SUMENEP, limadetik.com — Sebanyak 50 Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, dilantik di Pendopo Agung, Rabu (21/8/2019).
Dari 50 Anggota DPRD, 22 diantanya adalah pendatang baru. Para pendatang baru sepertinya memiliki tugas yang tidak sedikit. Selain harus mampu merealisasikan janji-janji politiknya, juga harus mampu merubah wajah sosial. Tidak hanya sebatas menunjukkan kegembiraan pasca pelantikan.
“Kami membaca pemberitaan dan medsos, ada aura yang paradoks dari dilantiknya anggota dewan terutama yang baru,” kata pengamat politik Wildan Rosaili, Kamis (22/8/2019).
Dosen politik dan kebijakan publik Universitas Wiraraja ini menilai, hampir semua anggota dewan yang baru dilantik menunjukkan kegembiraannya bagaikan pengantin baru. Mereka senang dengan jabatan terhormatnya, tetapi emosional sosial pengabdiannya tak begitu tampak dalam aura dan perbincangan.
“Kesuksesan karir politik bukan hanya sebatas ketika sukses terpilih menjadi DPRD, tapi ketika mampu merubah wajah kehidupan sosial. Itulah tugas dan tanggungjawabnya” tegasnya.
Jadi Anggota DPRD, sambung mahasiswa program doktor ini, adalah awal kesuksesan untuk membuka ruang perjuangan lebih luas, tanggung jawab lebih banyak untuk kepentingan publik, bukan semata untuk dirinya sendiri dan keluarganya.
Disamping itu, lanjut Wildan, ada beberapa hal yang semestinya menjadi fokus perhatian wakil rakyat pendatang baru. Diantaranya adalah mempelajari dan mendalami peran fungsi DPRD, mempelajari orientasi pembangunan daerah. Termasuk pula meningkatkan kepekaan terhadap masalah-masalah sosial, dan menjaga idealisme dan keberanian.
DPRD bukan implementator, sehingga mereka harus cerdas, pintar, cakap dan berani (yang benar). Sehingga dialogis dan dialektika gagasan emosional sosial terjadi.
“Kalau hanya pintar dan tidak berani maka cendrung jadi cukong proyek, pengatur kepentingan, dan jadi pesuruh pemerintahan yang korup,” katanya dengan nada tinggi.
“Sebaliknya berani tanpa kecakapan cendrung ditinggal dan tak punyak orientasi. Atau dua-duanya, Anggota DPRD tidak pintar-cakap dan tidak berani, maka sebagaimana orang madura bilang “jadi pesapean pappa” (orang yang tidak memiliki komitmen) dan makan gaji buta,” tukas Wildan. (hoki/yt)











