Ekonomi

Harga Komuditas Meroket, Ketua Kadin Sumenep Angkat Bicara

×

Harga Komuditas Meroket, Ketua Kadin Sumenep Angkat Bicara

Sebarkan artikel ini
hr
Hairul Anwar

SUMENEP, limadetik.com — Harga komuditas bawang putih terus melonjak naik, hal itu disebabkan dampak dari virus corona yang terjadi di negara tirai bambu China sejak beberapa waktu lalu

Menanggapi hal itu, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumenep, Hairul Anwar, angkat bicara dan mendesak pemerintah untuk melakukan rekayasa teknologi penanaman bawang putih.

“Sejak wabah virus corona ini ramai dan menjadi isu pemberitaan hampir di seluruh dunia tak terkecuali Indonesia ini dampaknya sangat terasa bagi warga khususnya para pedagang saat harga komuditas bawang putih yang kian melonjak, sebab dan akibat impor untuk bawang putih dari china tersebut dihentikan” kata Hairul, Jumat (7/2/2020).

Menurut Irul, sapaan akrab pengusaha muda asli Sumenep ini, bahwa kita akui hingga saat ini Negara Indonesia 90 persen impor bawang putih dari Negara China.

“Hingga saat ini kita belum tahu kapan pemerintah Indonesia akan buka kembali kran impor bawang putih dari China, belum ada kepastian, dan saya rasa itu semua karena masih berkaitan denagan wabah virus corona ini yang belum diketahui kapan berakhirnya. Sedangkan para pedagang dan masyarakat mulai resah dengan makin menipisnya stok yang berakibat harga tak terkendali yang saat ini sudah tembus di harga antara Rp70 hingga Rp80 ribu per kilogram, ini yang menjadi ke khawatiran kita bersama” terangnya.

Hairul menyebutkan, Pemerintah bisa saja melakukan impor dari negara lain seperti India, Bangladesh, Mesir, Rusia, Myanmar dan Iran. “Kalaupun Negara kita (Indonesia) mau mengimpor dari negara lain pastinya akan memperhitungakan biaya transportasi. Dan jika itu dipaksakan maka dipastikan harga bawang putih saat sampai di masyarakat akan tembus di atas Rp. 100 ribu per kilo gramnya” tuturnya.

CEO Madura Energy ini berpendapat, sudah saatnya Pemerintah melaksanakan rekayasa teknologi untuk penanaman bawang putih. Jika selama ini komoditas bawang putih hanya bisa ditanam di daerah dataran tinggi, maka upayakan bisa di semua daerah yang ada di Indonesia.

“Pemerintah harusnya saat ini sudah melakukan rekayasa teknologi, apa sih yang tidak bisa. Ide-ide yang sudah muncul untuk swasembada bawang putih ini harus dilaksanakan. Jangan hanya hangat sesaat dikala terjadi kelangkaan seperti sekarang ini, tapi itu perlu terus dikembangkan agar di kemudian hari tidak lagi ada kesulitan seperti saat ini” tegasnya meminta

Dikatakannya, bahwa bawang putih sudah menjadi kebutuhan dapur setiap warga Indonesia. “Semestinya sejak dulu sudah ada penanganan secara khusus dari pemerintah. Kita kan negara agraris. Lahan banyak. Tinggal bagaimana pemerintah mengarahkan petani saja, jadi tidak akan repot-repot lagi kita dengan impor” ungkapnya

Kedepannya tandas Hairul, harus ada solusi cepat dari pemerintah untuk mengatasi kebutuhan sejumlah komoditas di wilayah Indonesia khususnya di Kabupatan Sumenep ini.

“Pastinya harapan kita harus segera ada solusi untuk memenuhi semua kebutuhna komoditas termasuk bawang putih. Bahkan juga cabai yang mulai naik harganya di pasaran akibat masa tanam,” pungkasnya. (yd/red)