Artikel

Mendidik dalam Keterbatasan: Kiprah Sanggar Bimbingan At-Tanzil Bersama PKN Internasional Malaysia

×

Mendidik dalam Keterbatasan: Kiprah Sanggar Bimbingan At-Tanzil Bersama PKN Internasional Malaysia

Sebarkan artikel ini
Mendidik dalam Keterbatasan: Kiprah Sanggar Bimbingan At-Tanzil Bersama PKN Internasional Malaysia
Moh. Wais Al Qorni

Mendidik dalam Keterbatasan: Kiprah Sanggar Bimbingan At-Tanzil Bersama PKN Internasional Malaysia

Oleh: Moh. Wais Al Qorni
IAI Al-Khairat Pamekasan
Manajemen Pendidikan Islam (MPI)
Wakil Ketua PKN Internasional Malaysia

________________________________

ARTIKEL – Di tengah hiruk-pikuk kehidupan para Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Malaysia, pendidikan anak-anak mereka sering kali menjadi isu yang terpinggirkan. Status kewarganegaraan yang tidak jelas, keterbatasan akses sekolah formal, serta beban ekonomi keluarga menjadi penghalang serius bagi kelangsungan pendidikan generasi kedua ini. Namun di balik semua itu, muncul secercah cahaya dari inisiatif-inisiatif, salah satunya adalah Sanggar Bimbingan At-Tanzil.

Sanggar ini hadir sebagai ruang alternatif pendidikan legal bagi anak-anak PMI yang tinggal di daerah-daerah padat migran, seperti di kawasan Selangor, Kuala Lumpur. Bersama program Perkuliahan Kerja Nyata (PKN) Internasional Malaysia yang diinisiasi oleh IAI Al-Khairat Pamekasan, Sanggar At-Tanzil menjadi pusat kegiatan utama kami dalam mengabdi dan belajar secara langsung dari masyarakat perantauan.

Mengabdi di Tengah Tantangan

Selama pelaksanaan PKN Internasional, kami para mahasiswa tidak hanya menjadi pengajar, tetapi juga turut merasakan denyut kehidupan diaspora Indonesia.

Anak-anak yang kami bimbing berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, namun memiliki kesamaan: semangat belajar yang luar biasa meski di tengah keterbatasan.
Fasilitas belajar yang seadanya, hingga keterbatasan literasi awal menjadi tantangan tersendiri. Namun semua itu bukan penghalang, melainkan bahan bakar semangat kami untuk terus berkontribusi.

Kami menyadari bahwa menjadi pendidik di negeri orang bukan sekadar mendidik, tapi juga menjadi pendengar, motivator, dan kadang kala tempat anak-anak itu menumpahkan kerinduan akan “rumah” yang belum pernah mereka kenal di Indonesia.

Pendidikan sebagai Bentuk Kepedulian Sosial

Program PKN ini bukan hanya sekadar kegiatan pengabdian formal dari kampus, tetapi juga menjadi wahana pembentukan karakter mahasiswa sebagai calon pendidik dan pemimpin umat. Kami diajarkan untuk tidak hanya mengajar, tapi juga mendengar, memahami, dan hadir secara nyata dalam masalah-masalah sosial yang ada.

Melalui SB (Sanggar Bimbingan) At-Tanzil, kami belajar bahwa pendidikan tidak selalu harus berlangsung di ruang kelas yang megah, namun bisa tumbuh dalam ruang-ruang sederhana yang dibangun atas dasar kepedulian dan cinta.

Di balik kesederhanaannya, sanggar bimbingan ini menjadi tempat anak-anak belajar membaca, menulis, mengenal agama, nilai kebangsaan, bahkan membangun kepercayaan diri untuk bermimpi lebih tinggi.

Sinergi Mahasiswa, Pendidik Sanggar dan Masyarakat

Kesuksesan program ini tentu tidak terlepas dari kerja sama yang kuat antara mahasiswa, pendidik sanggar, tokoh masyarakat, dan orang tua murid. Kami menyelenggarakan berbagai kegiatan seperti: Latihan membaca dan menulis dasar, Penguatan akhlak dan nilai-nilai Islam, Pembelajaran Pancasila dan wawasan kebangsaan, Lomba-lomba edukatif dan keagamaan, Pengembangan karakter dan motivasi belajar.

Kegiatan ini tidak hanya membentuk anak-anak menjadi pribadi yang cerdas dan berakhlak, tetapi juga mempererat hubungan emosional antara kami sebagai mahasiswa dan masyarakat penerima manfaat.

Refleksi Pribadi: Di Negeri Orang, Kami Belajar tentang Arti Menjadi Indonesia

Sebagai wakil ketua dalam tim PKN Internasional, saya menyadari bahwa pengabdian ini bukan hanya tentang apa yang kami ajarkan, tapi juga tentang apa yang kami pelajari.

Kami belajar bahwa menjadi orang Indonesia tidak hanya soal kewarganegaraan, tapi juga soal rasa peduli terhadap sesama. Anak-anak yang kami dampingi mungkin lahir dan besar di negeri orang, tapi semangat dan harapan mereka adalah bagian dari masa depan Indonesia.

Kami belajar arti keberanian dari anak-anak yang tetap semangat meski dalam keterbatasan. Kami belajar arti ketulusan dari para relawan sanggar yang setia mendampingi mereka setiap hari. Dan kami belajar bahwa pendidikan adalah jembatan penting menuju masa depan yang lebih baik, bahkan ketika harus dibangun di tengah keterasingan.

Harapan kami ke depan, Sanggar At-Tanzil bisa terus berkembang dan mendapat dukungan lebih luas, baik dari pemerintah, kampus, maupun masyarakat Indonesia secara global. Sebab, pendidikan adalah hak semua anak bangsa -tak peduli di mana mereka dilahirkan atau di mana mereka dibesarkan.

Kiprah Sanggar Bimbingan At-Tanzil bersama mahasiswa PKN Internasional Malaysia adalah bukti nyata bahwa perubahan bisa dimulai dari hal kecil. Ketika kepedulian dijadikan dasar tindakan, maka keterbatasan bukan lagi penghalang, melainkan tantangan untuk ditaklukkan bersama.

“Mendidik bukan hanya soal menyampaikan ilmu, tetapi juga tentang menumbuhkan harapan di hati mereka yang nyaris kehilangan kesempatan.”