus ditebus
dengan angka lima digit
bila dikalkulasi menjadi
ribuan triliun rupiah
terkurung dalam sangkar besi
maka terlihatlah dari sini
wajah pucat pasi
menunggu kepastian
pelunasan bunga berduri
sampai dinihari tadi
para pakar hukum filsafat berpesan berulangkali,
janin bayi harus segera ditanam lagi
haramkan perkawinan dini
karena harus bertempur
di sumur-sumur subur
bangsa tirai bambu ikut menabur
koruptor dan pengali
tanah kubur
membanting harga sandang dan pangan
saling berkejaran di bursa saham
orang-orang pinggiran
mati menggelepar
ditusuk pisau kelaparan
aneh, sajakku ikut terkapar !
Jakarta, Kamis 6 Juli 2023
SIHIR
apabila bangsa ibrani
bersungut-sungut di padang pasir
telah masuk dalam tubuh puisi ini
sehingga engkau menjelma jadi jerami
kurus kering
seperti besi tirani
sementara anak-anak kita
harus dipersembahkan
kepada dayang-dayang
yang mengerang
tak peduli cawan lebur
menyerang
amarah selalu dengan mantera sihir
bilakah merubah kehidupan
tandus jadi senyum ceria
sukacita bertemu kawan seirama
Jakarta, Sabtu 24 September 2022
Sajak
Pulo Lasman Simanjuntak
BUMI TERBALIK
menghitung hari
tanpa matahari pagi
seperti membaca
jumlah utang biliun
di republik ini
sebab hidup
hanya bercumbu
dengan kartu kredit lusuh
menunggu
kapan krisis pangan
bakal melanda kehidupan
tanpa gaji
di tangan kanan
sunyi pandemi
terus saja berteriak-teriak
minta pertolongan
ke langit cakrawala
supaya didengar
mata uang langka
ataukah
aku harus terus bersetubuh
dengan rahim tua
milik mesin digital
yang berkeliaran
bukan pasar tradisional
duh, puisiku
akhirnya kembali kelaparan
Jakarta , Minggu, 3 April 2022
SAKRAL
menulis puisi hari ini
diiringi seruling-kecapi-rebab-gambus, dan serdam
sampai menembus tubuh
langit baru dan bumi baru
didahului doa
bernyawa biru
kenapa kembali
menjual ranjang kematian ?
padahal televisi digital
tanpa sinyal
sudah terbang beriringan
dengan serombongan lelaki
penyakitan
yang disantet
lewat para calo di terminal
kampung-kampung persungutan
Jakarta, 13 September 2022
RUMAH BUMI SANI PERMAI DALAM PUISI
i/
jemu dua kolom mau meledak
di ruang tamu rumah
penuh tipuan
tak ada Tuhan hadir
tiap mezbah pagi
karena dibangun
dengan amarah dan tangisan
perzinahan di pulau seberang
empatbelas tahun tubuhku tenang dan damai
tanpa harus disuntik obat penenang
ada sebuah perkelahian
jelang hari persiapan
ii/
berita sore
daun-daun nyaris berdarah
rontok
tersumbat mobil ambulan
berpasang mata mencoba menderek nyawa
ke dalam kabel telepon hijau
pertama disiarkan dari kota singapura
bersentuhan mata-mata
dengan sinterklaas dan pohon natal
iii/
tiba terlambat jin-jin gundul
mengeras suara
mengapa benda-benda jasmani
bertabrakan setiap laut gerimis
iv/
sudahlah
aku masih setia
menanti giliran
nama siapa
segera diseterika
hari ini juga
Jakarta, September 2022
AMARAH
dua hari sudah
otak seekor harimau
mengaum liar
di rumah ibadah
permukiman kumuh
jalan tol dalam kota
berhenti di bawah terowongan batu
gelisahku menghirup
semangkuk oli hitam
“kamu harus cari tahu mengapa kita berebutan arloji pagihari seperti tak berdetak, semangat yang menyala-nyala untuk satu tujuan masuk surga,” ujarnya
inilah kaum pesakitan
membawa sajak
dendamku terperosok
di kursi roda kaum lansia
lalu sekelompok orang-orang
menyerbu ke dalam batuk mulutmu
ingin kukatakan
bertahan pada akhir zaman
lebih baik ketimbang terus menerus
melepas sepasang merpati kudus kesayanganku
jadilah teladan
dalam rumah tangga
bahtera nuh
Pamulang, Senin 5 Maret 2018
RUMAH DAGON
suatu hari suci ketujuh
pikiranku diikat keras
sekeras sayap besi lusifer
tak punya biji kemaluan
dihembus roh amarah
persis seperti bukan mitos
kain membunuh habel
kemudian tanganku
berabad-abad tuli akut
diborgol ratusan legion liar
yang tiba-tiba muncul
untuk dibawa ke tanah kuburan
orang-orang hilang ingatan
sedangkan kakiku
setengah lumpuh
dicakar sadis
berdarah
kuku-kuku beelzebul
selaku penghulu setan
meniup sangkakala kekalahan
bahkan para baal peor, asytoret, milkon bersama kamos
menyusup ke dalam tubuhku yang jadi rumah dagon
sedang kelaparan rohani
haus disiram air keras
seperti akar pohon anggur
tumbuh sampai menembus
langit dan cakarawala ketiga
mereka juga bersekutu
dengan binatang dari dalam laut
dengan binatang dari dalam bumi
penjaga garis pantai dunia
sehingga nyaris kuabaikan
ajaran rahib palsu
yang berbuah ; azimat-tenung-sihir-arwah-
peramal, patung bernyawa
untuk kepelesiran
untuk kemewahan
untuk korupsi mamon
untuk gurun matahari
sampai ujung akhir zaman
aku harus menang
Jakarra, Kamis 30 Maret 2023
BIODATA :
Penyair Pulo Lasman Simanjuntak , dilahirkan di Surabaya 20 Juni 1961.Menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Publisistik (STP-Jakarta).Karya puisinya telah diterbitkan dalam 7 buku antologi puisi, dan 50 buku antologi puisi bersama para penyair di seluruh Indonesia.
Email : pulo_lasman@yahoo.com
Kontak : 081287382063 (WA)